Chapter 32

595 59 3
                                    

Seseorang menatap bulan purnama dengan kening mengkerut dalam. Dirinya tengah berpikir keras, menyusun sebuah rencana agar dia bisa menjadi penguasa sepenuhnya di Benua Fryliana.

"Sial," rutuknya kesal. Tangannya terkepal kuat dengan mata menyorot tajam.

Seorang wanita yang berbaring di ranjang king size berwarna cream menatap Raja Gerfio jengah. Sudah hampir 3 jam sejak mereka selesai melakukan sesuatu yang menyenangkan sekaligus menggairahkan tapi tak kunjung membuat hati Raja Gerfio senang.

Wanita itu bangkit tanpa membawa selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Jari lentiknya membelai bahu kanan Raja Gerfio lembut, "Raja~ tenanglah. Aku yakin hanya Raja seorang yang pantas menjadi penguasa~" ucapnya manja.

Raja Gerfio melirik wanita imut dengan netra merah darah. Tubuh berisinya semakin menjadi daya tarik dalam dirinya hingga membuat sudut bibir Raja Gerfio terangkat.

'Ahh, benar juga. Apa aku serahkan kerajaan ini padanya agar aku bisa kembali. Dia juga cukup berkompeten,' pikirnya menatap intens.

"Raja ... jangan menatapku seperti itu," ucap wanita itu malu.

Raja Gerfio terkekeh lalu tangan kekarnya membelai lembut pipi wanita tersebut. "Ruina, apa kau tak merasa bersalah dengan Odien?" tanyanya dengan tangan yang terus turun membelai tiap inci tubuh Ruina.

Ruina menggeram menikmati sentuhan lembut Raja Gerfio, "Tidak. Buat apa aku merasa bersalah? Dia sudah bukan raja ku lagi, tapi andalah Rajaku~" ucapnya sensual.

Ruina Fluta merupakan tangan kanan Raja Odein. Meskipun dia perempuan dan masih sangat muda, tapi dia cukup berkompeten menjalankan setiap tugas yang diberikan. Hingga akhirnya Raja Odein merekutnya menjadi tangan kanannya dan tak menggubris penolakan para menteri dan pengurus lainnya.

Raja Gerfio yang mendengar ucapan Ruina tersenyum miring, "Besok aku harus pergi," lalu mencium pipi Ruina.

Bibir Ruina mencebik yang semakin membuatnya nampak menggemaskan, "Kemana? Lalu aku bagaimana? Kenapa harus besok? Apa tidak bisa disini saja denganku?" tanyanya beruntun.

"Icelia Kingdom. Waktuku tak banyak, Ruina."

Ruina melepas paksa pelukan Raja Gerfio lalu melangkah ke ranjang dan duduk ditepinya. Dirinya kesal mendengar Raja Gerfio akan pergi meninggalkannya.

Meskipun baru beberapa hari lalu dia bertemu dengan Raja Gerfio dan itu pun bukan di suasana yang menyenangkan. Tapi dirinya langsung jatuh hati dengan Raja Gerfio hingga membuatnya berani mengkhianati Raja Odein.

"Kau tak berhak mengaturku, Ruina!" ucap Raja Gerfio dingin. Tanganya mengambil kemeja putih yang tergeletak di lantai untuk dipakainya.

Raja Gerfio memang tak suka diatur-atur oleh perempuan. Dia hanya membutuhkan mereka untuk menuntaskan birahinya dan menyalurkan rasa benci dalam hatinya pada seseorang yang tak dapat dimilikinya. Raja Gerfio akan menjerat mereka ke dalam pesonanya lalu membuang mereka bak sampah.

Ruina menunduk sedih, tersadar jika yang diucapkan Raja Gerfio benar adanya. Akibat kesenangan sesaat dirinya sampai lupa jati diri pria itu.

"Satu lagi."

Ruina menatap Raja Gerfio yang sudah mengenakan seluruh pakaiannya.

"Barda Kingdom aku serahkan padamu. Ku harap kau tak mengecewakanku, Ruina," lanjutnya dingin lalu berlalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun salam perpisahan.

Ruina terdiam kaku menatap punggung Raja Gerfio yang kian menjauh. Sudut bibirnya terangkat sempurna menerima kepercayaan sebesar ini dari Raja Gerfio.

"Aku sudah menduga jika dia tertarik denganku," ucapnya percaya diri lalu masuk ke dalam selimut.

The Legend Of The DaggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang