Sedang santai menikmati makan siang, tiba-tiba meja Ana dan kawan-kawan kedatangan seorang guru olahraga yang agak mereka tidak suka karena sifatnya yang cenderung kotor.
"Haduh... enak ya kagak ada bujang-bujang nakal," ia duduk di samping Lili, agak mepet membuat gadis itu refleks bergeser, "Puyeng banget dah kalo ada anak cowok, berisik ya Maudy."
Maudy tersenyum saja, "I- iya Pak."
Pak Irfan adalah sosok guru olahraga yang tak disukai para gadis karena terlalu berbahaya dan terlihat suka mendiskriminasi perempuan. Maudy saja sampai takut laki-laki itu datang lebih dekat padanya di saat pakaiannya sedang terbuka, baju adat Bali yang memamerkan bahu cantiknya.
"Lanjut aja makan siang nya, saya mau numpang duduk aja nih," kata Pak Irfan sembari menautkan alis pada Gea yang tak sengaja bertukar mata dengannya, "Anget kalo duduknya deket yang cakep-cakep gini."
Lili makin menggeser posisi duduknya hingga mepet menempel ke tubuh Yuhi, "Maaf ya Hi."
"Iya-iya paham gue," bisik Yuhi, mewajarinya.
Semakin menambah ketegangan, Pak Irfan mengangkat tangan, "Mas kopi item satu, Mas," bukannya enyah, ia malah memesan segelas kopi ke salah satu kedai terdekat.
Angel langsung tersedak kuah bakso dan segera menyeruput jus jeruk miliknya tanpa banyak basa-basi, dan tak sadar ternyata itu menyita perhatian Pak Irfan yang tadi sedang lengah.
Laki-laki kepala empat itu menatap Angel tanpa berkedip, "Aduh... ngisepnya kenceng juga Angel," celetuknya, dengan frontal.
Tentu saja ke enam gadis tersebut membeku kaget, tidak menyangka akan mendengar kalimat kotor yang dibalut dalam konteks guruan dan tawa seperti ini. Menjijikan.
"Kalian pada diem ya kalo diliatin gini, biasanya juga aktif... bapak kan suka yang aktif-aktif apalagi di kasur." Si tua bangka ini berulah lagi, Yuhi sampai memejamkan mata dan menggenggam garpu dengan kuat serasa ingin sekali mencolok matanya sekarang juga.
Kalau ada anak laki-laki, mungkin Pak Irfan tidak akan berani mengganggu mereka karena suka ditegur yang macam-macam dan dihina akibat karakter buruknya itu. Tapi sayang sekali, hari ini ia bebas berbuat apa saja karena tidak ada seorang pun anak laki-laki yang bisa mengejeknya.
Sebagai yang jaraknya paling dekat dengan guru olahraga tersebut, jantung Lili sekarang berdetak tak karuan, kepalanya berpikir tidak baik dan macam-macam sekali membuat segala bentuk ketakutan datang menghantui.
"Siapapun tolong usir dia tolong," bisik Gea.
Ana yang duduk paling jauh dari Pak Irfan hanya bisa diam, tidak tahu harus membantu apa karena ia juga takut berurusan dengan laki-laki tua bangka ini. Dulu, pada pelajaran olahraga saja Ana pernah disentuh perutnya hanya karena Pak Irfan membantu mengangkat holahop yang jatuh ke tanah, ah ini trauma secara tidak langsung.
"Ini Pak, kopi item."
Tidak berterimakasih, Pak Irfan malah tersenyum pada Lili di sampingnya, ia membiarkan begitu saja bibi yang mengantar segelas kopi padahal kalau bisa seharusnya membayar lebih dulu. "Eh... senyum lah, pada tegang banget." Ledeknya, kali ini ia berani bergerak mencolek lengan Lili.
Seketika Lili melotot pada Angel yang tepat berhadapan dengannya. Ia memberi kode kalau semakin lama keadaan sudah semakin tidak beres, jika mereka diam saja, mungkin hal yang jauh lebih buruk bisa saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spesial; Putih Abu!
Storie breviHalo, yang mau lanjut baca Putih Abu! #Spesial chapter bisa main kesini yah, mwehehehe Yang mau-mau aja ( ˘ ³˘)♥ Buat yang kepo sama lima spesial chapter sebelumnya, bisa main ke buku utama yah: #Spesial 01 (Market Day) #Spesial 02 (Challenge) #Spes...