14. RESAH

16 3 0
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak 🌸
Happy Reading..

Saat ini Gara sedang berkumpul bersama anggota lainnya di basecamp mereka. Hampir setiap malam sabtu mereka mengadakan perkumpulan, bukan hanya untuk latihan, tapi juga membahas kegiatan-kegiatan yang akan mereka adakan.

"Gimana masalah sama geng Altra, Ga?" tanya Geri begitu Gara masuk ke ruangan.

Bukannya langsung menjawab, Gara malah pergi ke sudut ruangan untuk mengambil minuman dingin dan meletakan Skateboard nya disana.

"Buset! Kacang nambah mahal sekarang yak." ucap Geri memegang dadanya.

Gara mengambil posisi duduk disamping Geri dan langsung menoyor kepala laki-laki itu. "Baperan lo!"

"Ya lo sih! Ditanya malah diem, abwang tuh nggak bisa diginiin,"

Farez yang mendengar langsung memberikan gestur seolah muntah. "Najis sumpah!"

"Yee, sewot aja lo!" jawab Geri memandang Farez dengan tatapan sinis.

"Jadi gimana?" tanya Jeno membuat Gara dan yang lainnya menoleh kepadanya.

"Aman, dia cuma mau main-main aja sama kita. Pokoknya lo pada masih harus waspada, karena geng Altra bisa nyerang kita tiba-tiba kayak si Reza kemaren. Jadi ati-ati aja, kalo kemana-mana usahain jangan sendiri," jawab Gara memberi arahan

"Masalahnya apa sih Bang?" tanya Zaki, salah satu anggota SS yang berasal dari kelas 10.

"Ngga, cuma masalah pribadi doang. Tapi si Adam aja yang bawa-bawa sampe ke squad," jawab Gara.

"Gue denger waktu itu dia nyebut Asgar. Siapa Ga?" tanya Farez yang tingkat ke kepoannya sangat tinggi.

Tubuh Gara menegang saat nama Asgar disebut. Tidak, dia tidak ingin temannya tau sekarang. "Asgar? gatau tuh, asal nyebut aja kali si Adam." jawab Gara berusaha tenang. Namun sikapnya tersebut tak lepas dari penglihatan Jeno yang masih memperhatikannya.

"Aneh ya, kayak lo!" ucap Farez menoyor pipi Aldo dan langsung mencomot snack dari tangan Aldo. Dasar jahil.

"Maen comot aja lo! ga mampu beli ya?" ucap Aldo kesal kemudian merebut kembali snack dari tangan Farez.

"Sembarangan bilang nggak mampu! Pak Dirga masih ngurusin tambang minyak ya, jadi yang bilang nggak mampu itu iri doang!" jawab Farez sambil membusungkan dadanya.

"Dih sombong, najis! Kayaknya pas kecil lo dikasih minum minyak deh bukannya asi, lancar banget tuh mulut kalo disuru ria!" jawab Geri. Memang jika urusan mancampuri urusan orang lain itu Geri ahlinya. motonya adalah 'Anda kesal, saya senang'

Gara memijit pelan pelipisnya begitu Farez dan Geri kembali beradu mulut lagi. Bahkan sorak anak-anak SS pun semakin heboh, sebagian mendukung Farez, sebagian lagi medukung Geri dan sisanya hanya tertawa melihat Farez dan Geri yang sekarang bahkan sudah berguling, jambak-jambakan. Tolong kasih tau Gara, kapan dia bisa mendapatkan anggota yang otaknya benar, seperti Jeno misalnya.

"Dahlah gue mau balik. Lo kalo masih mau ribut sok dilanjutin, tapi awas kalo yang berantakan nggak diberesin lagi!" ucap Gara kemudian berdiri untuk mengambil jaketnya. Bukannya apa, pasalnya jika Gara tidak memberikan peringatan tersebut, basecamp mereka bisa berubah menjadi kapal pecah karena ulah anak-anak tak tau didikan seperti Farez dan Geri.

"Gapapa, kalo basecamp berantakan masih ada Lui yang bersihin," ucap Aldo enteng.

Lui mendelik mendengarnya. "Enak aja! Abang yang ngerecokin kok gue yang disuruh beresin. Ogahh!"

Aldo menoleh dan mendapati wajah Lui yang memerah kesal."Marah dia," ucap Ado kemudan terkekeh melihat wajah kesal Lui.

Dia memang paling suka menjahili adik kelasnya yang Chindo itu, lucu saja saat wajahnya berubah menjadi merah walaupun hanya kesal, seperti kaum hawa yang blushing habis digombali buaya saja.

Gara menggelengkan kepala melihat anggotanya, tak cukup anggota inti saja yang akhlak nya kurang, anggota yang usianya lebih muda darinya pun terkadang bersikap kurang ajar kepada abang-abangnya. Susah memang bila memiliki anggota yang minus dengan akhlak.

•••

Gara mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan ibukota yang masih tampak ramai malam ini.

Dirinya memutuskan untuk mampir sebentar ke penjual martabak dipinggir jalan yang selalu menjadi langangganannya.

"Bang Sam?" panggil Gara begitu dia melihat Samuel yang tampak sedang menunggu sambil memainkan ponsel ditangannya.

Samuel menoleh, mendapati Gara yang menatap kaget kearahnya. "Ga, ngapain?" tanya Samuel.

"Biasa, beli martabak. Anggi sama Mama doyan banget sama martabak soalnya," jawab Gara.

Samuel mengganggukkan kepala mengerti, dirinya menepuk bangku disebelahnya, mempersilahkan Gara untuk duduk. "Hasya juga doyan banget sama martabak. Bahkan dia bisa abis 2 kotak buat dia sendiri," ucap Samuel dengan terkekeh.

"Rakus juga ya," jawab Gara ikut terkekeh.

"Ini mas, martabak nya udah jadi," ucap penjual martabak sambil menyerahkan kotak berisi 2 martabak spesial.

"Oh ini bang," Samuel langsung membayar martabak tersebut. "Abang duluan ya Ga," lanjutnya sambil menepuk pelan bahu Gara.

Merasa mengingat satu hal, Gara langsung mencekal lengan Samuel. "Bang, kalo boleh tau makam yang dulu abang datengin sama Hasya, makamnya siapa ya?" tanya Gara dengan hati-hati.

Samuel sedikit mengerutkan dahi bingung mendengar pertanyaan dari Gara. "Makam bunda, kenapa Ga?"

Gara menegang mendengar jawaban Samuel. Dirinya bingung harus berekspresi seperti apa. "E-ehh enggak kok bang, nanya doang." jawabnya sedikit gugup.

Samuel mengangguk dan langsung menuju ke mobilnya. Meninggalkan Gara yang masih diselimuti perasaan tak karuan.

'Gue harus gimana, Sya?' batin Gara.

pendek? iyaa🤣
Jangan lupa tinggalin jejak man teman😁

salam dari Gara dan Hasya

salam dari Gara dan Hasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
About Hidden Feelings:) [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang