16. REASON

12.6K 2.2K 867
                                    

Akhirnya Sera menginap di apartemen Fanya hingga satu minggu, itu karena orangtua Fanya ikut khawatir saat tahu bahwa suasana hati Sera sedang tidak baik. Tentu saja, Sera berusaha menolak tapi Nadine benar-benar kukuh, jika tak mau menginap maka mereka yang akan datang ke apartemen Sera setiap hari. Fanya pun ikut memaksa sehingga Sera tetap tinggal.

Karena suka memasak, Sera jadi dekat dengan orangtua Fanya, terutama Rilant yang kerap mengajaknya kolaborasi di dapur. Sera hampir menangis saat seminggu berlalu dan pagi ini ikut mengantar orangtua Fanya ke Bandara.

"Seharusnya dulu kami berusaha untuk kasih Zizi saudara, seru sekali ternyata kalau punya banyak anak perempuan," kata Rilant membuat Nadine mengangguk-angguk.

"Kemanjaan Zifanya jadi tidak terasa," ucap Isaac dan Fanya mencubitnya.

Sera tertawa, "Padahal aku juga merepotkan."

Nadine mengibaskan tangan, "Justru enak ada kamu, Ser... Zizi menurut kalau kamu suruh."

"Benar, susah sekali meminta Zifanya meletakkan sepatu di rak," kata Isaac

Fanya memandang tunangannya serius, "Kalau kamu sudah di rumah itu jadi tugas wajibmu."

"Kenapa begitu?" tanya Isaac.

"Itu tugas kedua setelah mencintaiku seumur hidup," jawab Fanya kenes lalu mendekati orangtuanya, memeluk mereka untuk berpamitan.

Mendengar suara panggilan untuk penerbangan, Isaac juga segera bergantian memeluk. Saat giliran Sera, justru dialah yang dipeluk, tidak hanya punggungnya ditepuk lembut tapi juga kepalanya diusap dengan sayang.

"Hati boleh patah, perasaan boleh sedih tapi pikiran harus tetap sehat, badan juga tetap harus dijaga, jangan telat makan... kalau nggak ada teman makan, datang aja ke apartemen, ya," pinta Nadine dan Sera segera mengangguk-angguk.

"Terima kasih, Bu..." sekali lagi Sera memeluk Nadine.

"Saling jaga sama Zizi ya, Isaac juga yang pengertian ya," pinta Rilant.

Isaac langsung mengangguk, begitu juga dengan Fanya. Mereka bersama-sama melambaikan tangan saat orangtua itu beranjak memasuki area keberangkatan. Sera sudah membawa tas menginapnya karena itu saat di parkiran, ia juga sekalian berpamitan dengan Fanya.

"Mbak, yang kanjeng ibu bilang itu beneran lho, jangan sungkan sama aku kalau mau ngajak makan bareng atau butuh ditemani," ucap Fanya.

"Iyaa... ya ampun, aku beneran udah baik." Sera mengulas senyum lebar sebagai bukti, ia menatap Isaac yang memang lebih banyak diam. "Have a nice weekend..."

"Thanks, Sera," kata Isaac lalu melambaikan tangan pada Sera yang beranjak menuju taksi.

>> [office mate] <<

Sera kembali ke apartemennya, langsung merapikan perlengkapan menginap yang sebelumnya dibawa ke apartemen Fanya. Setelah itu memeriksa lemari es, membersihkan dan membuat daftar belanjaan. Setelah berganti baju, Sera mengambil tas dan berjalan kaki menuju super market di seberang komplek apartemen.

"Tante Sera..." panggilan itu terdengar saat Sera sedang memilih buah apel.

Sera tersenyum menatap gadis manis yang mendekat, "Siang, Elodia... wah belanja juga?"

"Iya, mau buat cake nanti, buat ulang tahun Opa," kata Elodia tampak bersemangat.

Informasi itu membuat Sera seketika teringat, "Astaga, Tante Sera lupa kalau besok Opa Elodia ulang tahun... biasanya Tante siapkan cake sama Oma."

"Memang mau buat sendiri, Papi katanya bisa buat kuenya, Oma juga mau bantu."

"Elodia... astaga, jangan tinggal Papi tanpa bilang." suara teguran terdengar dari pria yang bergegas mendekati sang putri. "Eh, ini... Sera? Serena?"

Office Mate (PUBLISHED by Karos Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang