Bagian 14; pelukan hangat Kenta

1.9K 278 57
                                    

Tangan Kenta mengepal erat kala melihat dua sosok yang berdiri di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Kenta mengepal erat kala melihat dua sosok yang berdiri di depannya. Dua sosok yang sangat dia nantikan kabar dan balasannya. Mereka datang begitu saja, dan menariknya pergi, tanpa bisa dia mempunyai waktu untuk menghindari.

"Jadi, selama ini Mama dan Papa sudah pulang ke Indonesia?" Tanya Kenta sejak mereka datang dan duduk bersama di sebuah cafe.

Mama menjawab, "iya sayang. Tapi kami kembali memang ada pertemuan. Dan belum lama lagi, kami harus terbang ke Jepang."

"Terus kenapa kalian nggak balas pesan aku? Nggak berniat buat ketemu aku dulu? Apa bisnis kalian lebih penting di banding anak-anak kalian sendiri?"

Mendengar itu, wajah Papa berubah dengan datar. Setelahnya menjawab, "kamu tau, kami juga bekerja untuk masa depan kamu? Sebagai anak, jangan terlalu banyak menuntut, Kenta. Kamu sudah dewasa, kan? Lagian kamu sendiri yang tidak mau ikut kami tinggal di Jepang. Jadi jangan apa-apa salahkah Mama dan Papa."

Kenta terdiam dengan perasaan campur aduk. Ada getar yang dia tahan mati-matian. Ucapan Papa seolah mengatakan bahwa selama ini, dia dan Anta selalu banyak meminta. Padahal mereka hanya ingin waktu Mama dan Papa. Apakah seorang anak salah, bila meminta itu dari orang tuanya?

Setelah terdiam, Kenta akhirnya membalas. "Papa tau, Anta sakit? Dia sakit, dan dia butuh Mama sama Papa. Selama ini, Kenta nggak akan ganggu kalian kalau bukan karena Anta yang butuh. Aku juga nggak akan banyak menuntut, kalau aja Mama dan Papa mengerti kami. Yang kami butuhkan itu, waktu kalian, bukan uang kalian."

Mama dan Papa hanya diam. Wajah mereka seperti biasa, datar. Membuat Kenta emosi dan hampir lepas kendali.

"Anta juga anak Mama dan Papa, kan? Kalian nggak bisa gitu, datang dan jenguk dia? Nggak perlu lama, hanya memunculkan diri aja, Anta pasti udah seneng kok. Selama ini, Kenta yang selalu ketakutan sendiri saat lihat keadaan Anta. Mama dan Papa nggak tau itu, kan?"

Mana mungkin mereka tau, bahkan pesan sebelumnya yang dia kirim saja, tidak mendapat balasan apa-apa. Kenta tau, dia seharusnya tidak mengatakan ini seolah berharap mereka akan setuju. Tapi bila memikirkan kondisi Anta, dia tidak bisa untuk tidak bicarakan semuanya.

Anta selalu sakit, sendirian. Dia rindu kehadiran Mama dan Papa. Dan Kenta hanya bisa melakukan ini untuk adiknya. Jika dia harus berlutut sekali pun, hanya supaya Mama dan Papa setuju, maka akan dia lakukan.

Kenta menarik napas, melihat kepada Mama dan Papa yang masih diam membisu. Seperti tidak mendengar ucapan apa pun dari nya. Kenta akhirnya berdiri, dan berjalan sedikit untuk mendekat ke arah mereka. Kemudian mulai merendahkan tubuhnya, berlutut tepat dia hadapan mereka.

|✔| KENANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang