Dua tahun berlalu, kenangan itu berubah menjadi masa lalu. Kehangatan yang dulu terasa setiap kali ia menahan rindu, kini sudah tiada. Sejak hujan terakhir hari itu, semuanya berbeda. Sosok nya susah pergi bersama kenangan.
Setiap malam nya terasa sepi tanpa kehadiran sosok itu. Tidak ada canda tawa hangat yang menggoda nya. Tidak ada teriakan kesal saat dirinya menjahili sosoknya. Kini hanya sunyi dan sepi. Benar-benar seperti tidak ada kehidupan.
Dua tahun, ia mencoba berdamai dengan keadaan. Menerima kenyataan, bahwa kini, hidupnya sudah benar-benar berbeda. Ia mencoba semuanya. Melakukan semua hal; yang sekiranya bisa membuat ia sejenak melupakan sosok itu.
Hujan terasa semakin deras malam ini, dengan angin kencang. Membuat suasana semakin dingin dan sunyi. Ia genggam sebuah buku di telapak tangan. Ia tatap sejenak, kemudian pandangan nya kosong.
Hanya dengan melihat sampul buku itu — ia sudah bisa merasakan rasa perihnya. Hatinya terasa di remat kuat saat teringat setiap kalimat yang tertera disana.
"Kak, gue nggak takut mati. Yang gue takutin itu, gue mati sebelum ketemu Mama dan Papa."
Ia memejam.
"Obatnya nggak pahit, cuma ... nggak ada manis-manisnya. Tapi gue suka kok. Lo mau coba?"
Sudut matanya sedikit berair. Sekuat tenaga ia menekan dadanya kuat-kuat.
"Selamat ulang tahun. Maaf, gue telat ucapin nya. Lo jangan marah, ya? Nanti gue traktir es cream yang banyak."
Ia mengangguk.
"Kak, nanti gue boleh ya minta temenin mandi? Janji deh, ini yang terakhir. Besok-besok enggak akan minta temenin lo lagi."
Ia meluruh ke lantai. Terdiam dengan rasa sesak yang semakin mengikat kuat dadanya.
Permintaan yang sangat sederhana. Siapa yang tau, jika itu adalah permintaan terakhir adiknya.
Lalu ia menatap buku itu, lagi. Di lihat dalam-dalam. Semua tulisan adiknya ada disana, curahan hatinya, dan keinginan-keinginan sederhana nya.
Kemudian, ia buka satu lembar dari halaman pertama. Lalu tersenyum miris melihat setetes darah kering terlihat di ujung kertas. Kemudian membalik lagi sampai ke halaman berikutnya.
Menarik nafas sejenak, biarkan ia bercerita. Mengulang kembali masa-masa dua tahun lalu bersama sosok itu.
Mari kita simak kisah mereka.
Kamu, yang setenang samudra
Yang menghanyutkan netra
Kamu, adalah eksistensi terindah dari semesta
Pelipur lelah dalam candu nya tawa
Kamu, Shinji Anta Hikaru
-𝘿𝙖𝙞𝙠𝙞 𝙆𝙚𝙣𝙩𝙖 𝘼𝙡𝙫𝙞𝙖𝙣𝙤-
Mohon di perhatikan! Apalagi bagi pembaca baru. Cerita ini sudah ending, hanya, part-part terakhir sudah aku unpublish.Dunia Khayalan,
26 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KENANG
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap!] Ini bukan tentang pertemuan sederhana, tapi ini tentang ikatan yang bermakna. Sebuah usaha demi seseorang yang berharga. Kepingan kisah yang disatukan, hanya untuk sosok itu, yang hadirnya tidak pernah bisa dihilangkan...