10. PENGGANGGU

22 10 0
                                    

Jangan lupa klik ⭐
Happy Reading..

Gara berjalan dengan santai di koridor bersama teman-temannya. Sesekali dirinya tersenyum saat beberapa siswi menyapanya, yang tentunya hal itu membuat mereka memekik senang karena di notice oleh Gara.

Di persimpangan koridor, dirinya berpapasan dengan Adam yang menatapnya dengan tatapan remeh.

"Wahh.. ada bitang SMA Cakra rupanya," ucap Adam dengan nada mengejek.

Gara membalas dengan tatapan tak kalah sengit. Dirinya hanya diam sambil memasukkan tangannya ke sali celana, dia masih menunggu apa yang akan Adam ucapkan.

"Biasa aja dong! nggak usah congkak gitu!" ucap Adam lagi dan disahuti gelak tawa oleh teman-temannya.

Yah, satu sekolah ini sudah tahu bahwa Gara dan Adam merupakan rival sejak mereka menjadi siswa baru. Entahlah, mereka juga tidak tahu apa yang menyebabkan selalu adanya tatapan permusuhan yang dikeluarkan oleh dua most wanted sekolah ini.

"Lo mendingan minggir! ohh, bolos aja sekalian. Itukan kebiasaan lo?" jawab Gara.

"Ohh jelas lah! nggak usah disuruh juga gue bakalan bolos. Tapi, kebiasaan gue masih lebih bagus daripada lo, yang selalu lari dari kesalahan." ucap Adam.

Gara tersenyum miring mendengarnya. "Tau apa lo tentang gue!"

"Huhh.. masih pagi nih, ngerokok belakang sekolah keknya enak. Ayok cabut." ucap Adam kepada teman-temannya kemudian berlalu sambil menabrak bahu Gara.

Gara sendiri hanya mengepalkan tangan menahan emosi. Tahan, hari ini terlalu bagus jika hanya dihabiskan di ruang BK.

"Itu si Adam ada dendem apa sih ama lo Ga?" tanya Geri penasaran.

"Tau tuh, namanya doang Adam tapi kelakuannya Micim Dijjil." sahut Farez.

"Dahlah nggak usah diurusin. Ayok kantin," jawab Gara sambil mengontrol emosinya agar kembali seperti semula.

🍁

"Kak, kakak kalo ke kantor ayah tuh kerjaannya ngapain sih?" tanya Hasya kepada Samuel yang tengah membereskan baju-baju Hasya karena hari ini Hasya sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah.

"Ya bantuin ayah lah, emang ngapain lagi? Ayah kan mau buka cabang di Semarang." jawab Samuel dan dibalas anggukan kepala oleh Hasya.

"Ohh iya, Kakak abis nganter kamu pulang mau langsung ke kantor ayah. Jadi kamu kalo nggak mau sendirian ajak temen-temen aja buat main kerumah,"

Hasya merengut mendengarnya. "Yahh.. kakak kan pulang buat refreshing, bukan kerja. Percuma deh kakak pulang kalo nggak bisa nemenin Hasya,"

"Kakak maunya juga gitu Sya, tapi kasian ayah kalo ngerjain semuanya sendiri. Kamu ngerti ya," ucap Samuel mencoba memberikan pengertian kepada Hasya.

"Yaudah iya, tapi kalo pulang janji beliin martabak. okee," jawab Hasya.

"Iya-iya. Yaudah ayok, kita pulang dulu." ucap Samuel kemudian keluar dengan tangan sebelah kanan menggandeng Hasya dan tangan sebelah kiri menenteng tas berisikan baju-baju Hasya.

Mereka langsung menuju parkiran untuk selanjutnya pulang kerumah. Huhh.. akhirnya Hasya bisa bebas dari ruangan menyebalkan itu. Asikk..

🍁

Hasya bergerak dengan malas diatas ranjangnya. Sudah satu jam dirinya ditinggal Samuel dan yang Hasya lakukan cuma bermain ponsel dan menonton televisi.

About Hidden Feelings:) [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang