Jenuh, Leon benar-benar jenuh, dari pagi sampai sore dirinya hanya berdiam diri di rumah, tidak di perbolehkan keluar. Benar-benar jenuh, kesal, pengen banting orang aja rasanya.
"Halo, Bri lo dimana sih? "
"Bangsat banget gak sih. Gue udah nyampe di rumah lo, eh malah di usir sama Opa lo. "
"Lah anjing! Terus gimana dong. Bosen tau gue di rumah mulu. "
"Udah terima aja, itu hukuman buat lo yang petakilan mulu."
Tut.
Leon mematikan telepon sepihak. Opa nya itu benar-benar menguji kesabaran nya. Dia tadi meminta Brian untuk main kesini, karena Leon merasa bosan. Eh malah di Brian nya di usir. Kan bangsat!.
Jam menunjukan pukul empat sore, dia sudah mandi, seger, dah ganteng juga. Dia keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.
Gak ada siapapun, dia melangkah menuju halaman belakang, ternyata di sana sedang bersantai.
Leon menghampiri mereka, ah tidak lebih tepat nya menghampiri David yang sedang duduk di ayunan bersama Yola.
Lantas Leon duduk di rerumputan, beruntung lah rerumputan itu bersih. Dia menyandarkan punggungnya di kaki David.
Sedangkan yang lainnya duduk di gazebo tidak jauh dari Leon.
"Kenapa? Udah ganteng gini, kok cemberut? " tanya David.
Memang David lah yang sudah memaafkan Leon yang lainnya mungkin masih marah atau ah sudah lah Leon gak mau ambil pusing.
"Gak kenapa-napa. "
Ekor mata nya melirik ke arah Richard dan ternyata Opa nya juga sedang menatap dirinya, langsung saja Leon menatap ke arah lain, dia tidak mau menatap Opa nya itu lama-lama, takut iritasi matanya.
Richard menautkan kedua alisnya, kok tumben ini cucu satu ini malah diem aja, gak mau minta maaf lagi gitu?.
"Leon.. " panggil Richard.
Leon hanya melirik sekilas, lantas memejamkan matanya.
"Leon sini nak.. "
Dengan ogah-ogahan Leon menghampiri Richard, dan duduk di sebelah Opa nya. Setelah duduk pun Leon tidak berucap apapun.
"Leon kenapa? "
"Ngantuk. "
Leon berdiri dari duduk nya dan masuk ke dalam.
Loh mereka terheran-heran kok Leon jadi pendiam gini sih, terus juga gak minta maaf lagi. Masa iya sih Leon marah sama mereka, tapi gara-gara apa coba?.
°°°
Malam ini mereka sudah duduk manis di kursi meja makan.
Hening.
Tidak ada pembicaraan hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
Mereka makan dengan khidmat.
Beberapa menit kemudian mereka sudah selesai makan, Leon mengikuti mereka untuk bersantai terlebih dahulu di ruang keluarga.
Leon duduk di dekat David, dari tadi ni anak nempelin mulu Papah nya.
"Leon kamu kenapa sih nak? " kini Yola buka suara.
Leon melirik sekilas Mamah nya, "Gak kenapa-napa. "
Oke seperti nya ada yang salah dengan Leon, masa iya Leon marah sama mereka hanya gara-gara mereka marah sama Leon, aneh banget.
Terus kalau begini caranya, apa mereka saja yang harus meminta maaf?.
"Leon sini. "
Leon menurut saja, dia menghampiri Richard.
"Kamu marah sama kita? Hem? "
"Leon tau kan kesalahan Leon apa? "
Leon cuma ngangguk, tanpa berucap apapun.
Richard menghela napas, "Oke kita minta maaf ya, karena udah diemin Leon, gak berbicara sama Leon. Maafin kita ya. Opa sama yang lainnya juga udah maafin Leon kok. "
Bahagia nya hati Leon, akhirnya di maafin juga. Dia mau berteriak sekarang juga, tapi dia harus jaga image nya.
Wajah nya masih Setia kayak tadi, gak ada senyum di wajah nya.
"Senyum dong, kan udah di maafin. Leon juga jangan marah ya. "
Akan aneh menurut mereka jika Leon jadi pendiam, makanya Richard meminta maaf mewakili mereka agar Leon kembali seperti semula.
Leon tersenyum dan memeluk Opa nya.
"Yes.. Yes.. Yes.. Akhirnya dapet maaf juga, hebat gue. " ucap dalam hati.
Leon sengaja marah sama mereka agar di maafin, dan terwujud juga.
Leon bahagia tiada tara. Tinggal satu langkah lagi agar dia bisa di perbolehkan sekolah besok.
°°°
Gampang banget ya tuh si Leon dapet maaf nya 😬😬.
KAMU SEDANG MEMBACA
L E O N
RandomSelama 17 tahun, hidup Leon sungguh sangat amat menyenangkan, mau berbuat apapun tidak ada yang melarang atau memarahinya. Mamah nya pun hanya memberikan sedikit dakwah setelah itu selesai. Tapi, setelah mamah nya menikah lagi, Leon berasa hidup de...