"Jadi kalian melakukan nya?"
Aline yang sedang menemani Hermione berjalan-jalan di Diagon Alley tersentak, "Melakukan apa?"
Hermione melihat buku novel para penyihir dan membaca bagian belakang nya, "Yeah, kau tahu. Kegiatan yang hanya di lakukan suami–istri."
"What–" Aline menarik nafas, "No, Hermione! Big No!"
"Tapi kau tidur di kamar nya, bukan?" balas Hermione lagi tanpa menatap wajah teman nya dan fokus melihat buku yang ada di sana.
"Bukan berarti–" Aline menggeram kesal, "Kami melakukan nya hanya karna tidur bersama, oke?"
Hermione akhirnya menoleh menatap teman nya itu lalu menghela nafas, "Aline, aku yakin dia pria normal. Kau fikir apa dia akan membiarkan seorang gadis dengan tubuh mungil nya begitu saja di tempat tidur nya?" Hermione kembali menatap jajaran buku itu, "Apalagi kau adalah gadis sah istri nya."
Mendengar hal itu, Aline terdiam. Ia kembali mencerna perkataan teman nya membuat tubuh nya bergedik ngeri, "Great Aline. Kau membuat ku overthinking sekarang."
"Your Welcome." balas Hermione sambil terkekeh pelan.
Aline memutar bola mata nya malas, namun terhenti pada objek seorang wanita tua dengan meja permainan aneh di depan nya. Aline menepuk pundak Hermione, "Aku akan segera kembali."
Aline tak memperdulikan pertanyaan dan teriakan Hermione. Kaki nya terus berjalan mendekat ke arah nenek yang masih sibuk dengan permainan nya.
Aline berjongkok untuk menyamakan tinggi nya, "H-hai."
Wanita itu tak menoleh dan tetap sibuk dengan papan dan batu-batu aneh nya, "Hai, Aline. Bagaimana kabar mu?"
"I think, i'm oke. What about you?" balas Aline sebagai basa-basi.
"Lemah, lelah, renggang, dan tua." Ia meletakkan batu nya di salah satu sisi, "Dia mulai menunjukkan perasaan nya, bukan?"
Aline menarik nafas ketika tahu maksud wanita ini, "Yeah, itu membuat ku sedikit takut dan heran sebenarnya."
"Why? Harusnya kau senang suami mu bersikap lembut pada mu."
Aline meringis, "Sejujurnya aku lebih suka saat dia tak berani menatap ku."
Seketika wanita di depan Aline langsung mengadahkan kepala nya dan menatap gadis itu tajam, penuh pertanyaan. Aline mengangkat kedua alis nya, "Setidaknya dia tidak akan mencium ku secara tiba-tiba. Itu. . ., membuat ku kesal, jujur saja."
Ia terkekeh, "Kau harus nya bangga. Bisa membuat pria dingin itu menjadi sangat hangat pada mu."
Aline menggeleng pelan, "Miss Vanga. Can i ask something?"
"Of Course."
"La-last night. Professor menyatakan cinta pada ku. Dan ku rasa dia sedang dalam keadaan sadar yang arti nya dia tak dalam pengaruh ramuan apapun," Aline mengerutkan kening nya, "Apa aku bebas sekarang?"
"Huh?" kaget Vanga.
"Teman ku mengatakan jika dia menyatakan cinta nya. Maka aku bebas dari ikatan takdir ini." balas Aline ketika melihat wanita itu menatap nya heran.
Vanya terdiam sejenak lalu terkekeh pelan, tulang nya berbunyi saking kurus nya tubuh peramal ini. "Apa kau yakin cinta dia sudah sebesar cinta nya pada Lily?"
"Apa?"
"Dia mencintai mu, itu sudah pasti, dia memang di takdirkan untuk jatuh cinta pada mu. Tapi, ku tanya. Apa cinta nya pada mu sudah sebesar cinta nya pada gadis yang ada di masa lalu nya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TENDERNESS OF LOVE
FanfictionKetika langit memilih mu, Bayangkan saja kau menjadi istri dari seorang Professor dingin, tak berperasaan, irit bicara dan tak menghargai apapun yang kau lakukan dan kau tak bisa bercerita pada siapapun karena hubungan kalian sangat rahasia. Itulah...