"Kak ceritain tentang Mama." Anta yang sedang menaruh kepalanya di bahu Kenta, berkata. Kenta sejenak terdiam, sebelum meletakan buku yang dia baca ke atas meja.
"Mulai dari kesukaan Mama dulu, gimana?"
Anta mengangguk antusias.
"Mama itu suka banget sama bunga matahati, mawar, dan anggrek. Terus juga, Mama suka makan yang manis-manis." Kata Kenta sambil mengingat-ingat.
"Terus, apa yang Mama nggak suka?"
"Mama nggak suka makan pedas, nggak bisa makan telur juga, sama keju. Mama alergi."
Anta mengangguk paham. Kemudian merubah posisinya menjadi berbaring, menjadikan paha Kenta sebagai bantal. Kenta membantu adiknya agar tidak terlilit selang.
"Kalau Papa, ceritain juga." Kata Anta setelah berbaring.
"Papa nggak suka bunga. Tapi Papa suka banget makanan pedas." Kenta agak ragu. Karena dia sendiri tidak terlalu banyak tau tentang Papa. Di banding Papa, dia lebih dekat dengan Mama, itu dulu.
Anta mengangguk paham. Mengingat semua ucapan Kenta di dalam kepala. Dia bisa melihat wajah kakaknya dari bawah. Wajah itu terlihat lelah, tapi tetap memaksakan kuat. Anta memegang lengan kakaknya erat-erat, hingga Kenta tersentak.
"Kenapa, Ta?"
"Makasih karena udah jadi Kakak yang baik buat gue."
"Itu tugas gue." Kenta membalas dengan senyuman.
"Kak, gue izin tidur di pangkuan lo boleh?"
"Kenapa harus izin, sih? Jelas boleh lah."
Anta tersenyum kecil dan mulai memejamkan matanya. Merasakan hangatnya usapan Kenta di kepalanya. Beberapa menit kemudian, Anta sudah benar-benar tertidur.
Kenta perlahan-perlahan meletakan kepala adiknya di bantal, kemudian beranjak mengambil selimut. Tubuh Anta sudah tidak lagi sama. Kenta tau, adiknya gampang sekali terserang dingin. Jadi Kenta tidak ingin Anta sampai masuk angin. Karena itu akan mempengaruhi pernafasannya.
Anta tertidur sampai menjelang fajar, sebelum Kenta membangunkan. Awalnya Kenta tidak ingin mengganggu adiknya, tapi Anta juga harus membersihkan diri. Kenta sudah menyiapkan air hangat, dan membantu adiknya melakukan itu semua.
"Kak, capek nggak?" Pertanyaan retorik Anta membuat gerakan Kenta yang sedang mengeringkan rambut anak itu, berhenti.
"Capek?"
"Iya capek. Lo nggak capek jadi babu gue?"
Kenta mulai faham kemana arah pembicaraan adiknya. "Ta, gue nggak mau lagi bahas ini. Berapa kali gue bilang, kalau ini udah jadi tugas gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KENANG
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap!] Ini bukan tentang pertemuan sederhana, tapi ini tentang ikatan yang bermakna. Sebuah usaha demi seseorang yang berharga. Kepingan kisah yang disatukan, hanya untuk sosok itu, yang hadirnya tidak pernah bisa dihilangkan...