13. SERENA STORY

13.1K 2.2K 570
                                    

Di tengah acara makan malam yang hening, tiba-tiba ponsel Sera mendentingkan chat. Mengabaikan lirikan sang ibu, Sera menggeser layar ponselnya.

[SECRETARY LINE]
Zifanya Lee: kesayangan, kalian mau traktiran apakah?

Sera tersenyum, Fanya mengirimkan chat tersebut disertai foto selfie memamerkan cincin pertunangan. Terlihat ada Isaac tersenyum di belakang Fanya, segera Sera membalas.

Serena Sera: congratulation, Fanya.

Armandito Yoshua: premium sushi set, The Amarilys Resto dong

Luela Rizqy: setuju, setuju.

Zifanya Lee: thank you, Mbak Sera

Zifanya Lee: kalau premium set, ginko aja ya

Armandito Yoshua: huuuuu, apaan, ginko!

Zifanya Lee: ini masih traktiran mandiri tau

Zifanya Lee: belum dijatah kartu debit sama Isaac

Masayu Djezar: ginko aja please, aku mau paket extra kaarage

Serena Sera: extra puding juga ya, Fan

Luela Rizqy: cool! extra puding juga ya, Fan

Zifanya Lee: oke, oke, Yoyo mau extra apa? wasabi? sebakul juga boleh!

Armandito Yoshua: sialan! extra nomor hp pelayannya aja deh, yang montok.

Zifanya Lee: sumpal pakai mangkuk miso, montok!

Seketika Sera tertawa membaca balasan Fanya, temannya yang satu itu memang tidak pernah kehabisan bahan untuk menanggapi Yoshua.

"Serena!" panggilan itu terdengar dan Sera menoleh ibunya. "Tinggalkan meja makan kalau perhatianmu sudah tidak pada makanan lagi."

"Maaf," gumam Sera lalu menutup layar ponselnya, meneruskan makan.

"Kapan kamu akan kembali ke rumah?" kali ini suara sang ayah yang terdengar, seperti biasa bernada berat sekaligus menuntut.

"Sera baru perpanjang kontrak sama Pasque Techno, Pap... dua tahun," kata Sera.

"Dua tahun?" suara sang ibu memekik, diikuti sendok dan garpu diletakkan kembali. "Serena, apa kamu tidak memikirkan kami?"

Sera menarik napas pelan, "Aku hidup dengan baik di Jakarta, Mam,"

"Bekerja di perusahaan orang dan mengabaikan perusahaan sendiri!" sembur sang ibu.

"Selena dan Ditya menangani HTC dengan baik," ucap Sera lalu menatap sang ayah, Harsena Tahir geleng-geleng kepala dan memilih meninggalkan meja makan.

"Setiap melihatmu, pertanyaan Papamu hanya itu, apa kamu tidak bisa menjawab dengan—"

"Mam!" Sera menyela, ia juga lelah ditanya hal yang sama, "Aku hidup dengan baik di Jakarta, dengan usahaku sendiri, aku punya karir di sana dan aku tidak akan melepasnya."

"Kamu juga bisa punya karir di HTC, Selena sedang hamil anak kedua, Sabian baru setahun, apa kamu tidak bisa sekali saja memikirkan kami?"

Kali ini Sera meletakkan alat makannya, "Aku memikirkan kalian, karena itu aku pulang saat Selena meminta kehadiranku di acara empat bulanannya... aku memikirkan kalian, karena itu aku memilih menginap di rumah ini alih-alih di hotel."

"Kami ingin kamu tinggal, Serena! kembali ke rumah ini untuk seterusnya!"

"Dulu aku diusir dari rumah ini, Mam! tanpa uang sepeserpun, bahkan tidak bisa mengakses tabungan pribadiku! Pap sendiri yang melempar koperku keluar."

Office Mate (PUBLISHED by Karos Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang