"Bener ke arah sini?" Tanya Joochan, takut salah arah.
"Iya, udah ikutin aja. Jangan mencar ya, susah entar nyarinya." Jawab Yunho sambil memperingati mereka.
Tak lama setelah menempuh jalan yang tidak terlalu jauh, tapi juga tidak terlalu dekat itu, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Rumah tua yang diceritakan Gyehyeon dan Yunho.
"Wah, gede banget." Arin berdecak kagum.
"Arsitektur Belanda apanya. Ini mah emang bentukan rumah pada umumnya." Protes Yena.
"Ya gue salah ngomong elah, gue pengen ngomong rumah lama tapi malah keceplosan Belanda. Ketara nggak dengerin nyampe akhir. Lagian nih rumah kayaknya udah puluhan tahun ditinggal." Sanggah Gyehyeon.
"Ya terserah. Tapi kalo emang misalnya udah lama ditinggal, harusnya halamannya penuh dengan dedaunan dong. Ini bersih banget, cuma beberapa daun yang menghinggapi rerumputan." Mark berpikir dengan logika.
Dino seketika langsung merasa merinding. "Nggak usah bikin gue parno, ya, Mark." Ucap Dino sambil menunjuk Mark.
Mark langsung mengangkat tangannya karena reflek. "Gue nggak bohong. Kalian perhatiin aja sendiri."
Semua terdiam dan dengan kompak memerhatikan halaman rumah tersebut. Bagaimanapun apa yang dikatakan oleh Mark adalah fakta.
Jika memang rumah tersebut sudah lama tidak berkepemilikkan, lantas siapa yang membersihkan halamannya?
"Pengen masuk deh." Ucap Doyeon sedikit bercanda.
Arin menahan Doyeon yang memang badannya agak sedikit maju. "Jangan macem-macem. Inget kata nenek yang kita temuin sebelum masuk ke area hutan kemarin."
"Iya, Rin. Bercanda doang gue ah elah." Sahut Doyeon.
Semuanya termenung tiba-tiba, entah memikirkan apa.
"Balik lah kuy." Ajak Dino.
Semua menganggukkan kepala dan berputar balik menuju tenda mereka berada.
Mereka berjalan ditemani keheningan. Tak ada seorang pun yang berniat untuk membuka suara.
Hingga Arin tiba-tiba menjentikkan jarinya, membuat semua remaja tersebut menoleh dan memusatkan perhatian pada gadis bersurai hitam itu.
"Gue punya permainan nih, biar malem terakhir kita nggak suram-suram banget!" Serunya.
"Jelasin di tenda aja Rin." Perintah Mark yang dipatuhi oleh Arin, membuat mereka ber-14 kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.
"Permainan apa kira-kira?" Tanya Changbin begitu mereka sampai.
"Napas dulu anj---"
"Omongan dijaga, kita lagi di hutan." Potong Yeri.
Yohan menggaruk tengkuk lehernya. "Hehe, lupa. Maap, maap."
Setelah memulihkan energi akibat berjalan tadi, Arin telah siap untuk kembali bercerita dan menjelaskan.
"Nama permainannya itu Kagome." Kata Arin.
Gahyeon yang sedang minum air tersentak, mengakibatkannya terbatuk-batuk. Yeri yang berada disampingnya langsung mengelus-elus punggung gadis itu.
"Kenapa Lo? Tiba-tiba batuk gitu?" Tanya Yuqi.
Gahyeon menggeleng. "Ka apa tadi, Rin?"
"Kagome." Ulang Arin.
"Apaan tuh? Kek nama-nama Jepang gitu." Celetuk Joochan.
"Karena ini dari Jepang. Cara mainnya sederhana banget. Pertama kita nentuin orang yang bakal berdiri ditengah-tengah, setelah itu orang tersebut bakalan nutup mata. Sisanya pegangan tangan, terus muter-muterin orang yang berdiri ditengah tadi sambil nyanyi lagu Kagome. Setelah nyanyiannya selesai, kita berhenti muter tuh, orang tadi harus bisa nebak dengan benar siapa yang berdiri tepat di belakangnya." Jelas Arin dengan lengkap.
"Lo tau lagunya?" Tanya Gyehyeon.
Arin mengangguk. Ia langsung bersiap untuk menyanyikan lagu tersebut.
"Panjang amat, keburu yang ditengah tidur duluan itu mah." Protes Dino.
"Nah, karena kepanjangan makanya gue perpendek jadi bagian chorus aja." Jawab Arin.
"Oke deh, keknya bakal seru juga. Gimana?"
Semua setuju untuk memainkan permainan yang diusulkan oleh Arin.
"Gue punya ide biar permainan ini sedikit lebih menantang." Yuqi mengangkat tangannya.
"Apa?"
Entah mengapa, sudut kanan bibir Yuqi terangkat, membentuk seringaian yang menyeramkan.
Kagome Kakurenbo
©moonchaey, 2O2O
KAMU SEDANG MEMBACA
Kagome Kakurenbo || 99Line [✔]
Hayran Kurgu[SELESAI] semuanya udah salah sejak permainan itu dimulai. ©moonchaey, 2020