Putih Abu #Spesial 09 (Kita pt.4)

323 35 11
                                    

"Argh!" Chenle berhasil melintasi tongkat 100cm bersama Yuhi dalam bopongannya yang super kuat dan tidak akan goyah membiarkannya jatuh.

Bukan hanya teman-teman penonton yang terkejut tapi Yuhi juga, ia tidak tahu mengapa Chenle sangat ingin menang kali ini. "Gila, keren banget..." Kata Yuhi, menyerahkan tisu yang sengaja ia kantongi beberapa helai sedari tadi di celananya untuk menyeka keringat Chenle.

"Iya... abis lo yakin gue bisa, jadi gue usahain."

"Cie..." Ledek Eric, tak sengaja mendengar kalimat yang Chenle ucapkan pada Yuhi, menimbulkan keributan dan bulan-bulanan untuk Gea yang malang. "Kasian Gea terlupakan."

"Heh, gak usah kompor lop!" Sentak Yuhi.

Eric bersembunyi dibalik tubuh Haechan, "Kena jambak Yuhi sakit anjing, kapok gue." Keluhnya.

Sedangkan Jeno sekarang sedang mencoba melewati rintangan seperti yang Chenle lakukan sebelumnya, ia merendahkan tubuhnya dengan mudah tapi lupa melebarkan kakinya agak bisa lebih rendah, akhirnya kepala Angel menyenggol tongkat hingga terjatuh ke rumput. "Yah..."

"Maaf Jel, gak liat." Kata Jeno, menurunkan tubuh Angel. "Udah, pemenangnya Chenle." Ia menyerah tidak mampu melewati tongkat 100cm tersebut, akhirnya Chenle dan Yuhi keluar sebagai pemenang dan mendapatkan voucher belanja senilai satu juta.

"Yes! Langsung cari guardian deh." Yuhi antusias.

Puas dengan penerimaan hadiah dan permainan, seluruhnya duduk di tikar untuk menyantap sushi beserta ayam panggang yang sebelumnya disiapkan para gadis di hotel, selain itu ada beberapa minuman kaleng yang tetap dingin karena dibawa menggunakan tempat kedap udara, serta termos kecil milik Gea yang mulai dituang ke beberapa cup mie siap saji dalam beberapa menit, mereka menikmati makanan.

"Kok popmie-nya cuma ada enam sih?" Haechan membuka tutup cup mie membiarkan uap air panas di dalamnya berkeluaran dengan bebas.

"Kalian aja, kita udah kenyang makan sushi sama ayam." Kata Gea, menuangkan air panas terakhir ke cup mie milik Jeno yang baru saja dibuka.

Jaemin mengangguk-angguk kecil sambil meraih sepotong sushi lalu menyantapnya setelah mie di dalam mulutnya baru saja masuk, bahkan ia juga menyeruput kuah mie. "Ah, mantap... mie sushi."

Mendengarnya Eric tertawa, "Kurang mantap apalagi... makan mie di alam bebas ditemenin bidadari yang baru turun dari surga." Tuturnya.

Para gadis menukar mata satu sama lain lalu menggeleng tak habis pikir, bahkan Renjun hampir tersedak dari kegiatan menyeruput kuah mie. "Mantap karena gratis kali maksud lo."

"Hahaha, baru mau ngomong gitu." Sahut Chenle.

Selepas menghabiskan stok makanan, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing entah itu Jeno yang memetik gitar untuk mengiringi suara Haechan beserta Renjun dan Yuhi yang sedang membersihkan tikar karena kalah suit, Jaemin yang membantu para gadis berfoto, atau Eric dan Chenle yang tiba-tiba mengusai sebagian lahan untuk bermain sepak bola, hingga tak terasa hari semakin larut, siang berganti sore.

Jreng...

Jeno mengakhiri petikan gitarnya menyadari ponselnya telah menyala menunjukan waktu dzuhur telah ia lewatkan selama satu jam. "Eh, udah jam setengah dua... dzuhuran dulu yuk."

"Kuy lah, pak ustadz udah negor." Haechan meledek, kepalanya langsung dapat toyoran dari Jeno.

"Gue, Maudy sama Lili ikut..." Celetuk Ana.

Anak laki-laki menaruh barang mereka di tikar sebelum berlalu. "Emang yang lain kenapa? Kok cuma Maudy, Lili sama Ana yang ikut?" Eric bergerak merebahkan kepalanya di pangkuan Angel, membiarkan kakinya berada di rumput karena tidak mau melepaskan sepatu.

Spesial; Putih Abu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang