Keesokan harinya, Gea memasuki kelas dengan senyuman bahagia karena perjalanan ke negeri sebelah berjalan menyenangkan kemarin. "Pagi... tumben baru ada kalian?" Ia menduduki bangku, menyapa Ana dan Angel yang duduk di depannya.
"Lo gak tau?" Angel menoleh dengan mulut yang sedang mengunyah roti dan raut wajahnya datar.
Ana ikut menoleh, "Maudy, Lili sama Yuhi cek urin ke rumah sakit... hari ini katanya kena skors." Ia menjelskan dengan singkat tanpa basa-basi.
"Grup semalem sepi sih, jadinya lo ketinggalan info Ge." Kata Angel, masih mengunyah rotinya.
Gea bingung, tidak paham kenapa tiba-tiba ada tes urin. "Gimana maksudnya? Kita semua bakal di tes urin gitu? Buat apa, kok mereka duluan?"
"Bukan anjir, kita mah nggak." Ana memotong.
Angel menelan roti sebelum bicara. "Pokoknya kemarin tuh ada salah paham gitu, ada testpack jatuh di depan kamar mandi cewek... terus yang disalahin mereka bertiga karena sensei liat ada di TKP. Ketemu sensei gitu lah mereka." Jelasnya.
Sebelum Angel selesai bercerita Gea sudah terkekeh saja. "Anjir... hahaha, baru gue tinggal sehari masalahnya udah segede gini aja. Ngakak."
"Iya, seru dah kemarin... Maudy berantem sama Yuhi." Bisik Ana, bukan cemas ternyata malah menikmati suasana. "Gak tau tuh udah baikan atau belum, grup semalem sih sepi yah, Jel?"
Angel mengangguk, sedang sibuk meneguk air dari dalam botol minum pribadinya. "Sepi banget." Ia menutup botol minum sambil melirik ke pintu kelas, "Ngapain lo disitu?" Celetuknya, lantang.
Baru akan menyahut ucapan Angel, Gea dan Ana terlanjur menoleh ke arah pintu kelas karena penasaran. Ternyata di depan sana ada Jeno dan Eric yang membawa setumpuk tinggi buku tulis. "Pelajaran Bu Dewi kan abis ini? Suruh bagiin ini." Kata Eric, tidak ingin memasuki kelas dan malah menaruh tumpukan buku itu di meja paling depan.
"Masuk aja kali, taro di meja guru." Saran Angel.
Jeno ikut menaruh tumpukan buku tulis di meja yang sama dengan Eric, meja barisan depan yang paling dekat dengan pintu. Seketika suhu udara di sana memanas saat Ana melirik sekilas pada dua laki-laki di pintu kelas, ia mencoba fokus menatap ponsel namun tetap saja ekor mata dapat menangkap pergerakan seorang laki-laki yang berhasil membuat jantungnya berdebar itu.
"Kata Bu Dewi bagiin, terus dikerjain soal nomor satu sampai sepuluh halaman tiga puluh tujuh." Jeno menyampaikan informasi dari ambang pintu.
Menyadari hal tersebut, Gina malah menunjukan spidol di tangannya dari bangkunya. "Tulisin dong, nanti pada lupa..." Tuturnya, sedang memainkan suasana, tahu betul bagaimana perasaan Ana.
Pada dasarnya Jeno adalah laki-laki yang sangat bertanggungjawab, maka dari itu ia melangkah memasuki kelas untuk meraih spidol dari Gina dan menuliskan informasi di papan tulis, seketika para gadis 12 Bahasa 2 langsung bersorak ramai. Sedangkan Eric hanya bisa bersandar di pintu, menjaga sepatu Jeno yang sempat dilepaskan.
"Jeno, pindah kelas napa." Teriak gadis barisan belakang, berhasil membuat Angel tertawa terbahak-bahak di ujung telinga seorang Ana.
Tugas bahasa indonesia
Halaman 37 no. 1-10Jeno menuliskan informasi itu besar-besar di tengah papan tulis, setelah selesai ia menutup spidol sambil tersenyum. "Udah mau lulus." Ujarnya, membalikan badan untuk menaruh kembali spidol tersebut ke meja Gina yang berada tepat di sebelah meja Angel dan Ana.
"ADUH... PAGI-PAGI SARAPAN COGAN!" Sentak Siti, setelahnya para gadis di kelas tertawa lagi.
Hanya Ana yang tidak bisa menikmati suansa ini, padahal seharusnya ia bersikap natural saja tapi belakangan ini Jeno sering menyajikan atmosfir canggung, maka dari itu mereka terlihat agak malu-malu jika bertemu. "Dah..." Kata Jeno, yang pamit dengan tersenyum pada Ana sambil meraih ponsel di tangan gadis itu agar berhenti fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spesial; Putih Abu!
Cerita PendekHalo, yang mau lanjut baca Putih Abu! #Spesial chapter bisa main kesini yah, mwehehehe Yang mau-mau aja ( ˘ ³˘)♥ Buat yang kepo sama lima spesial chapter sebelumnya, bisa main ke buku utama yah: #Spesial 01 (Market Day) #Spesial 02 (Challenge) #Spes...