Chapter 20

738 80 1
                                    

Lapangan Luiexis Academy nampak lebih ramai dari biasanya. Para siswa serta guru hilir mudik dengan wajah seriusnya. Ada juga yang tengah berlatih, membuat gedung pertarungan bergetar akibat serangan elemen mereka.

Mungkin jika tak dilapisi beberapa elemen, bangunan tersebut sudah hancur akibat ledakan elemen para siswa.

Di tengah lapangan, terdapat 5 guru senior yang memiliki elemen terkuat diantara guru lainnya. Pak Darius elemen api, Pak Deon elemen cahaya, Pak Clovis elemen bumi, Bu Calya elemen alam, dan Bu Anes elemen air.

Mereka membentuk lingkaran kecil di tengah lapangan, tak memperdulikan sengatan matahari yang langsung menerpa tubuh mereka. Pak Clovis meletakkan tangannya di atas tanah lalu diikuti Bu Calya yang mengulurkan tangannya ke depan.

Grizelle, Rissa, dan Naya terus memperhatikan hingga merasakan getaran kuat pada tanah. Para siswa dan guru sampai menghentikan aktivitasnya akibat getaran tanah yang semakin kuat.

DRUK

DRUK

DRUK

Tanah di setiap sisi lapangan naik setinggi 10 m membentuk dinding-dinding kuat nan kokok. Lalu tanah tersebut mulai membentuk barisan kursi bertingkat. Pak Clovis tersenyum sebelum mengangguk pada Bu Calya mempersilahkan.

Telapak tangan Bu Calya mengeluarkan cahaya kehijauan lalu dengan secepat kilat mengelilingi dinding serta barisan kursi yang dibuat Pak Clovis. Sulur berbagai tanaman keluar, melilit dinding serta kursi. Membalut tanah hingga tak nampak lagi warna kecoklatan, yang ada hanya warna hijau dengan kelopak bunga berbagai warna.

Sekarang giliran Pak Deon, kedua tangannya terangkat. Menyalurkan elemennya untuk membentuk dinding cahaya. Cahaya biru kemerahan pun melingkupi seluruh lapangan. Karena siang hari cahayanya tak nampak.

Pak Darius maju, netra merahnya berkilat tajam. Kedua tangannya terulur ke depan, cahaya kemerahan mulai tampak dari telapak tangannya. Lalu kobaran api mengelilingi sisi lapangan, tepat dibarisan depan kursi.

Sentuhan terakhir, Bu Anes membuat dinding trasparan dari elemen air untuk menghalau serangan dari peserta agar tak melukai para penonton.

Tepat di depan kobaran api Pak Darius dinding tersebut berdiri, menjulang tinggi hingga menyentuh dinding cahaya Pak Deon.

"Apa kita melewatkan sesuatu?" tanya Naya kagum sekaligus bingung.

"Sebentar aku tanya dulu," ucap Rissa lalu memejamkan matanya. Udara disekitarnya terasa lebih kuat membuat Naya dan Grizelle sedikit bergeser.

"Apa yang dia lakukan?" bingung Naya.

"Telepathy," sahut Grizelle.

Seakan tersadar, Naya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Bagaimana mungkin dia bisa lupa? Jika pemilik elemen alam bisa berinteraksi dengan alam yang tak bisa elemen lain lakukan.

Perlahan kelopak matanya terbuka, "Kegiatan FoB ternyata," ucap Rissa menatap mereka bergantian.

Lagi, Naya dibuat bingung. Ada apa sebenarnya dengan hari ini? Bagaimana bisa otaknya tak bekerja seperti biasanya.

Apa dia tertular kelemotan Vincent. Ah ... sepertinya mulai sekarang dia harus menjaga jarak darinya. Agar tak tertular penyakit lemotnya.

"Forward or Backward, Nay. Kegiatan untuk kenaikan tingkat, " jelas Rissa seakan mengerti kebingungan Naya.

"Kapan acaranya?" tanya Grizelle.

"Nanti malam."

"Hah, kok cepet banget!" kaget Naya.

Rissa tak menjawab, memilih mengikuti Grizelle melangkah pergi. Meninggalkan Naya dengan keterkejutannya. Tentu saja, hal itu membuat Naya cemberut.

Forward or Backward atau biasa disingkat FoB merupakan kegiatan yang dilakukan Luiexis Academy setiap tahunnya untuk melihat kemampuan siswa/i.

