Chapter 1 : Patah Hati

50.7K 3.4K 279
                                    

Malam yang dingin, Lampu berkelap-kelip mempercantik indahnya langit di malam hari. Kepingan-kepingan salju berjatuhan menyaksikan hari yang mengembirakan sedunia. Hari Natal.

Alunan lagu bertema natal mengudara dari setiap speaker yang terpasang sepanjang pertokoan dan jalan raya. Sebuah pohon natal yang berdiri kokoh dengan hiasan cantik dan lampu hias mempercantik daun-daunya. Bintang terang sebagai pemeran utama berdiri tegak dan sombong dipuncak. Begitu indah, sehingga membuat orang terpukau.

Jalan tersebut sangat ramai, banyak pasangan mengabdikan foto diri bersama keindahan pohon natal. Sukacita menyapa setiap hati yang datang, kecuali seorang pemuda.

Pemuda itu bernama Arthit, berbeda dengan orang lain, ia menatap pohon natal itu dengan penuh kesedihan. Seharusnya, hari ini ia bahagia sepertinya layaknya orang lain.

Ia sudah berencana bersama pacarnya akan menghabiskan waktu bersama menikmati keindahan suasana natal. Toptap, kekasihnya yang sudah menjalin hubungan selama setahun. Tapi rencana tinggal rencana, hari indah yang dinanti menjadi hari terburuk dalam hidupnya.

Kekasihnya, Toptap. Memutuskan hubungan secara sepihak, bahkan dia berkata akan segera bertunangan dengan Namtram. Gadis pilihan orangtuanya.

Sedih, Kecewa, merasa dikhianati membuat mata hitam kecoklatan itu menjatuhkan butiran-butiran bening yang mengalir di pipinya.
Arthit anak kedua dari keluarga Rojnapat, sebagai anak kedua, ia mempunyai sifat cemburu terhadap kakak laki-lakinya atau adik laki-laki bungsunya.

Secara nilai dan penampilan, Arthit tergolong dalan level menengah, tidak buruk atau tidak terlalu bagus. Selalu iri pada kakaknya yang selalu disanjung sebagai dewa laki-laki ( anak kebanggaan ), dan keimutan adik laki-lakinya membuat semua orang tak berdaya menyerah padanya.

Sejak kecil, Arthit selalu dibanding-bandingkan dengan kakak laki-lakinya yang hebat. Hal ini membuat rasa percaya diri Arthit turun mencapai batas bawah, awalnya ia memberontak namun lama kelamaan mendengarkan perkataan orang-orang, ia menjadi percaya bahwa dirinya seperti apa yang mereka katakan.

Arthit menatap langit yang gelap, tak ada bulan, hanya cahaya bintang-bintang yang menyinari. Matanya yang masih sembab menangis, hidungnya yang memerah akibat dinginnya malam, serta bibirnya yang gemetar menahan suara tangis.

Arthit menatap pohon natal itu, mengajukan satu permohonan yang putus asa.

Aku ingin bahagia dengan orang yang kucintai.

Arthit mengencangkan syal yang berwarna abu-abu dilehernya dan mengeratkan dirinya ke dalam jaket hitam. Menatap sekali lagi ke pohon natal lalu pergi.

Arthit tak berjalan tak tentu arah, menyusuri jalan besar hingga jalan gang sempit. Dimanapun ia berada, rasanya selalu sama. Hampa dan kesepian.
Dihadapan Arthit ada sebuah bar kecil yang terletak di dalam gang yang sempit. Nama bar itu Blood Bar.

Arthit memasuki bar itu tanpa ada ekspetasi apapun tentang bar itu, yang ada dipikirannya ia hanya ingin mabuk dan melupakan segala hal yang menyakitkan hatinya.

Arthit berjalan dan duduk di counter bartender. Sebenarnya Blood Bar ini adalah bar khusus para vampire yang tak diketahui oleh manusia seperti Arthit. Terletak di tempat yang terpencil, tak ada manusia yang tahu bahwa bar ini ada.

Para pengunjung terkejut melihat seorang manusia masuk tanpa takut, desisan demi desisan, rasa haus darah para pengunjung membuat mereka ingin menerkam Arthit. Jika bukan karena ada aturan, dilarang memangsa manusia di bar ini. 100% darah Arthit disedot hingga tinggal tulang dan kulit.

Arthit yang masih sedih tak memperhatikan sekelilingnya. Ia memesan minuman dengan kadar alkohol 10%. Cukup tinggi untuk seorang manusia.

"Siapa namamu?" Tanya Arthit kepada bartender.

"Aku New. Bartender disini." Arhit mengangguk.

Arthit meneguk satu tegukan, tenggorokannya langsung berasa panas, membakar didalam. Tapi Arthit tak peduli, hatinya lebih sakit dibandingkan dengan tenggorokannya. Arthit meminum seteguk demi seteguk hingga isi gelas itu habis.

Ia memesan gelas kedua, rasa pusing dari alkohol tak menghalangi ia bercerita.

"Aku.. aku.. ditinggalkan kekasihku... huhu.. kenapa! Kenapa! Kenapa dia memilih dijodohkan daripada berjuang denganku. Satu tahun, hubungan kami berjalan satu tahun dengan hasil yang sia-sia... New, apa menurutmu aku tak lebih baik dari wanita itu?"

Prang!! Bunyi pecahan gelas dan piring berjatuhan. Ada beberapa orang tamu yang tak tahan dengan bau darah yang manis itu. Mereka ingin meminumnya sampai darah itu habis.

New melompat ke depan melewati meja bartender. New mengeluarkan taringnya dan desisan mengancam, ia harus melindungi tamu manusia ini.

Tanpa memperdulikan ketegangan yang berada dibelakangnya, Arthit terus bercerita. "Aku mencintainya, sangat mencintainya. Apa yang harus kulakukan tanpanya. Mengapa tak ada seorangpun yang mencintaiku? Memilihku sebagai tempat pertama dihati mereka. Keluargaku, temanku dan sekarang pacarku. Kenapa! Kenapa aku tak bisa menjadi yang pertama!! Hua..hua... Mereka semua jahat New... hua.." Arthit mulai menjerit menangis.

Oo Manusia, apa kau tak lihat aku sedang sibuk??

New mulai memukul mundur satu persatu, walau New adalah vampire dengan kekuatan diatas rata-rata tapi tetap kewalahan menghadapi 5 vampire.

New mengeluarkan kekuatan supranatural yaitu berupa kotak pelindung bening. Kotak itu mengelilingi Arthit, menjaganya dari vampire-vampire lain yang ingin menghisapnya.

Suara pukulan dan suara benturan mengema di bar itu, ada beberapa vampire yang mengikuti para pengacau, menerjang ke arah Arthit. Namun kotak itu melindungi Arthit dengan baik, para vampire ini marah, mengeluarakan pukulan demi pukulan itu menghancurkan kotak pelindung itu.

New yang lengah, terpukul hingga ke dinding belakang, 3 vampire menahannya hingga tak bisa bergerak.

"Jangan menyentuhnya! Atau kau akan merasakan akibatnya." Teriak New.

"Akibatnya? Tenang saja, aku akan menanggungnya hahaha.." balas salah satu vampire muda dengan sombong.

Mereka terus memukuli kotak pelindung itu dan Arthit terus mengoceh bercerita tanpa batas. Arthit menoleh kebelakang dan banyak vampire membuat gerakan seperti mengedor atau mendobrak pintu.

Arthit sedikit bingung. Ahh.. mereka ingin berteman denganku. "Haii.. namaku Arthit." Sapa Arthit melambaikan tangannya 🖐.
Para vampire itu tertawa, manusia ini sungguh bodoh.

Kotak pelindung itu retak sedikit demi sedikit. Dan Arthit masih menatap mereka dengan senyuman bodohnya.

Sedetik kemudian, para vampire itu membeku. Mereka tak bergerak seperti patung es.

Vampire yang bergerak langsung kabur dari tempat itu. Vampire kelas atas telah datang.

Vampire kelas atas itu memandang tak suka, bar-nya dalam kondisi hancur.

"Ada apa ini New?"

Note :

Setelah FF warewolf, gak seru dong kalau lawannya gak ada. Makanya diterbitkan FF tentang vampire.

Meski tentang vampire, ini bukan FF horor ya. Tapi agak kocak gitu.

Seperti yang lain, akan dilanjutkan jika FF lama telah tamat.

With Love,
Zyzy

24. Aku punya 7 anak VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang