Kenang; ini secuil kisah paling manis

1.6K 160 36
                                    

⋇⋆Kenang⋆⋇ 

Kala itu Anta benar-benar kesal, merutuk pada hujan yang datang saat dirinya hendak pulang. Dirinya sudah terjebak di sini, sejak setengah jam lalu. Berulang kali, dia berusaha menghubungi Kenta yang entah kapan akan tiba. Mengingat hujan semakin deras, dengan angin kencang.

Fokus Anta tetap pada ponsel yang berlayar hitam, menunggu sebuah notifikasi dari seseorang. Tiga menit kemudian, layar berkedip dan nama seseorang itu muncul bersama sederet pesan yang membuat senyum Anta melengkung lebar. Tak lama kemudian, langkah seseorang terdengar mendekat di tengah deru hujan.

Anta menoleh, melihat sosok Kenta yang berlari dengan menggenggam payung bersamanya. Saat Kenta sudah beberapa meter lagi, Anta meminta pemuda itu berhenti. Lalu dia sendiri yang berjalan menghampiri pemuda yang masih bingung itu.

"Makasih Kak. Gue kira lo nggak akan jemput sekarang."

Kenta menghela napas, menyerahkan jaket hitam kepada adiknya. "Mana mungkin! Gue khawatir sama lo."

"Sweet banget, gimana nggak makin sayang gue?"

"Najis, Ta!"

"Kan, gengsian banget sih Kak."

"Diem deh! Pasti dingin, kan?"

Tawa Anta masih tersisa di bibir tipisnya yang membiru. Dia tau, Kenta malu, karena wajah pemuda itu bersemu. Anta tidak lagi ingin menggoda kakaknya, lalu dia meraih tangan Kenta untuk di genggam. Bohong jika dia tidak merasa kedinginan.

Senyum Kenta mengembang diam-diam lalu membalas genggaman Anta. Dapat dirasakan tangan itu dingin dan membeku. Kenta berusaha membagi kehangatan yang dia punya untuk sang adik. Hanya agar Anta merasa hangat dan nyaman.

"Kak, laper." Beberapa saat kemudian, Anta merengek. Dua jam dia pergi dari rumah, belum ada makanan apapun yang dia makan sejak itu. Awalnya, setelah kerja kelompok  selesai, dia berniat segera pulang. Namun hujan menahannya di sini selama setengah jam. Belum lagi harus menunggu Kenta yang hendak menjemputnya.

Kenta melirik kepala yang bersandar di bahunya, kemudian bersuara. "Sabar. Hujannya masih belum reda."

"Tapi Kak, laper banget. Nanti kalau gue mati di sini gimana?"

"Gampang. Gue biarin mayat lo di sini, terus gue pulang."

"Kejam! Sakit hati dedek."

Bulu-bulu halus di tubuh Kenta berdiri, karena ucapan Anta yang terdengar menggelikan. "Jijik banget, Ta. Kenapa jadi gini sih lo? Diajarin siapa?"

Namun Anta tak menjawab. Malas rasanya. Kini dia memilih memejamkan mata. Kenta juga tidak lagi bersuara, menatap diam-diam pada Anta yang terlihat tenang. Lebih baik melihat Anta terpejam, karena sisi imut anak itu akan bertambah.

Dua puluh menit, hujan sedikit reda. Hanya tinggal rintiknya saja. Kenta membangunkan Anta, mengajak anak itu agar segera kembali sebelum hujan kembali deras seperti tadi. Setelah mengeratkan jaket di tubuh adiknya, Kenta barulah yakin untuk melajukan motornya membelah jalanan.

Tangan Anta agak gemetar karena terpaan angin dan rintik hujan. Dia mengerarkan tangannya di antara saku jaket Kenta. Memeluk tubuh kakaknya dari belakang. Rasa hangat perlahan menjalar yang berasal dari tubuh Kenta. Membuatnya sedikit nyaman.

Tidak ada yang berbicara, tapi Kenta ingat jika adiknya pasti tengah kelaparan. Sebenarnya Kenta ingin segera pulang, tapi Anta lapar, jadi dia memutuskan mencari kedai makanan terdekat.

