[15]

63 11 2
                                    

Setelah makan, Yeji mengajakku masuk di kamarnya. Seketika kedua mataku terbuka lebar sama seperti kondisi mulutku ketika aku melihat isi kamar Yeji.

=================================

Apa yang dikatakan oleh Yeji ternyata benar. Di kamarnya terdapat tiga makhluk tak kasat mata. Satu perempuan dan dua laki - laki.

"Ini temanmu, Ji?"

Yeji mengangguk atas pertanyaanku.

Yeji meletakkan tasnya di kursi belajarnya. "Teman - teman, Yeji bawa teman baru nih."

Sementara diriku melihat ketiga makhluk tersebut bercahaya dengan heran. Berbeda dengan diriku yang tak bercahaya. Bagaimana bisa? Aku bertanya kepada Yeji, "Bagaimana bisa mereka bercahaya sedangkan aku tidak? Aku ingin bercahaya seperti mereka, Ji. Apa kau tahu caranya agar diriku bercahaya?"

Sedangkan yang ditanya dan ketiga hantu tersebut tertawa. Seketika aku mengangkat alisku sebelah.

"Kok tertawa? Ada yang salah?" Tanyaku.

"Kakak lucu sekali. Hahaha." Kata Yeji di sela - sela tertawanya.

Yeji menghela napas perlahan, berusaha agar tenang setenang mungkin. "Begini. Mereka bercahaya karena mereka sudah tiada tapi arwah mereka masih disini karena masih ada sesuatu yang harus diselesaikan, Kak. Sedangkan Kakak sendiri tak bercahaya karena Kakak masih belum tiada, tapi arwah Kakak tersesat disini. Untuk pertanyaan terakhir, silahkan Kakak pikir sendiri ya."

"Kak, perkenalan dong sama teman - temanku. Jika tak kenal, maka tak sayang bukan?"

Akupun memperkenalkan diriku. "Hai. Namaku Hwang Hyunjin. Kalian bisa memanggilku Hyunjin. Maaf aku hanya ingat namaku saja."

"Ah tak apa - apa. Itu sudah cukup. Namaku Lee Chaeryoung. Kakak bisa memanggilku Chaeryoung."

"Aku Han Jisung. Kak Hyunjin bisa memanggilku Jisung atau Han."

"Aku Yang Jeongin. Kakak bisa memanggilku Jeongin atau I.N juga boleh."

"Aku Hwang Yeji. Kalian bisa panggil aku Yeji." Tiba - tiba Yeji memperkenalkan dirinya dengan posisi satu tangannya yang menbentuk peace di depan wajahnya yang cantik, kedua mata yang dipejamkan, dan menampilkan giginya yang rapi.

" Tiba - tiba Yeji memperkenalkan dirinya dengan posisi satu tangannya yang menbentuk peace di depan wajahnya yang cantik, kedua mata yang dipejamkan, dan menampilkan giginya yang rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya menoleh ke arah Yeji. "Aku sudah tahu..." Kata semuanya kompak kecuali Yeji.

Seketika Yeji cemberut, "Dasar menyebalkan!"

"Utututu... Jangan marah, Kak Yeji. Nanti kalau marah, cantiknya hilang lho." I.N berusaha menghibur Yeji.

"Iya, bener kata I.N." Kata Chaeryoung dan Han.

Sedangkan aku teringat seseorang yang sebelumnya juga pernah mengucapkan kalimat yang sama dengan Yeji ucapkan.

Flashback on.
Aku sedang memasukkan nomor ponselku ke dalam ponsel milik orang tersebut, namun wajahnya tak terlihat dengan jelas.

"Dasar menyebalkan." Gumam orang tersebut yang masih dapat ku dengar.

Aku melihat ke arah orang tersebut, "Dasar anak kecil!"
Flashback off.

Di dalam kepingan ingatan itu, jika didengar dari suaranya, orang tersebut sepertinya berjenis kelamin perempuan. Aku berusaha mengingat orang tersebut. Namun sia - sia, aku tak dapat mengingatnya.

"Argh, siapa sih dia?" Batinku.
Hwang Hyunjin POV END.

Han Chaesoo POV.
Sampailah di rumah. Aku berjalan masuk ke dalam rumah dengan perasaan campur aduk. Antara senang dan sedih, dan antara tenang dan takut. Aku tak tahu perasaan apa ini.

Aku berniat mencuci mukaku, makan siang, lalu tidur.

Keesokan harinya. Berhubung hari ini adalah hari minggu, aku bisa bersantai di rumah. Namun seketika aku teringat akan kakak kelas brengsek yang membuat ku sedih, Kak Hyunjin.

Aku menghela napas perlahan, "Jenguk si brengsek gak ya?"

Di rumah sakit. Ya, aku sampai di rumah sakit dengan sepedaku. Awalnya aku tak ingin menjenguknya. Namun setelah ku pikir matang - matang, tak ada salahnya jika aku menjenguknya.

Hingga sampailah di depan ruangan Kak Hyunjin berada.

Aku menghela napas perlahan. Lalu aku membuka pintu ruangan tersebut.

Ceklek...

Pintu pun terbuka.

"Nggak ada yang jagain?" Aku melihat ruangan Kak Hyunjin yang hanya menampakkan Kak Hyunjin yang masih setia memejamkan kedua matanya.

Aku masuk ke dalam ruangan tersebut sambil menatap Kak Hyunjin dengan dua perasaan bercampur di dalam hatiku.

Ingin sedih namun ingat bahwa ia telah membunuh keluargaku, ingin marah namun ingat bahwa ia telah membantuku dari serangan makhluk tak kasat mata dan menyelamatkanku dari mobil yang berjalan laju. Aku bingung menata perasaanku ketika mengingat Kak Hyunjin.

Aku duduk di kursi yang berada di dekat ranjang yang di tiduri oleh Kak Hyunjin.

Tiba - tiba aku memegang tangannya yang tak diinfus. Seketika aku terkejut. "Apa yang ku lakukan? Eh, tapi tangannya dingin. Apa karena AC ya?"

Bukannya melepaskan tangan Kak Hyunjin, aku justru malah memegang tangannya dengan kedua tanganku. Dasar aku aneh!

"Mungkin dengan begini, tangan Kak Hyunjin hangat." Lagi - lagi aku terkejut mengatakan hal tersebut.

Namun jika ku pikir - pikir, aku juga melakukan banyak kesalahan di dunia ini. Begitupun dengan Kak Hyunjin.

"Kok seneng banget sih mejamin mata untuk waktu yang lama? Kak Hyunjin kapan bangunnya? Keluarga Kakak pasti seneng kalau Kakak bangun."

"Pergi kau dari sini!"
Han Chaesoo POV END.



Jangan lupa vote and comment jika kalian suka. 💜

I Wanna Be Calm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang