Chapter 13

826 92 2
                                    

Sejak hari itu, mereka mulai berlatih secara terang-terangan. Tidak lagi di hutan tetapi di gedung pertarungan, gedung yang didesain khusus untuk meningkatkan kekuatan elemen maupun keahlian penggunaan senjata. Dengan dilapisi setiap elemen membuat gedung tersebut menjadi kuat, sehingga dapat menahan serangan mereka.

Pak Darius selaku guru senior terjun langsung melatih mereka. Jangan ditanya seberapa tegasnya beliau dalam mengajar. Phelan yang biasanya tak pernah mengeluh sampai melambaikan tangan dibuatnya. Selain itu, alasan Pak Darius melatih mereka secara langsung, karena kekuatan mereka yang diatas rata-rata. Naya-Vincent 198 Exousia, Rissa-Phelan 197 Exousia, Arsen 220 Exousia, dan Grizelle 290 Exousia.

"RISSA, KONTROL KEKUATANMU!" teriak Pak Darius membuat Rissa mendesah lelah.

Phelan mengepalkan tangan kanannya, "SEMANGAT, RIS!" teriaknya membuat teman-temannya bersiul menggoda.

Tak urung membuat pipi Rissa memerah malu. Netranya kembali menatap objek di depan sana. Kembali fokus menatap sebatang pohon mangga yang tergeletak tanpa daun dan akar. Mengulurkan tangan ke depan diikuti menutupnya kelopak mata.

HUFT

Bulu mata lentiknya secara perlahan terbuka menampakkan netra hijau toskanya yang mulai menggelap membuat teman-temannya merasa cemas. Sudah 25 kali percobaan dan selalu kegagalan yang didapat. Seharusnya batang pohon tersebut dapat kembali hidup tapi langsung mengering membuat Rissa kesal bukan main.

"AYO, RIS ... SEMANGAT!" teriak Naya.

SSIINNGG

Cahaya kehijauan mulai muncul di telapak tangan Rissa, netranya semakin tajam menatap batang pohon mangga tersebut.

SUT

SUT

Satu demi satu daun mulai muncul memenuhi ranting begitu juga dengan akar yang mulai masuk ke dalam tanah, secara perlahan mulai menarik batang pohon mangga untuk berdiri tegak. Tentu saja hal itu membuat mereka menerbitkan senyumnya. Merasa yakin jika kali ini akan berhasil.

SUT

SRUK

DRUK

Rissa tersenyum puas menatap pohon mangga yang sudah berdiri dengan kokohnya. Daun hijau memenuhi ranting dan beberapa kuncup bunga nampak bergoyang akibat belaian angin.

"Bagus, Rissa ...." komentar Pak Darius membuat Rissa senang bukan main.

Teman-temannya serentak mengacungkan kedua ibu jarinya, menatap bangga padanya. Rissa mengayunkan kakinya menghampiri mereka, memberikan pelukan hangat. Mereka yang selalu memberikan semangat dan dukungan membuatnya bangkit lagi dan lagi.

"Kerja bagus," ucap Grizelle membalas pelukan Rissa tak kalah eratnya.

"Makasih, Zel~"

"Sudah-sudah. Senangnya nanti dulu, kalian harus berlatih lagi dalam menggunakan senjata. Bapak tau kalian sudah mahir terutama kamu Grizelle. Tapi tak ada salahnya 'kan kalian berlatih lagi?" tanya Pak Darius membuat mereka terkekeh.

Pak Darius menatap senjata mereka satu per satu, "Senjata yang kalian pilih adalah senjata khusus pengguna pemilik kekuatan elemen begitu kuat. Semakin besar kekuatan kalian maka semakin bagus senjata yang kalian gunakan. Contohnya pedang Phelan, pedang dengan warna ungu terang. Jika Phelan mengalirkan kekuatanya ke pedang tersebut maka pedangnya akan bercahaya," terang Pak Darius.

"Tapi, Pak, bukannya pedang Kak Lucer juga berwarna ungu?" tanya Phelan yang beberapa hari lalu melihat seniornya sedang berlatih.

"Iya, tapi jika kau perhatikan lebih cermat lagi akan nampak perbedaannya."

The Legend Of The DaggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang