Anta sudah rusuh membuka tas dan mengeluarkan semua buku-buku yang ada di dalam sana. Semua isi tas Anta kini sudah berserakan di atas meja. Walau hanya tiga buku tulis, satu pena, kemudian charger hp, namun sudah cukup menganggu pemandangan satu laki-laki penghuni kursi yang lain.
Adam mendengus kesal kemudian merebut tas Anta dengan paksa. Wajah Anta langsung masam saat beradu tatap dengan sorot tajam Adam.
"Duduk!" Anta menurut. "Buku tugas lo ada sama gue." Kata Adam dengan enteng nya. Kedua bola mata Anta membulat sempurna, lalu tanpa berfikir apapun lagi langsung memukul kepala Adam kuat-kuat.
"Sakit woy!"
"Kenapa nggak bilang dari tadi pinter? Lo tau? Gue hampir mati karena panik. Kalau sampe buku tugas Sejarah gue hilang, gue males nulis ulang." Kata Anta dalam satu tarikan nafas.
"Lo sendirinya kenapa nggak tanya?"
"Ya mana sempat, keburu panik!"
"Kok lo ngegas?"
"Gue nggak bawa motor, btw. Jadi gimana ngegas nya?"
"Sialan lo pendek!"
"Kok lo ngatain gue? Salah omongan gue dimana?"
Sebelum Adam melayangkan sebuah protesan lagi, tiba-tiba seseorang datang dan menggebrak meja mereka. Anta dan Adam sampai terlonjak kaget, bahkan siswa-siswa di sana juga. Si oknum yang menyebabkan serangan jantung hanya memasang wajah datar tanpa rasa bersalah.
"Lo mau buat kita mati karena serangan jantung?" Tanya Adam sinis kepada sosok berwajah datar di hadapannya saat ini.
"Berisik!" Hanya satu kata, kemudian sosok itu kembali duduk di kursinya. Tepat di hadapan Anta yang masih melongo karena bingung. Bibir kecil cowok itu berkedut lalu bangkit berdiri.
Kini Anta berdiri di samping Faris—sosok dingin yang baru saja membuat jantungnya hendak melompat karena kaget—dengan jarak yang cukup dekat. Walau Faris nampak acuh tak acuh, Anta tetap berdiri disana dengan menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri.
"Heh cebong! Ngapain lo?" Tanya Venus—teman sebangku Faris—begitu menyadari tingkah aneh Anta. Yang ditanya hanya terkekeh.
Dengan sedikit membenahi kerah seragamnya, Anta berucap. "Babang Faris, boleh 'kan gue minta hukuman nya di kurangi?"
"Enggak!" Balas Faris tanpa mengalihkan tatapan nya dari buku yang sedang di baca. Tidak menyerah, Anta kembali berucap, "yaelah Babang, lo nggak kasihan sama gue apa? Lapangan 'kan lebar, masa iya gue harus jalan jongkok sepuluh kali. Nanti kalau kaki gue kenapa-kenapa, gimana?"
"Urusan lo."
Anta menggenggam kedua tangannya kesal karena jawaban Faris yang kelewatan singkat dan dingin. Sedangkan Adam, Venus, dan beberapa siswa sudah terkikik kecil di kursi mereka masing-masing. Menyaksikan wajah Anta yang memerah karena kesal, adalah hiburan tersendiri untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KENANG
Novela Juvenil[TERBIT] [Part Tidak Lengkap!] Ini bukan tentang pertemuan sederhana, tapi ini tentang ikatan yang bermakna. Sebuah usaha demi seseorang yang berharga. Kepingan kisah yang disatukan, hanya untuk sosok itu, yang hadirnya tidak pernah bisa dihilangkan...