Tidak ada waktu untuk memilih makanan lagi, karena wajah Anta sudah putih karena kedinginan. Kenta membawa anak itu ke kedai makanan khas lokal biasa. Anta tidak protes, karena niatnya setelah makan, ingin segera pulang lalu membungkus tubuhnya dengan selimut.

Bibir tipis Anta terus bergetar, itu semua tak luput dari perhatian Kenta. Karena tak tega, saat makanan sudah tiba, Kenta berinisiatif menyuapi adiknya. Anta tak menolak tentu saja, justru dia dengan senang hati membuka mulut dan menerima suapan kakaknya.

"Gue punya adek udah hampir dewasa, tapi rasanya tetep aja bayi." Kenta bersuara, agak menyindir rupanya. Anta mengerjap, tak paham dengan apa yang kakaknya katakan.

Kemudian Kenta bersuara lagi. "Makan harus di suapin, mandi harus pun harus ditemenin di luar. Pakaian ganti juga. Bener-bener urus bayi ini mah."

Anta masih belum paham, dan dengan santai menerima setiap suapan yang Kenta berikan.

"Sok-sokan kuat, padahal cengeng banget. Anak taekwondo sih, tapi manjanya nggak ketulungan. Penakut juga. Tidur sendiri aja nggak berani. Apa-apa Kakak, sedikit-sedikit Kakak." Sindiran Kenta masih berlanjut.

"Kakak ngomong apa sih? Lagi sindir siapa?"

"Anak tetangga."

"Oh." Anta diam sejenak. "Tapi kok ... definisi nya mirip gue?"

Kan emang lo! Batin Kenta berteriak. Tapi tentu saja tidak. Pemuda itu hanya tersenyum sangat tipis. Membuat Anta bertanya-tanya.

Kakaknya aneh!

"Kak."

"Hm?"

"Makasih."

Tangan Kenta berhenti di udara. Lalu menatap Anta tak mengerti. "Buat apa?"

"Buat semuanya lah. Lo udah sabar banget urusin gue yang rewel ini, manja, dikit-dikit harus Kakak. Tapi lo nggak pernah marah. Lo berarti buat gue, lo segalanya buat gue. Lo semesta gue, Kak."

"Ta?"

"Apa? Lo nggak percaya?"

"Percaya. Karena kalau lo nggak sayang sama gue, mau sayang sama siapa lagi? Tapi ... lo nggak pernah gini. Nggak biasanya blak-blakan."

"Suka-suka gue dong. Tapi emang beneran Kak. Gue sayang sama lo, jangan capek jadi Kakak gue. Karena gue cuma bisa bergantung sama lo. Oke?"

Kenta meletakan sendok yang masih dalam genggamannya. "Oke! Lo juga harus janji, jangan pernah pergi."

"Janji!"

Anta mengulurkan jari kelingkingnya. Ingin membuat janji dengan Kenta. Kenta menyambut uluran jari tersebut, lalu mengaitkan dengan kelingkingnya sendiri. Janji sudah terbentuk. Tidak ada yang boleh pergi di antara mereka.

Tapi janji itu tiga tahun lalu.

Kenyataannya, manusia hanya bisa merencanakan. Karena tidak ada yang tau, apa yang akan terjadi ke depannya. Janji itu diingakari begitu saja. Sosoknya telah pergi.

Pada akhirnya, tidak ada yang bisa mengatur tentang apapun yang akan terjadi di hari ini, hari esok, dan hari-hari yang akan datang, kecuali Tuhan.

⋇⋆Kenang⋆⋇ 

Ini hanya sepenggal kisah manis yang belum sempat ter-ceritakan.

Mungkin ada yang merindukan mereka sama seperti aku?
Semoga secuil kisah ini, bisa mengobati rindu itu.

Oiya, besok aku ujian. Minta doa semoga semuanya lancar ✨






Dunia Khayalan,
21 Maret 2021

|✔| KENANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang