Aku punya seorang teman dekat, atau sahabat? Entahlah, aku tidak tahu. Dia orang yang sangat mengesankan, dan dipenuhi banyak warna yang tidak pernah bisa kugapai. Dia populer, entah dikalangan para gadis ataupun kumpulan lelaki lainnya. Namanya Chris, orangnya kekar berisi, sangat putih, dan harus kuakui tampan. Chris berkepribadian lembut, penyayang, walaupun sikap tegasnya sangat bijaksana. Dia pria yang manis.
Namun, bukan itu yang membuatku iri.
Caranya memandang dunia. Aku selalu iri dengannya yang membuka cakrawala pandang selebar-lebarnya, berpikiran terbuka, dan selalu berpikir positif apapun yang terjadi padanya. Tidak sepertiku; berpikiran negatif dan selalu menganggap jika semuanya hanyalah hal sia-sia.
Hidupku muram, kelabu; hidup Chris cerah, berwarna.
Dia selalu menyemangatiku, merangkul bahu dengan berbagai kalimat motivasi. "Tenang saja, semua akan membaik. Kau harus percaya itu," katanya, selalu begitu.
Aku tidak punya terlalu banyak alasan untuk merutuki hidup, hanya saja, aku memang begitu. Penuh keluh tanpa syukur-itu buruk, sangat buruk.
Suatu sore yang dipenuhi awan kelabu, kami berjalan pulang bersama. Seperti biasa, ia berbicara dan aku mendengarkan. Ia membicarakan banyak hal, dan sesekali melontarkan candaan. Aku tidak tertawa, hanya tersenyum hambar.
"Berhentilah mengeluh Seungmin, kau harus memandang dunia seperti aku. Maksudku, dengan caramu sendiri," jelasnya pelan, kami masih berjalan walau matahari sudah ditimbun malam.
Aku terdiam sesaat, namun lalu mengangguk mengiyakan. Tentu saja, dengan caraku sendiri.
Dua hari setelahnya, setelah percakapan kami sore itu. Aku berdiri dalam balutan pakaian hitam, seluruhnya hitam. Orang-orang dengan derai air mata sudah angkat kaki dari sini, meninggalkanku yang diam termenung.
Aku tidak menangis, hanya menatap dingin makam Chris yang tanahnya masih basah dan segar.
"Pembohong," cicitku.
Angin bagai mendesis di telingaku, dedaunan berlarian di atas rumput. "Walaupun aku mencongkel kedua matamu, memasang manik indahmu di mataku, nyatanya, aku masih tidak bisa memandang dunia sepertimu, Chris."