"Setelah rapat, gue janji bakal balik cepet. Selama gue pergi, lo harus istirahat. Jangan aneh-aneh. Kalau ada apa-apa langsung kabarin. Paham?"
Kata-kata Kenta terus berulang dalam kalimat yang sama, hingga membuat Anta januh mendengarnya. Padahal Anta sudah berjanji dan dengan menurut mengikuti perintah Kenta. Tapi cowok itu masih terus berbicara.
"Iya, Kak, iya. Lo ngomong lagi, gue jamin bakal telat." Anta hanya berkilah, hanya agar Kenta cepat pergi ke sekolah. Ini sudah hampir pukul enam tigapuluh, jika Kenta belum pergi juga, maka gerbang sekolah akan tertutup.
Kenta menghela napas panjang, melirik pada Anta yang berbaring diatas kasur. Selimut melilit tubuh kecil Anta hingga hampir tenggelam. Menyaksikan wajah pucat Anta yang berusaha meyakinkan dirinya, Kenta tidak rela untuk pergi sekarang.
Adiknya sakit, dan dirumah ini tidak ada siapa-siapa jika dia pergi. Mengingat kondisi Anta yang memburuk malam tadi. Anak itu kesulitan bernapas ditengah malam. Untung saja dia tidur bersama anak itu, jika tidak ... Kenta bahkan tidak berani memikirkan nya.
Melihat Kenta yang belum juga beranjak, Anta memutar bola mata. "Kak. Telat jangan salahin gue." Ucapnya lagi mengusir Kenta. Tubuhnya lemas, dan matanya panas, ingin segera menutup. Tapi Kenta tidak beranjak juga sejak tadi.
"Gue ... gue ragu buat tinggalin lo. Gue ijin aja, deh."
"Nggak bisa! Lo harus hadir hari ini. Gue tau, hari ini lo ada jam tambahan untuk persiapan ujian. Kak, gue baik-baik aja. Cuma butuh tidur, jangan fikirin gue."
"Tapi, Ta. Gue juga nggak bakal tenang tinggalin lo sendirian."
Anta menghela napas. "Gue baik-baik aja, oke? Gue janji, bakal jaga diri, dan nggak bakal aneh-aneh. Lo bisa tenang, Kak."
"Yakin?" Kenta rupanya masih belum yakin pada ucapan adiknya. Karena Kenta sangat tau, bagaimana sifat Anta.
"Yakin. Udah sana pergi!"
Memandang sekali lagi pada Anta, Kenta akhirnya mulai beranjak. Sebelum itu, memastikan jika obat dan air putih sudah terletak di atas meja. Dan juga menyetel alarm supaya Anta meminum obat tepat waktu. Setelah itu pergi.
Memastikan Kenta sudah benar-benar pergi, Anta menyibak selimut nya. Cowok itu mengeluarkan sebuah surat dari laci meja. Surat yang sudah ia simpan bertahun-tahun lalu.
Anta membukanya perlahan. Walau ini kesekian kalinya ia membaca tulisan tangan Mama itu, tetap saja rasanya sesak. Beberapa deret kata itu memang bukan untuknya, melainkan untuk Kenta. Tapi Anta seolah berfikir jika Mama menulis itu untuk dirinya.
Delapan tahun lalu, anak pertama Mama, yang bernama Kenta lahir kedunia. Anak laki-laki dengan pemilik senyum indah yang menenangkan. Kenta lahir dan menjadi belahan jiwa Mama.
Bagi Mama, Kenta adalah anak terbaik di dunia. Kenta pintar, selalu membuat Mama bangga.
Selamat ulang tahun anak terbaik Mama dan Papa. Semoga selalu menjadi kebanggan kami, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KENANG
Novela Juvenil[TERBIT] [Part Tidak Lengkap!] Ini bukan tentang pertemuan sederhana, tapi ini tentang ikatan yang bermakna. Sebuah usaha demi seseorang yang berharga. Kepingan kisah yang disatukan, hanya untuk sosok itu, yang hadirnya tidak pernah bisa dihilangkan...