Apakah mereka mengalami peningkatan atau tidak? Jika iya, mereka berhak naik ketingkat selanjutnya. Jika sebaliknya, mereka akan diberi waktu dua bulan untuk meningkatkan kemampuannya. Jika tak ingin dikeluarkan dari Luiexis Academy.

Setiap kelas melakukan tes yang berbeda-beda. Kelas Rakyat melakukan kolaborasi untuk memperlihatkan kemampuannya. Kelas Kesatria akan dibuat tim, satu tim beranggotakan 6 orang. Mereka akan saling menyerang menggunakan elemen, senjata, dan menggunakan taktik penyerangan. Seperti yang mereka lakukan dalam misi.

Dan terakhir, kelas Raja. Di sini mereka akan bertarung secara individu. Mereka bebas melakukan penyerangan, karena jika kamu menang. Kamu akan langsung mendapatkan misi individu dan bukan tim lagi. Selain itu, kemampuanmu akan diakui oleh seluruh kerajaan serta academy yang ada di benua Frilyana.

Jika di lapangan begitu ramai, berbanding terbalik dengan gedung kelas. Lorong panjang dengan arsitektur abstrak nampak begitu sepi. Saking heningnya, suara gesekan antar sepatu dengan lantai marmer bergema ke penjuru ruangan.

Yah ... wajar saja. Nanti malam merupakan hari yang ditunggu-tunggu seluruh siswa Luiexis Academy. Tentu saja mereka harus berlatih. Berbanding terbalik dengan gadis yang tengah mengayunkan kakinya melewati kelas-kelas Rakyat dan terus melangkah naik.

Langkahnya begitu ringan dengan sorot mata tajamnya. Auranya menguar begitu kuat. Tak seperti biasanya yang selalu dia tekan agar tak membuat orang disekitarnya merasa tak nyaman.

Otaknya terus memikirkan perkatan pria bersurai putih kemarin. Pria yang beberapa bulan lalu juga menyerangnya.

Bagaimana mungkin dia bisa percaya dengannya. Jika Raja Gerfio sendiri yang selalu membuat keributan. Tapi dia juga tak menampik. Jika dia juga sangat penasaran dengan perkatan pria tersebut.

"Demi keselamatan dunia?"

TAP

"Apa maksudnya?"

TAP

"Memangnya aku ini apa? Hingga keberadaanku begitu penting?" gumamnya tak habis pikir.

Dia hanya gadis biasa yang sejak kecil sudah dikucilkan hanya karena perbedaan fisik. Gadis yang sudah tak memiliki keluarga. Gadis beruntung yang mahir dalam bidang senjata serta kekuatan diatas rata-rata.

Ya, hanya keberuntunganlah yang mengikutinya. Mungkin ini buah dari hasil kesabarannya selama ini.

Grizelle menghela napas frustasi. Pikirannya sangat kacau sekarang, ditambah perasaanya juga tak enak.

Entah kenapa, dia merasa akan terjadi sesuatu nanti malam. Sesuatu yang membuatnya merasa takut namun juga ... bernapsu.

Yah, napsu membunuh.

'Ada apa sebenarnya denganku?' pikirnya tak mengerti.

TAP

TAP

Tepat di atap gedung dia menghentikan langkahnya. Menatap mereka yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Netra merahnya memindai seluruh sudut academy.

Lapangan yang sudah siap dijadikan arena pertarungan. Para siswa yang tengah mempersiapkan serta guru yang siap bergerak jika ada hal yang tak diinginkan.

Mereka nampak biasa saja. Tapi kenapa perasaanya masih saja tak tenang. Membuatnya berkali-kali membuang napas frustasi.

"Haahhh. Apa sebenarnya yang aku tunggu hingga membuat perasaanku bergejolak begini?" tanyanya pada diri sendiri.

Tangannya bergerak memegang belati yang selalu dibawa kemana pun dia pergi. Belati pemberian kakek Tritus, belati yang masih membuatnya bertanya-tanya.

Ada rahasia apa dengan belati ini?

Kenapa bisa diberikan kepadaku?

Siapa sebenarnya diriku?

Dan masih banyak lagi pertanyaan berputar dikepala kecilnya.

"Sstttssttt, Pangeran ...."

Dengan cepat Grizelle menoleh, menatap gedung paling besar di academy. Netra merahnya semakin tajam begitu juga telinga dan hidungnya yang semakin sensitif.

🔮🔮🔮🔮🔮🔮

The Legend Of The DaggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang