Bagian 8; terjadi

2.1K 273 68
                                    

Kenta pikir, semua akan baik-baik saja, dan berjalan normal seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenta pikir, semua akan baik-baik saja, dan berjalan normal seperti biasa. Namun takdir berkata lain untuknya dan Anta. Setelah datang kerumah sakit hari itu, kini dunianya dan Anta seolah di jungkir balikan dalam satu waktu.

Penjelasan panjang dokter hari itu tidak Kenta pahami sepenuhnya. Tapi intinya adalah, paru-paru Anta tidak baik-baik saja. Salah satunya tidak berfungsi, dan semakin memburuk. Mulai saat ini, Anta akan kesulitan bernafas.

Itulah kenyataan paling pahit dalam hidupnya selama ini. Dibanding kesepian atas ketidak-hadiran Mama dan Papa. Anta mungkin masih bisa tertawa saat dokter mengatakan itu. Cowok itu justru yang menguatkan dirinya.

Tapi Kenta tau, dengan jelas, Anta sudah patah. Hidupnya di permainkan sejauh ini dengan semesta. Siapa pun, tidak akan bertahan bila mendapat kenyataan menyakitkan seperti ini. Yang Kenta tau, sejauh ini, Anta masih lah Anta. Dengan segela sikap jahil dan manja nya.

Waktu berlalu dalam putaran yang begitu cepat. Seolah sedang menggenggam pasir dikedua tangan. Saat ini Kenta sedang sibuk mempersiapkan ujian yang hampir tiba. Sebagai siswa tingkat akhir, Kenta hampir tidak bisa membagi waktunya. Tapi sebisa mungkin tetap Anta yang menjadi prioritas nya.

Kenta melirik Anta yang menaruh kepalanya di atas meja perpustakaan. Suasana yang hening dan sejuk, membuat Anta tertidur hampir sepuluh menit ini. Kebetulan memang sedang ada jam kosong, katanya guru sedang rapat, jadi Kenta langsung menarik adiknya ke tempat ini.

Anta tidak suka belajar, dia lebih suka olahraga. Tapi kini kondisinya tidak memungkinkan. Jangankan untuk berlari, hanya meniki tangga saja, dia sudah kesulitan bernafas.

Berbeda dengan Kenta yang sangat lemah dibidang olahraga. Cowok itu lebih unggul di mata pelajaran. Itulah sebabnya ia menjadi kesayangan para guru disini.

Cukup lama membaca, Kenta merasakan sudut matanya perih dan barair. Menutup buku, dan mengusap sudut matanya, Kenta meraih kepala adiknya. Mengusap rambut halus dan tebal itu perlahan. Merasa terganggu, Anta membuka matanya perlahan.

"Balik. Gue udah selesai baca." Ucap Kenta pada Anta yang masih belum sepenuhnya sadar. Menguap lebar, Anta mengangguk kemudian berdiri.

Di sepanjang koridor, banyak siswa dan siswi yang berada diluar kelas. Sangat ramai dan sesak. Jadi Kenta berpindah posisi kesamping Anta. Benar-benar memperhatikan setiap langkah adiknya.

"Kak,"

"Kenapa?"

"Laper."

Kenta melirik jam, dan mendesah pelan. Bagaimana ia bisa lupa, jika adiknya belum makan siang? Maka setelah memastikan Anta masuk kedalam kelas nya sendiri, Kenta berbalik menuju kantin.

|✔| KENANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang