Chapter 14

776 86 1
                                    

"Zel!" peringat Arsen.

Grizelle tak menggubris, tetap menatap Pak Deon, menanti jawaban yang akan diberikan sebagai penentu hidup seseorang. Tak perlu takut melanggar hukum. Karena faktanya, kasus yang berada dalam naungan Luiexis Academy bebas dari jerat hukum kerajaan mana pun.

"Apa alasan kamu bertanya seperti itu, Grizelle?" tanya Pak Deon berusaha tenang.

Grizelle mengangkat bahu acuh, "Setahu saya, Pak. Misi yang diberikan Luiexis Academy pelakunya bisa hidup atau mati tergantung dari kejahatan yang mereka lakukan. Dan setelah saya baca berkas dari Bapak, saya rasa dia pantas mati," jelasnya dengan senyum miring membuat mereka semakin tercengang.

Helaan bapas berat keluar dari bibir tebal Pak Deon, tak habis pikir dengan jalan pikiran salah satu siswinya. Memang benar jika dilihat dari tindak kejahatannya dia pantas mati.

"Grizelle, lebih baik kamu buang jauh-jauh keinginanmu untuk membunuhnya!" perintah Pak Deon dingin.

Grizelle nampak tenang tak terganggu dengan aura yang dikeluarkan Pak Deon. Karena menurutnya, buat apa membiarkan dia hidup jika yang dilakukan selalu membunuh sesamanya dengan alasan menjadikan mereka kelinci percobaan.

"Saya anggap kamu paham dengan ucapan saya. Bukankah diberkas juga sudah tertulis keinginan klien?"

Grizelle menghela napas sebelum mengangguk. Dia tak bisa membantah jika diberkas sudah tertulis keinginan klien melarang mereka membunuhnya.

"Bagus. Karena ini misi pertama kalian, saya harap kalian tidak membuat keributan apalagi pulang dengan kegagalan," ucap Pak Deon.

"Siap, Pak!" sahut mereka kompak.

"Ya sudah, lebih baik kalian kembali dan persiapkan apa yang perlu dibawa besok!" usir Pak Deon sambil memijat pelilisnya.

"Baik, Pak," sahut mereka serempak, langsung keluar dari ruangan.

Tepat di luar ruangan, Vincent mengeluarkanan unek-uneknya yang sama seperti Grizelle. Membunuh si pelaku.

"Terus kenapa tadi diam saja, hah?" sentak Rissa membuat Vincent cemberut.

"Kan Grizelle sudah bilang tadi makanya aku diam saja~" ucapnya membela diri.

Rissa mendengus, "Alasan. Bilang saja kau takut."

"Haah ... aku tak habis pikir dengan Survesus Academy," ucap Phelan yang diangguki mereka.

"Ku rasa ini ada campur tangan pihak lain," ucap Arsen menyuarakan pikirannya.

Grizelle mengangguk, "Dan ku rasa dia berpengaruh disana."

"Wahh ... sepertinya ini akan menarik~" ucap Phelan dengan senyum devilnya.

"Ayo, kita persiapkan kejutan buat mereka!" seru Naya semangat.

"Eih, jangan berlaga sok jadi ketua. Ketuanya 'kan Grizelle!" kata Rissa membuat Naya cemberut.

Yah, kemarin Grizelle ditetapkan menjadi ketua. Tentu saja mereka setuju. Karena melihat bagaimana kemampuan dan kecerdasan Grizelle, menjadikannya menjadi sang leader ditim mereka.

"Ish, kau ini. Tak perlu kau kasih tahu pun aku juga tahu," rajuk Naya.

"Sudahlah, Ris. Naya, tak apa lakukanlah jika kau memiliki ide. Karena kita tim bukan individu. Jadi pendapat kalian juga penting disini," ucap Grizelle bijak membuat mereka semakin kagum saja dibuatnya.

"AKH, Grizelle~ andaikan aku laki-laki sudah pasti aku akan menjadikanmu wanitaku~" seru Rissa menghalu.

"Dan sayangnya kau perempuan, Nona!" tekan Arsen diakhir ucapannya.

The Legend Of The DaggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang