Hai, ini ceritanya tentang anak-anak Putih Abu kalau kena physical distancing yah hahaha, gatel banget pengen ngetik ini dari awal pandemi─ ya udah scroll aja langsung guys! Lopyu!
Oh iya, klo yg ciwi-ciwi ke Bali itu di jadiin spesial chapter juga kayaknya bakalan monoton atau kekurangan topik gitu deh, soalnya nggak bakal melibatkan anak cowok sama sekali, tapi nanti tetep bakal aku usahain ketik deh kalau kalian emang kekeh mau baca banget hehe
Zona Merah! Di rumah Aja!
"Bapak Ibu dan saudara-saudara sebangsa dan setanah air" suara bapak presiden memenuhi setiap ruang tengah seluruh rumah "Pemerintah telah menetapkan Covid-19 sebagai jenis penyakit dengan faktor risiko yang menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah menetapkan status kedaruratan kesehatan masyarakat" kata pak presiden
"Ya Allah, beneran udah sampe sini?" kata Ibu Ana, sembari membesarkan volume televisinya
"Untuk mengatasi dampak wabah tersebut, kita telah memutuskan dalam rapat terbatas kabinet bahwa opsi yang kita pilih adalah pembatasan sosial berskala besar atau PSBB" sambungnya
"Wahhh, Ana di liburin dong yah, Bu?" tanya Ayah Ana, membuat sang istri menggeleng tidak tahu dengan raut wajah gelisahnya karena putrinya itu sekarang masih berada di sekolah seperti biasa
###
"Sesuai undang-undang, PSBB ini ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang berkoordinasi dengan Kepala Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dan kepala daerah" mendengar informasi ini, Mama Jeno segera meraih ponselnya dan buru-buru menghubungi anak-anaknya yang ada di sekolah
"Dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 6 tahun 2108 tentang Kekarantinaan Kesehatan" kata pak presiden, masih dengan pidato pentingnya yang di saksikan seluruh masyarat
"Halo, Mah" sahut Vina, adik pertama Jeno yang duduk di bangku sekolah menengah pertama
"Mba, kamu Mama jemput─ tungguin di depan gerbang, tapi jangan sampe keluar dari sekolah, abis itu kita jemput Didin sama Dede" kata Mama Jeno, panik sekali menyadari wabah bernama Covid-19 itu memang sungguh-sungguh telah menyebar di daerah sekitarannya saat ini
"Tapi masih istirahat gak di suruh pulang, emang kenapa Mama jemput tiba-tiba?" tanya Didin
"Ohh, ya udah nanti juga Bu guru dapet infonya dari pak kepala sekolah─ pokoknya kalo udah di suruh pulang, Mba tunggu di deket gerbang tapi jangan keluar sekolah, paham?" kata Mama Jeno
"Oke, paham" sahut Vina, mengerti
"Pemerintah juga sudah menerbitkan PP tentang pembatasan sosial berskala besar dan Keppres penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat untuk melaksanakan amanat undang-undang tersebut" suara televisi kembali memenuhi ruangan, membuat Mama Jeno tergesa-gesa untuk menghubungi putra sulungnya juga
"Mas─ pulang buruan, jangan mampir-mampir dulu, Mama mau jemput Vina sama Didin, kamu kalo duluan sampe rumah bilang Mama─ biar kamu yang jemput Dede" kata Mama Jeno, mengkhawatirkan putri bungsunya yang sekarang masih duduk di bangku taman kanak-kanak
"Hah? Oh, iya ini baru di suruh pulang" sahut Jeno
"Ya udah pulang buruan, ajakin Ana juga─ gak boleh kemana-mana bahaya" perintah seorang Mama
"Iya-iya─ Mas sama Ana langsung ke sekolahnya Dede aja, Mama jemput Vina sama Didin" ucap Jeno, memberikan saran berupa bantuan kecil
"Dengan terbitnya PP ini, semua jelas. Para kepala daerah saya minta tidak membuat kebijakan sendiri-sendiri yang tidak terkoordinasi. Semua kebijakan di daerah harus sesuai dengan peraturan, berada di dalam koridor undang-undang dan PP serta Kepperes tersebut" kata pak presiden
KAMU SEDANG MEMBACA
Spesial; Putih Abu!
ContoHalo, yang mau lanjut baca Putih Abu! #Spesial chapter bisa main kesini yah, mwehehehe Yang mau-mau aja ( ˘ ³˘)♥ Buat yang kepo sama lima spesial chapter sebelumnya, bisa main ke buku utama yah: #Spesial 01 (Market Day) #Spesial 02 (Challenge) #Spes...