Di hari ketiga di bulan Februari itu, Kenta merasakan ada hal aneh yang terjadi pada adiknya. Anak itu tidak bersemangat sejak pagi, di tambah dengan wajahnya yang kuyu dan pucat. Berulang kali Kenta bertanya ada apa, namun jawaban Anta selalu mengatakan tidak apa-apa. Tidak ada masalah yang perlu di khawatirkan, katanya.
Awalnya Kenta mencoba untuk menurut. Tetap diam dan melihat tingkah Anta dari ke hari. Sampai pada hari ke tujuh, kondisi anak itu tidak membaik juga. Sering kali sesak naas, batuk parah, dan nafsu makannya berkurang.
Maka Kenta memutuskan pagi ini untuk bertanya lagi. Kali ini kedua cowok itu tengah menikmati sarapan. Kenta berdehem pelan untuk meminta perhatian Anta.
"Masih sesak? Batuk lo gimana?"
Anta menggigit ujung roti, kemudian menjawab. "Enggak. Gue baik-baik aja."
Dari nada suara yang anak itu keluarkan, Kenta merasa bahwa Anta berusaha menghindar. Semenjak hari itu, sikap Anta memang sedikit berubah. Lebih sering marah dan sensi tanpa alasan yang jelas.
"Kalau ada apa-apa, bilang sama gue." Kenta memilih mengalah dan diam lagi untuk kali ini. Cowok itu mulai fokus pada sarapannya.
Setelahnya, kedua kakak beradik itu berangkat ke sekolah. Di sepanjang jalan pun, Anta tidak banyak berucap, tidak seperti biasanya. Menambah kebingungan dalam diri Kenta.
Begitu sampai di halaman sekolah juga, Anta langsung melesat meninggalkan parkiran dan berjalan lesu menuju kelasnya. Kenta mengikuti di belakang sampai Anta mencapai ambang pintu kelas nya. Lalu Kenta berbalik dan pergi ke kelasnya sendiri. Di pertengahan jalan, cowok itu bertemu dengan Adam yang baru saja tiba.
"Pagi, Bang." Sapa Adam dengan gaya santainya.
"Kemarin Anta bolos?" Tanpa menjawab pertanyaan Adam, Kenta melontar tanya.
"Enggak. Kemarin dia cuma diem di kelas, terus tidur. Kenapa memang?"
"Lo nggak kerasa aneh?"
Alis Adam menyatu bimbang. "Aneh? Aneh gimana sih, Bang?"
Menarik napas panjang, Kenta mulai menjelaskan. "Hampir seminggu ini, Anta sering mimisan, muntah, juga sakit kepala. Lo nggak tau itu?"
Adam berfikir sejenak. Beberapa hari lalu, dia memang menemukan Anta yang sempat mimisan. Juga, wajah anak itu yang selalu pucat akhir-akhir ini. Dia juga merasakan perbedaan yang mencolok dari sikap Anta.
"Iya sih. Tapi gue fikir, dia lagi bad mood."
Kenta menunduk, "gue titip Anta." Sebelum menunggu Adam membalas, Kenta sudah berjalan pergi begitu saja.
Yang Adam rasakan kini, hanyalah perasaan bingung. Tapi lebih dari itu, ia juga khawatir. Menggeleng keras, ia kembali melanjutkan langkahnya ke kelas. Sampai di ambang pintu, suasana kelas yang ramai langsung menyambut retinanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KENANG
Genç Kurgu[TERBIT] [Part Tidak Lengkap!] Ini bukan tentang pertemuan sederhana, tapi ini tentang ikatan yang bermakna. Sebuah usaha demi seseorang yang berharga. Kepingan kisah yang disatukan, hanya untuk sosok itu, yang hadirnya tidak pernah bisa dihilangkan...