11. THE END

12.8K 2.3K 649
                                    

"Yo, gimana Fanya?" tanya Masayu begitu melihat Yoshua di lobi hotel.

Yoshua lebih dulu mengangguk tipis pada Pascal yang berjalan di belakang Masayu, "Nggak mau ngomong apa-apa... sorry malam-malam ngerepotin."

"Nggak pa-pa," ucap Masayu lalu mengikuti Yoshua beranjak menuju lift.

"Aku telepon Mbak Sera, tapi dia udah di Bontang." suara Yoshua masih terdengar cemas. "Lulu harus nunggu acara lamaran abangnya di Tangerang selesai dulu."

"Iya, aku lihat tadi Lulu update acara di chat," kata Masayu dan mengangguk paham. "Fanya sama sekali nggak mau ngomong, Yo?"

Yoshua menggeleng, "Tiba-tiba dia ke apartemen, nggak pakai alas kaki, cuma pakai kemejanya Isaac doang... udah kacau banget lah dan dia nangis." Yoshua mengingat kejadian mengejutkan beberapa jam lalu. "Dia bilang nggak bawa ponsel, nggak bawa dompet, cuma bawa mobil doang dan bingung mau ke mana... nggak mau pulang ke apartemennya."

Pascal menatap Yoshua, "Apa menurutmu, Isaac memaksa Fanya?"

Yoshua balas menatap tidak yakin, "Fanya tidak mau bicara."

"Kita akan butuh dokter kalau seandainya—"

"Kamu tunggu di lobi aja..." sela Masayu begitu saja.

Pascal terkesiap, "Kamu nggak boleh masuk kamar hotel sama cowok selain ak—"

"Yoyo juga di lobi bareng kamu," sela Masayu lagi dan saat itulah Pascal mengangguk.

"Oke," kata Pascal dan menoleh Yoshua kembali, "Berikan key cardnya pada Masayu."

Yoshua mengulurkan kunci kartu ditangannya dengan wajah melas, ia tak mau tinggal di lobi bersama Pascal. Masayu tertawa menyadari keengganan Yoshua tersebut.

"Emm... Yo, Fanya akan butuh beberapa perlengkapan menginap, minta tolong ya? nanti aku chat apa aja barangnya," kata Masayu dan Yoshua langsung mengangguk-angguk.

"Oke, oke, aku langsung cari aja, taman anggrek cuma lima belas menit lari dari sini," kata Yoshua jelas kelewat semangat saat beranjak pergi.

"Aku masih berpikir kita perlu dokter," kata Pascal dan membiarkan tangannya digenggam Masayu. Istrinya itu menggeleng perlahan.

"Kita dengar dulu ceritanya Fanya," ucap Masayu lalu meringis, "Emm... aku tahu Isaac orang kepercayaan kamu, tapi untuk masalah ini, tolong jangan begitu saja memihaknya..."

Pascal angkat bahu, "Memihak atau tidak, perkaranya harus jelas dulu dari mereka berdua."

Masayu mengangguk, "Ya udah, kamu mau ngopi atau apa? aku kayaknya lama sama Fanya."

"Tas kerjaku masih di mobil, nanti aku ambil, ngopi sambil kerja sementara kamu selesai sesi curhat," kata Pascal membuat istrinya tertawa.

"Jangan mau diajak check-in cewek ya," canda Masayu saat pintu lift terbuka.

Pascal menyeringai dan mengelus perut Masayu, "Aku check-in sama ibu hamil satu ini aja."

"Then be nice, Big guy..." bisik Masayu lalu setelah mengecup dagu Pascal ia memasuki lift, mengedipkan mata sebelum pintu tertutup.

>> [office mate] <<

Lulu melepaskan helm ojek online dari kepalanya, setelah membayar dan berterima kasih langsung berlari menuju pintu masuk hotel. Ia menoleh kanan-kiri memperhatikan area lobi yang lengang sekaligus sepi. Petugas front office di balik meja mengangguk formal melihatnya.

Lulu baru akan bertanya nomor kamar saat melihat Pascal menempati salah satu meja kopi, tampak serius bekerja dengan laptop. Lulu segera beralih menemuinya, "M... malam, Pak."

Office Mate (PUBLISHED by Karos Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang