Chapter 31

575 64 0
                                    

"Nghh," gumam seseorang. Tangannya terulur memegangi dahi lalu diberi tekanan sedikit untuk mengurangi pusing akibat efek racun yang belum sepenuhnya hilang.

"Bagimana perasaanmu?" tanya seseorang memperhatikan raut wajahnya.

Matanya terbuka, menatap pria paruh baya dengan kaca mata bulat menggantung dihidungnya.

"Sedikit lebih ringan, Dok," jawabnya.

Dokter Feron tersenyum, "Syukurlah. Kau cukup banyak menghirup racunnya, tapi untunglah kau bisa mengatasinya lebih cepat ..., meskipun lumayan terlambat."

Redni tersenyum tipis menanggapi ucapan Dokter Feron.

"Arsen dimana, Dok?"

"Latihan. Karena kau sudah sadar, aku akan panggilkan Yang Mulia Kaisar dulu," ucap Dokter Fernon segera pergi menghiraukan keterkejutan Redni.

"Yang Mulia Kaisar?" gumam Redni tak percaya.

Tangannya mengetuk-ngetuk kasur gelisah dengan pikiran yang bercabang kemana-mana. 'Bagaimana ini? Aku belum siap,' pikirnya gelisah.

Redni yang masih tenggelam dalam pikirannya membuatnya tak sadar jika sang kaisar sudah berada di sampingnya. Memperhatikannya dengan tatapan datar seperti biasa.

"Ekhem!" dehem Dokter Feron mengagetkan Redni.

Mata Redni membola mendapati Grizelle berada di samping ranjangnya. Dengan cepat dirinya bangun untuk memberi hormat sebelum tangan Grizelle menahannya.

"Tidur!" perintahnya datar.

Redni mengangguk patuh dengan wajah pucat pasi.

"Dokter Feron, bisakah tinggalkan kami berdua?" pinta Grizelle tanpa mengalihkan pandangan dari Redni.

"Baik, Yang Mulia," angguknya lalu melangkah pergi.

Setelah kepergian Dokter Feron keheningan melanda mereka. Grizelle yang terus menatap Redni begitu intens membuatnya makin gelisah hingga buliran keringat membasahi kening serta telapak tangannya.

"Apa kau sudah tak sayang nyawa?" tanya Grizelle sarkas.

Mata Redni berkedip-kedip lucu karena belum tahu ke mana arah pembicaraan Grizelle.

"FoMiDa!" tekan Grizelle mengetahui kebingungan Redni.

Redni menunduk, tak berani menatap wajah dingin Grizelle. "Maaf, Yang Mulia," cicitnya.

Grizelle membuang napas kasar melihat Redni nampak merasa bersalah. "Tak perlu minta maaf. Kau hanya perlu berjanji padaku."

Kepala Redni terangkat dengan tatapan bertanya yang kentara sekali di wajahnya.

"Jangan bertindak ceroboh!"

Redni diam dengan perasaan campur aduk. Dia tak bisa memastikan suatu hari nanti akan bertindak ceroboh atau tidak. Karena dia siap melakukan apa saja jika itu bisa melindungi Grizelle dari mara bahaya.

"Apa kira kau memiliki seribu nyawa? Hingga berani menjalankan tugas itu sendiri," tanya Grizelle datar.

"Maaf, Yang Mulia."

"Berhentilah meminta maaf dan berjanjilah!" ucap Grizelle dingin.

"Baik, Yang Mulia. Hamba berjanji tidak akan bertindak ceroboh lagi," ucap Redni dengan tangan terkepal di dada kirinya.

"Bagus," sahut Grizelle puas.

Redni menatap wajah Grizelle serius, "Yang Mulia ... saya mencurigai seseorang di Luiexis Academy."

The Legend Of The DaggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang