Chapter 23

667 71 0
                                    

PRANG

"DASAR BODOH!" teriak Raja Gerfio murka. Netra birunya menatap nyalang bawahannya yang gemetar ketakutan.

"Ampuni kami, Raja. Gadis itu sangat mengerikan. Jika kami tetap masuk, nyawa kami ikut melayang," ucap salah satu dari mereka takut.

Raja Gerfio mendecih sebelum melangkah menghampiri. Tangan kekarnya mencengkram kuat dagu orang tadi, "Lebih baik kau ikut mati dari pada kembali!" desisinya tajam lalu melemparnya kuat hingga menabrak dinding.

SRIIINNGG

Di tangan kanan Raja Gerfio muncul pedang es yang semakin membuat mereka pucat pasi.

"Raja ampun! Kami mohon beri kami kesem ..."

CRASSS

Pedang esnya langsung memotong ucapan orang tadi. Darahnya langsung muncrat mengenai lengan kemeja Raja Gerfio. Tak mempedulikan rengekan mereka, Raja Gerfio kembali melayangkan pedangnya membungkam bibir mereka dengan menebas kepala mereka satu per satu.

Amarahnya belum juga hilang setelah membunuh 30 prajurit bayarannya. Kakinya melangkah keluar, menyusuri lorong sunyi tanpa adanya penjagaan seperti lorong lainnya.

Darah yang menempel di pedang Raja Gerfio bersinar akibat pantulan cahaya bulan. Urat disekitar wajahnya menonjol setiap mengingat tangan kanannya ditangkap oleh gadis kecil itu. Gadis yang selalu mengingatkannya dengan seseorang.

"Akan ku bunuh kau dengan tanganku sendiri, bocah!" ucapnya penuh tekad.

Kakinya berbelok ke kanan saat di pertigaan lorong. Senyumnya mengembang menatap pintu berlapis emas yang tak jauh darinya.

Dua penjaga segera membungkuk hormat, tentu saja tak dihiraukan Raja Gerfio. Karena hati Raja Gerfio tengah tak sabar untuk melihat si pemilik kamar.

Tanpa buang waktu, tangannya segera mendorong pintu setelah menyimpan kembali pedangnya. Di sana, dia melihat wanita cantik tengah tertidur dengan pulasnya.

Yah, wajar saja. Sekarang masih pukul 03.00 dini hari. Tentu saja masih tertidur bukannya berkeliaran seperti Raja Gerfio.

"Raja?" kaget wanita itu saat merasakan elusan di pipi kanannya.

Refleks dia langsung duduk, membuat tangan Raja Gerfio menggantung. Matanya masih melotot terkejut menatap Raja Gerfio yang juga menatapnya.

Sudah lima bulan Raja Gerfio tak tidur dengannya dan sekarang tanpa ada pemberitahuan datang menghampiri dengan baju berlumuran darah.

Eh, apa? Darah?

"Raja, ada apa dengan bajumu?" tanya wanita itu khawatir menghampiri Raja Gerfio.

Raja Gerfio tersenyum, "Aku tak apa, Felicia."

Wanita itu tersentak mendengar Raja Gerfio kembali memanggil namanya. Sudah dua tahun bibir tebal itu tak menyebut namanya. Tak hanya itu, bibir tebal itu juga tak pernah tersenyum lembut seperti malam ini.

Sungguh hati Ratu Felicia menghangat. Tangannya segera mendarat di pipi Raja Gerfio, mengelusnya lembut, memastikan jika yang ia rasakan bukanlah hanya ilusi semata.

"Bi hiks bisakah kau hiks mengucapkannya lagi?" pinta Ratu Felicia, matanya nampak sedikit hidup dari biasanya.

Raja Gerfio menangkup tangan istrinya, mengelusnya lembut yang semakin membuat air mata Ratu Felicia semakin mengalir deras.

"Sssttt, kenapa menangis?" tanya Raja Gerfio lembut.

Ratu Felicia menggeleng, sekarang dia yakin jika ini tidaklah ilusi semata. "Ini tangisan bahagia, Raja," ucapnya dengan senyuman manis terpatri di bibir tipisnya.

The Legend Of The DaggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang