"Nyesel nggak, Lo ngikut kita berdua?" Tanya Yunho, iseng.
"Nyesel, banget. Balik aja lah gue." Ujar Yohan.
"Emang keliatan jalannya? Kan, tadi cuma bawa satu senter. Lo bawa hape kesini emangnya?"
Yohan menepuk keningnya, merasa bodoh. "Hape gue di tenda, ampas sekali. Dah lah, dah terlanjur juga. Eh, emang Lo berdua nggak bawa hape?" Tanya Yohan.
Gahyeon menggeleng. "Hape gue juga di tenda, tadi abis batre makanya gue tinggal." Jawab Gahyeon.
"Hape gue, kan, rusak gara-gara kecebur air tadi pas jalan bareng Gyehyeon." Sahut Yunho.
"Lah, masa? Pantes nggak ada suara ricuh-ricuh orang main game tadi siang. Ya udah lah, moga aja nggak terjadi apa-apa."
Yunho mengangguk dan membuka pintu tersebut.
Bruk
Seseorang mendorong Yunho, membuatnya tersungkur ke lantai.
Gahyeon membantu gadis itu berdiri, sedangkan Yohan membantu Yunho.
Penampilan gadis itu, berantakan.
"Lo nggak papa?" Tanya Gahyeon seraya memeluk tubuh gadis itu.
Ia tak menjawab, lalu menunjuk pintu tersebut dengan tangan yang bergetar. "T-tutup p-pintunya."
Yohan dengan sigap segera menutup kembali pintu masuk tersebut. "Baru buka pintu dah nemu darah aja." Celetuk Yohan sambil bergidik ngeri.
"Jangan, jangan masuk." Ucapnya.
"Kenap--"
"Mereka mati didepan mata gue."
Deg.
Ketiga orang itu saling bertukar pandang, berusaha mencerna apa yang gadis ini maksud.
Baru saja mengerti, tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam rumah. Hal itu membuat ketiganya menjadi lebih yakin lagi.
"Gue penasaran tapi gue takut." Tutur Yohan.
Yunho menepuk pundak Yohan. "Nggak papa, kalo pun mati juga udah takdir, kan? Kita nggak bisa kabur."
"Inilah kenapa gue nggak pernah mau setuju buat jelajahin hal-hal yang dikiranya sudah berumur panjang." Kata Yeri.
Cahaya pada senternya menyorot pada salah satu teman mereka yang sudah tidak berwujud karena tubuhnya yang terpisah-pisah.
Dino yang melihatnya sejak tadi sudah mual, disamping Ia sedih karena telah kehilangan.
"Lo-Lo udah tau Yer, bakal kejadian begini?" Tanya Dino.
Yeri mengangguk samar, namun Dino masih bisa merasakannya. "Kenapa nggak kasih tau kami?"
Yeri terdiam sebelum menghela napas berat. "Nggak mudah, Din. Kalian nggak bakal percaya. Lagian gue, Yunho sama Gahyeon udah ngode ke kalian, kaliannya aja yang kekeh." Jelas Yeri.
"Lo pikir paan dikode-kode. Bukan anak pramuka ya, maap-maap aja." Sahut Dino.
Yeri memutar bola matanya malas. "Terse---akh."
Ada suatu benda tajam yang terlempar dan mengenai perut Yeri, membuatnya terjatuh seraya memuntahkan begitu banyak darah.
Dino langsung duduk dan memegang tubuh Yeri. "Siapa lo?" Tanya Dino pada kegelapan.
"Di-dia nggak bisa jawab. Niatnya pengen bawa mayat Changbin, tapi malah nemu kita berdua buat dijadiin mangsa. Y-yah, Lo lari gih. Mumpung bo-bonekanya belum kesini."
Mendengar kata boneka membuat bulu kuduk Dino meremang. "Ja-jadi bukan manusia?" Tanya Dino.
"I-iya, duh. Banyak tanya Lo ah, ka-kabur aja ilah. Mau mati Lo?" Tutur Yeri seraya terbatuk-batuk.
"Enak aja, ya kali gue ninggalin Lo sendirian disini?" Sahut Dino.
"Ng-nggak usah goblok ya Din. Pergi, bonekanya mendekat." Perintah Yeri.
Dino menggeleng dan tetap kukuh pada pendiriannya.
"Bebal banget. B-beneran mau mati muda ya Lo?"
"Sekali enggak ya enggak. Biar lah, nggak ada yang nyariin juga kalo misalkan gue mati."
"Seenggaknya pikirin keluarga Lo yang jauh itu, Din."
Dino menggeleng dan ikut duduk disebelah Yeri yang terlihat sudah kehabisan energi. "Nggak mau. Mau nemenin Lo aja."
"Ter--shh--serah."
Kejadian selanjutnya, mungkin kalian bisa menebaknya sendiri.
aku lupa, beneran
maap ya telat, hiks-------------
Kagome Kakurenbo
©moonchaey, 2O2O
KAMU SEDANG MEMBACA
Kagome Kakurenbo || 99Line [✔]
Fanfiction[SELESAI] semuanya udah salah sejak permainan itu dimulai. ©moonchaey, 2020