Bagian 10; oksigen

2.8K 268 25
                                    

Hari ini lagi dan lagi, Anta harus izin tidak masuk sekolah, dan Kenta pun mengambil cuti untuk menjaga adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini lagi dan lagi, Anta harus izin tidak masuk sekolah, dan Kenta pun mengambil cuti untuk menjaga adiknya. Sejak dua hari lalu, Anta selalu batuk tanpa henti, serta sesak nafas yang menyertai. Kenta yang khawatir, langsung membawa anak itu ke rumah sakit untuk menerima perawatan.

Tapi Anta tetap Anta, yang keras kepala. Sebelum pergi ke rumah sakit, ke dua kakak adik tersebut sempat berdebat panjang. Setelah ribuan bujuk rayu, akhirnya Anta menurut.

Pagi ini, Kenta sedang mencuci muka kala suara serak Anta terdengar memanggil namanya berulang kali. Kenta bergegas menyeka wajah, dan berlari ke luar untuk melihat kondisi Anta. Siapa yang sangka, jika ketika itu, dia melihat Anta sedang terbatuk keras dengan memegang dadanya.

Kenta memanggil dokter dengan panik. Setelah di periksa, dokter mengatakan bahwa Anta tidak bisa lagi menghirup udara tanpa bantuan kabel oksigen. Setelah ini, hidung Anta akan terpasang dengan kabel menyebalkan yang membuat hidungnya panas tersebut.

Dokter kemudian pergi, dan meninggalkan dua anak itu di sana dalam perasaan yang rumit. Di samping tangan Anta, tangan Kenta mengepal dengan erat. Dan semua itu tak lepas dari penglihatan Anta.

"Gue nggak pa-pa. Jangan khawatir, Kak." Kata Anta membuka suara. Dia raih jemari Kenta yang mengepal satu sama lain, untuk kemudian di genggam.

Kenta hanya menatap wajah adiknya untuk sejenak, sebelum menjawab. "Sorry, gue memang Kakak yang nggak berguna. Bahkan gue nggak bisa berbuat apa-apa untuk meringankan rasa sakit lo."

"Kak." Anta menatap wajah sang kakak lekat-lekat. "Cukup dengan lo di sini, udah lebih dari cukup buat gue."

"Tapi tetap aja, Ta. Sekarang lo—"

"Gue memang nggak bisa lagi bernapas normal. Tapi gue tetep bahagia. Apalagi kalau lo masih mau di sisi gue, Kak. Gue nggak butuh apa pun lagi."

Kenta tersenyum tipis. Kemudian mendekati Anta dan duduk di tempat kosong di samping Anta. "Gue bakal jadi oksigen buat lo. Karena gue kakak lo. Apa pun, bakal gue lakuin buat lo. Kalau suatu hari lo nggak bisa melihat, maka gue yang bakal jadi mata buat lo. Kalau suatu hari, lo nggak bisa jalan, maka gue yang akan jadi kaki buat lo. Asalkan satu, lo tetep di sini. Jangan tinggalin gue, Ta."

Anta beralih memeluk tubuh Kenta. Fikiran Anta rumit akhir-akhir ini. Dia sangat merindukan Mama dan Papa, tapi bingung ingin mengatakan pada Kenta bagaimana. Jadi, dia hanya bisa memendam semua untuk dirinya sendiri.

Kini, dia tidak tau kapan kematian itu akan datang. Apakah nanti, semesta masih mengizinkan dia bertemu Mama dan Papa atau tidak, dia tidak tau.

"Gue berutung terlahir jadi Anta yang punya kakak sebaik lo. Gue harap ... di kehidupan selanjutnya, gue bakal tetep jadi adek lo."

Kenta hanya bisa membalas pelukan Anta dengan erat. Kini sudut matanya panas. Kenta takut, jika Anta ... menyerah. Bagaimana jika Anta pergi terlebih dahulu? Bagaimana jika ... dia sendiri di dunia ini? Kenta tidak akan siap!

|✔| KENANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang