|22|

4.2K 431 99
                                    

Kurang lebih dua puluh lima jam lamanya mereka berdua di dalam pesawat, kini sudah mendarat juga di Bandara internasional Washington Dulles.

Dan kini kedua nya sedang berjalan menuju mobil Yang sudah menunggu.

"Em.. Bule, eh maksudnya Pa ke-napa.. Papa baru jemput Leon? Kenapa gak dari dulu? " tanya Leon.

Jeff mengusap rambut Leon, "Ada beberapa hal yang tidak bisa Papa tinggal, jadi Papa baru bisa jemput kamu kemarin-kemarin. "

Tak terasa hingga di depan nya sudah ada mobil dengan satu orang yang sudah membuka kan pintu belakang mobil. Mempersilahkan mereka berdua masuk.

Mobil sudah berjalan, terjadi keheningan. Leon yang sedang menatap keluar jendela tapi pikiran nya tertuju kepada ucapan Mama dan Papa David, kalau Papa nya ini jahat. Tapi menurut pandangan dia, Papa nya ini tidak jahat.

Leon mengambil keputusan untuk tinggal bersama Papa nya itu, ingin lebih dekat dengan keluarga besar Papa nya dan juga dia ingin membuktikan langsung, benarkah Papa nya ini jahat atau tidak. Leon harus melihat nya sendiri.

"Pa, kenapa Papa tidak tinggal di New york, atau Los Angeles, atau juga California? "

Jeff yang tadi nya fokus terhadap ponsel nya kini teralihkan karena pertanyaan Leon.

"Karena orang tua Papa lahir disini, jadi mereka tinggal di sini. " setelah itu Jeff kembali terfokus terhadap ponsel nya.

Alis Leon menyatu, jawaban nya simpel tapi tidak meyakinkan. Washington D.C ini ibu kota dari Negara Amerika, dan keluarga Papa tinggal di sini dengan alasan karena mereka lahir di sini, masuk akal sih.

Tapi, kenapa tidak pindah saja ke kota New york yang dimana kota terpadat di Amerika dan juga salah satu wilayah metropolitan terpadat di Dunia, juga memberikan pengaruh besar terhadap keuangan, perdagangan dan masih banyak lagi.

Lamunan Leon buyar ketika mendegar suara dari supir itu.

"Sudah sampai tuan. "

"Terima kasih. Ayo nak turun. "

Leon mengikuti Jeff turun.

Woahh..

Di hadapan nya ini, rumah atau istana?..

Sangat-sangat besar dan juga sangat-sangat luas.

"Ini.. "

Jeff mengecup dahi Leon, "Ini mansion milik Papa. Oma sama Opa juga ada disini, ayo masuk. "

Leon masih setia berdiri di tempat nya.

"Kenapa diam aja ayo masuk."

"Leon.. "

"Mereka menunggu kedatangan kamu nak. Termasuk istri dan adik kamu. "

"Adik? "

"Iya, kenapa? "

"E-enggak Pa. "

Perasaan Leon tiba-tiba jadi cemburu. Adik?. Kenapa? Kenapa dia harus punya adik segala sih?, dia sungguh tidak mau mempunyai adik.

Jeff menarik tangan Leon untuk masuk ke dalam mansion itu. Leon berjalan menunduk. Hingga..

"Leon cucuku.. " pekik wanita yang sudah lanjut usia, hanya saja gaya nya seperti usia tiga puluh-an.

Leon mendongak menatap orang yang memanggil nya.

Grep..

Tiba-tiba saja wanita itu memeluk Leon, setelah itu dia menangkup kedua pipi Leon, "Kamu tampan sekali nak. "

Leon tersenyum kikuk.

"Oma, panggil Oma ya. Oma Bela. " ucap nya memperkenalkan dirinya.

Leon mengangguk, tak lama..

Grep..

Ada yang memeluk kembali tubuh Leon.

"Ini Opa sayang. Opa William. "

Cup..

Leon mengangguk. Mata nya mengarah ke arah dua orang yang berdiri tidak jauh dari tempat nya.

"Ini istri Papa Leon, nama nya Angel. Dan ini anak Papa adik kamu nama nya Daniel. "

"Ha-lo. "

Angel mendekat ke arah Leon dan memeluk nya, "Selamat datang Leon." bisik Angel.

Setelah lepas pelukan nya, Leon menatap Daniel lekat. Seperti nya ada yang aneh dengan anak itu..

"Dan ini adik kamu usianya satu tahun lebih muda dari kamu. " jelas Jeff.

"Oma anter ke kamar yu. " Bela menarik Leon untuk masuk ke dalam lift. Dia juga menyuruh bodyguard untuk membawakan barang Leon lewat tangga.

Bela memencet tombol angka tiga. Tak lama.

Ting!

Pintu lift terbuka, kedua nya berjalan menyusuri lorong yang cukup luas, tapi terasa ngeri bagi Leon.

Ceklek..

"Ini kamar kamu nak. Kamu istirahat ya, Oma tinggal dulu. "

"I-ya.. "

Oma nya sudah pergi, Leon langsung merebahkan tubuh nya. Dia menatap langit-langit kamar nya, pikiran jahat yang mengarah kepada Papa itu lenyap sudah.

Leon yakin, dirinya akan bahagia tinggal bersama Papa nya ini dam jug yang lain nya sangat menyambut Leon dengan hangat.

Mungkin dirinya akan memutuskan satu bulan tinggal di Amerika satu bulan di Indonesia agar rindu nya terobati. Masalah sekolah? Bodo amat.

Leon mengambil ponsel nya yang berada di jaket denim nya.

Dia mencari nama Mama nya yang tertera di ponsel nya itu. Lalu mengirim kan pesan.

Ceklek..

"Kakak.. "

Leon menatap ke arah pintu, dia menatap sinis kepada orang yang memanggil nya dengan kakak.

Dia benar-benar tidak mau mempunyai adik. Apakah dia harus kembali ke Indonesia?

°°°

Duh, masa mau balik lagi ke Indonesia. Baru juga sampai di Amerika Le..

L E O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang