Oke, waktunya membayangkan.
Bayangkan jika kau terjebak di dalam situasi yang sulit: seperti berlarian di lorong panjang minim cahaya. Di belakangmu lorong itu runtuh dan berusaha jatuh menimpamu. Kau berlari, terus berlari dengan nafas sesak dan tenggorokan kering yang terasa sangat tidak enak. Lorong itu lembab dan berbau hingga membuatmu mual.
Kau berlari semakin kencang; atap lorong di belakangmu jatuh semakin cepat dan hampir mengenai punggungmu. Kau berteriak seperti orang gila dengan pita suara hampir robek. Kakimu semakin lelah, dadamu semakin sesak. Adrenalinmu terpacu dengan degup jantungmu yang menggila. Namun kau tidak mau berhenti, dan memaksakan kedua kakimu yang lemas untuk terus bergerak.
Kau sudah hampir menyerah ketika netramu menangkap dua buah pintu terbuka di ujung lorong sejauh tiga puluh meter dari tempatmu berlari. Sedikit harapan muncul di hatimu. Namun, kau harus berpikir cermat, dan memilih salah satu dari keduanya dengan cepat.
Pintu pertama merupakan bibir dari ruangan berbentuk kubus kosong dengan tiang penyangga ruangan masing-masing 2 meter. Ruangan itu tidak memiliki ventilasi udara, ataupun cahaya, total gelap gulita. Kosong tanpa barang apapun, di ruangan itu hanya terdapat Chan—sahabat baikmu—duduk memeluk lutut, wajahnya ketakutan, dan itu membuatmu cemas. Chan phobia dengan ruangan sempit, begitu juga denganmu.
Sedangkan pintu yang lain, pintu kedua di sebelah kanan, merupakan sebuah ruangan yang sangat luas dengan panjang ruangan 35 meter, lebar ruangan 15 meter, dan tinggi ruangan 8 meter. Di dalamnya terdapat banyak kursi dan bangku kayu yang tersebar tak beraturan di dalam ruangan. Hyunjin—Teman masa kecilmu—berlarian di dalamnya dengan sebuah kursi di tangannya guna menghalau serangan singa. Ya, di ruangan itu seekor singa dibiarkan bebas berkeliaran menyerang siapapun yang masuk ke dalam sana. Hyunjin yang berusaha mati-matian melawan singa itu tampak kewalahan, walaupun ia berhasil menekan rasa takutnya dengan baik. Kau takut orang yang kau sukai itu ambruk dan berakhir menjadi santapan singa.
Waktumu semakin menipis, jarakmu dengan kedua pintu itu semakin terkikis. Cepat, ayo berpikir.
Kau tidak ingin masuk ke dalam ruangan pertama. Kau benci kegelapan, dan kau takut dengan ruangan sempit. Di tambah lagi, jika kau masuk ke dalam sana, kau hanya punya waktu kurang dari dua jam sebelum oksigen di dalamnya habis. Namun, kau tidak bisa membiarkan sahabat baikmu sendiri dilingkupi ketakutan.
Kau ingin masuk ke ruangan kedua, karena di sana tersedia cukup banyak oksigen dengan pencahayaan yang cukup untuk melihat. Di sana juga luas, tidak sempit seperti yang kau takutkan. Terlebih, kau sangat ingin membantu Hyunjin yang kesusahan mengurus singa jantan yang beringas. Namun, kau sendiri juga kelelahan, dan butuh istirahat. Tubuhmu tidak menjamin jika kau bisa menolong orang lain dari serangan singa, atau bahkan menolong dirimu sendiri juga akan terasa sangat sulit.
Kau berteriak kebingungan seiring langit lorong yang jatuh semakin cepat.
Jarakmu dengan kedua pintu itu semakin dekat.
Cepat berpikir!
Sedikit lagi,
Sedikit lagi sampai,
Dan,
1,
2,
3.
BLAM!
Tanpa berpikir lagi kau melesat masuk ke dalam ruangan lalu membanting pintunya hingga tertutup. Reruntuhan di luar menimbun pintu yang tertutup, menutupi akses ke luar ruangan. Praktis, kau sekarang terjebak di dalam. Kau selamat dari reruntuhan itu. Namun, ruangan mana yang kau pilih?
Sudah memilih salah satunya?
Okey, jika kalian memilih untuk masuk ke ruangan pertama, Chan dengan segera menyambutmu dengan sebuah pelukan menenangkan. Walaupun ia sama takutnya denganmu, ia berusaha sebaik mungkin menjadi sandaran nyaman yang kau butuhkan. Kalian duduk bersisian, membicarakan banyak hal untuk mengusir rasa takut. Banyak hal yang tidak kau ketahui darinya, begitupun sebaliknya. Chan mengucapkan banyak kalimat menyentuh hati, dan itu membuatmu tersenyum dalam gelap.
Dari sikapnya menjaga hatimu dan perasaanmu dengan baik, kau menghabiskan sisa waktumu dengan orang yang tepat.
Sedangkan, jika kau memilih ruangan kedua, Hyunjin yang menyadari kehadiranmu akan sigap berlari berusaha melindungimu dari serangan singa. Sesekali ia memelukmu. Kalian berlarian ke sana kemari dengan tenaga yang terus terkuras. Kalian tidak banyak berbicara, hanya berusaha sebaik mungkin melindungi satu sama lain. Hyunjin yang tubuhnya tinggi menjulang selalu berdiri membelakangimu, menjadi tameng tanpa diminta. Sesekali Hyunjin terjatuh terjerembab, namun kau dengan berani memukul singa yang berusaha menyerang pria itu dengan kursi kayu. Di sisa tenaga yang kau punya, kau bisa mengetahui bahwa Hyunjin sangat menyayangimu walaupun ia tidak mengatakannya secara langsung padamu.
Dari sikapnya menjagamu, dan melindungimu dengan berani, kau menghabiskan tenagamu untuk orang yang tepat.
Bagaimana, apa kau menyesal dengan pilihanmu? Atau merasa puas?