9. LEAP

12.7K 2.2K 468
                                    

"Kenapa sih setiap lo ada masalah sama Isaac, larinya ke gue?" tanya Yoshua saat ia siap pulang dan Fanya menghadangnya di basement.

"Gue udah lari ke Masayu duluan, Isaac lagi dipanggil ke atas kan?" tanya balik Fanya.

Yoshua mengangguk, "Lo nggak perlu khawatir soal Regista, dia emang suka nyari perhatian dan Isaac treatment sebatas menghargai sesama pemegang saham."

Fanya tak peduli, ia memasuki pintu penumpang depan, menunggu sampai Yoshua duduk di balik kemudi baru berbicara lagi. "Yo, lo punya dua pilihan, pertama temenin gue clubbing terus lo bisa drop gue di hotel, atau gue langsung aja nginep tempat lo malam ini."

"Lo mau bikin gue dipecat?"

"Isaac nggak profesional kalau pecat lo gara-gara gue,"

"Bicara profesionalisme, Pascal bisa disebut khatam, tapi sekalinya gue haha-hihi sama Masayu langsung nggak pandang bulu ngerjain gue."

Fanya nyengir, "Oke, berarti clubbing dan drop gue di hotel nanti."

"Fan, lo udah bikin Isaac sabar sekali waktu kejadian siang tadi ya, kalau ini dia tahu lo clubbing—"

"Biar dia sabar dua kali," sela Fanya enteng. "Atau lo turunin aja gue di depan, nanti gue cari temen sendiri buat clubbing, lo aman sepenuhnya."

Yoshua menghela napas, melirik jam di dashboard mobil, "Mau kemana? X4 atau Fantasy?"

"Ke Mall dulu dong, gue mau ganti baju," jawab Fanya dan menyandarkan tubuh sementara mobil Yoshua melaju pergi.

>> [office mate] <<

Satu jam kemudian Yoshua melihat Fanya sudah berganti penampilan. Gaun malam setengah paha, high heels dengan silver strap yang berkilau dan Fanya memoles ulang dandanannya. "Perfect sexy look, ya kan?" tanya Fanya sembari memutar tubuhnya.

"Pathetic look," jawab Yoshua sembari menguap, selalu melelahkan menunggu perempuan berbelanja. Fanya pura-pura tidak mendengar dan berjalan menuju mobil.

"Tunggu, Fan." Yoshua menghentikan saat sahabatnya itu akan langsung masuk mobil, ia lebih dulu melepas jas dan mengulurkannya. "Buat nutupin paha kalau lo duduk."

Fanya menatap jas tersebut, "Nggak mungkin kan lo nafsu sama gue?"

"Ini bukan soal nafsu... cuma, Fanya yang gue tahu, nggak begini," kata Yoshua lalu memaksa Fanya memegang jasnya. "Isaac udah telepon gue sepuluh kali, nggak ada satupun yang gue angkat, walau gue tahu persis ini cuma masalah sepele tapi kalau nyatanya lo beneran marah, ya udah, kita buat marah lo reda dulu baru kalian ngomong."

Fanya menggenggam jas Yoshua dengan tatapan menilai, "Lo belain dia nih?"

"Gue nggak belain Isaac, gue cuma memandang situasi kalian dalam kacamata pria... Isaac bahkan nggak rangkul-rangkul atau cipokin Regista depan mata lo, Fan."

"Di belakang gue, siapa tahu?" gerutu Fanya lalu menatap Yoshua, "Lo tahu dia kenalin gue ke itu betina apa? dia nyebut gue Zifanya."

"Ya masa Krystal Jung?" tanya Yoshua, nyaris bingung.

Fanya begitu saja menyambit lengan Yoshua dengan tas tangannya, "Sialan!"

"Gue pun nggak bisa memastikan lo di belakang gue gimana, Fan." Yoshua bersidekap, "Gue cuma bisa percaya, gue percaya kalaupun besok gue dipecat, lo akan ngamuk sama Isaac mewakili gue, atau dukung Lulu bikin petisi yang bikin malu, atau sama Mbak Sera minta perwakilan serikat pekerja dan pengaduan ke HRD... atau lo mewek ke Masayu biar dia rayu Pascal untuk kembalikan posisi gue."

Office Mate (PUBLISHED by Karos Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang