Meski memiliki badan yang tergolong mungil seperti anak SD, tapi percayalah, Fey tidak akan gentar oleh ombak maupun badai.
Namun siapa sangka, jika sudah berhadapan dengan Rama, cowok yang katanya naksir padanya, ia akan langsung lari terbirit-biri...
Holaa, guysss🤗kembali lagi dengan cerita ini setelah sekian lama nggak update hehe.
Langsung aja cuss buat tau kelanjutan ceritanya yuk!
Selamat membaca teman-teman📖📰
Jangan lupa tekan ⭐ sebelum membaca😉
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepulangnya tadi, Fey dibantu Devan untuk berjalan sampai di depan pintu rumah, karena tubuhnya sudah kehabisan tenaga akibat sesi latihan untuk ikut Olimpiade.
Ketika pintu dibuka, Fey langsung disambut dengan wajah panik Iyem karena wajahnya yang terlihat pucat. Iyem segera menuntun Fey untuk masuk, sedangkan Devan pamit pulang karena katanya dia disuruh menjemput adiknya di sekolah.
Kondisi Fey saat ini sudah mulai membaik berkat inhaler yang selalu ia bawa kemana-mana untuk mengatasi sesaknya jika saja tiba-tiba kambuh.
Sebenarnya hal yang membuat Fey selalu meringis pelan di sepanjang jalan tadi, sebagian besarnya bukan karena asma-nya, tapi karena Fey lapar. Dengan kondisi perut kosong karena belum diisi nasi, dan disuruh lari 10 putaran mengelilingi lapangan, wajar saja jika dirinya hampir mau pingsan.
Tapi Fey harus kuat dan harus bisa membuktikan bahwa ia bukanlah gadis yang lemah.
Tring!
2 Pesan belum dibaca.
Satu suapan bolu kukus coklat terakhir sudah mendarat di mulut Fey. Ia menyingkirkan piring bekas bolu kukus itu dari hadapannya, lalu meminum segelas susu coklat dingin sampai tandas.
Tring!
"Kenyaaaanggg," katanya seraya bersandar di kursi dan menepuk-nepuk perutnya yang sedikit membuncit.
"Mama kemana, sih, Yem? Kok jam segini belum pulang?"
Iyem yang sedari tadi mondar-mandir dari dapur ke ruang tamu seketika berhenti. "Oh, Nyonya lagi pergi arisan, Non."