Chapter 16

727 82 0
                                    

Aura gelap yang menguar dari Pak Dema belum juga hilang membuat atmosfer di dalam ruangan semakin mencekam. Grizelle dan teman-temannya duduk santai, tidak terusik dengan aura gelap yang sengaja dikeluarkan.

Dengan anggun, mereka menyesap teh herbal hitam yang dihidangkan. Pak Dema semakin menggertakkan giginya melihat mereka tak terusik dengan auranya.

"Di usia muda seperti ini kalian sudah bermain-main, apa tak takut dengan hari esok?" tanya Pak Dema santai berbanding terbalik dengan sorot tajamnya.

TAK

Grizelle meletakkan cangkir tehnya sebelum memusatkan perhatian pada Pak Dema. Tersenyum manis, "Terimakasih atas perhatian yang Bapak berikan pada kami," ucapnya lembut.

Pak Dema menggeram marah dengan mata yang hampir keluar. Harga dirinya serasa diinjak dihadapan mereka yang masih bau kencur, tak pernah ada yang memperlakukannya serendah ini sebelumnya. Tangan kekarnya menggebrak meja dengan kuat hingga teh di dalam cangkir muncrat ke luar.

BRAAK

PLAAS

Grizelle terseyum miring melihat reaksi Pak Dema, dia tak akan berlaku kurang ajar jika tak diusik duluan. Mereka hanya menjalankan tugas dan diberi sambutan gas beracun, tentu saja dia marah.

Racun gas khayalan merupakan gas yang dihasilkan dari kelopak bunga eurofia yang dikeringkan dan ditumbuk hingga halus. Penggunaanya sangat mudah, mereka hanya perlu menghembuskan kelopak bunga eurofia yang sudah halus ke atas dan membuatnya tercampur dengan udara.

Efek racun gas khayalan selain masuk dalam dunia pikiran mereka juga bisa kejang-kejang, jika dalam 5 jam belum juga sadar.

"APA SEBENARNYA MAU KALIAN?" tanya Pak Dema murka. Matanya menusuk tepat netra merah Grizelle.

Senyum Grizelle menghilang tergantikan dengan wajah datarnya. Membalas tatapan Pak Dema tak kalah tajamnya, membuat beliau tersentak kaget.

"Kami hanya ingin melihat perlombaan, apa itu salah?" tanya Grizelle dingin.

Teman-temannya meneguk saliva kasar merasakan aura dingin Grizelle yang menekan mereka hingga sulit rasanya untuk bernapas.

"B-benarkah?" tanya Pak Dema gugup. 'Siapa sebenarnya gadis ini? Kenapa auranya begitu kuat?' pikir Pak Dema menatap Grizelle intens.

"Ya!" sahut Grizelle.

"Ekhem. Kami disini tidak akan membuat keributan, Pak. Jadi, Bapak tak perlu khawatir," jelas Vincent.

Pak Dema menghela napas, menetralkan emosinya agar kembali stabil, "Maafkan ketidaksopanan kami. Saya menyebar gas beracun hanya untuk melindungi semua murid dan guru dari bahaya," ucap Pak Dema pelan.

"Bukannya disini aman, Pak?" tanya Naya, karena dia tak pernah mendengar Survesus Academy terlibat dalam pertarungan antar siswa.

"Ya, dulu. Sebelum adanya kasus korban keracunan hingga pihak kerajaan menekan kami untuk bertanggung jawab. Karena salah satu murid kami yang menyebabkan bencana tersebut. Tapi, karena beberapa alasan dia tak dipenjara dan tetap diperbolehkan sekolah ...." tutur Pak Dema dengan wajah lesunya.

"Alasan?" tanya Phelan dengan kerutan halus dikeningnya.

"Iya, sahabat si pelaku yang merupakan keponakan raja memohon agar tak menghukum sahabatnya. Hingga raja mau tak mau menyetujuinya,"

Mereka semakin mengkerutkan dahinya mendengar penjelasan Pak Dema. Bagaimana mungkin seorang raja membiarkan begitu saja pelaku yang membunuh hampir setengah rakyatnya.

The Legend Of The DaggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang