|35|

3.5K 418 96
                                    

Jangan lupa di pencet Bintang nya ya kakak-kakak baik hati.

...

Jam enam pagi, Leon masih nyenyak tidur. Mungkin akibat semalam bumi yang di guyur hujan begitu deras membuat Leon nyaman lebih lama untuk tidur.

Biasa nya jam enam Leon sudah bangun, sudah mandi pula. Tapi kali ini dia masih tidur dengan tubuh nya yang di tutupi selimut hingga menyisakan kepala nya saja.

Ceklek..

David hanya menggeleng melihat anak mesum nya itu, dia mendekat dan duduk di pinggir ranjang. Tangan kanan nya terulur menyusap surai anak nya itu.

"Leon.. Bangun hey, udah jam enam.."

"Hem... "

Leon mengubah posisi nya yang tadi nya menyamping kini tidur terlentang.

"Leon.. Udah jam enam, bangun, sekolah hey.. "

"Hem.. Sekolah nya pending dulu aja Pa, males. " ucap nya dengan suara yang serak dan mata masih Setia terpejam, dia enggan membuka mata nya karena masih ngantuk.

"Mana ada sekolah di pending. Leon mau bolos sekolah aja gitu? Tapi Papa gak akan ngizinin. "

"Yaudah, Papa aja yang sekolah sana, gantiin Leon.. " Leon mengubah kembali posisi tidur nya menjadi tengkurap.

David mendesah pasrah, dia mendekatkan bibir nya ke telinga Leon, "Jadi gak mau sekolah nih? " bisik David.

Leon membalas dengan anggukan.

"Yaudah, tidur lagi aja, "

Cup..

David keluar dari kamar Leon. Dan dia pergi menuju kamar nya.

David memeluk Yola dari belakang, "Hari ini kita cek kandungan kamu ya. "

Yola mengangguk, dia mengusap perut nya sambil menghadap ke cermin.

Perut nya belum terlihat membesar, ya walau pun sudah terlihat sedikit. Tapi karena Yola selalu memakai pakaian yang ukuran nya besar, jadi tidak akan terlihat. Makanya Leon belum sadar.

°°°

Jam sebelas siang Leon baru bangun tidur.

Dia sudah segar karena sudah mandi, Leon langsung turun ke bawah karena perut nya minta di isi.

Beberapa menit kemudian Leon sudah selesai makan nya, dia pergi ke kamar Mama nya karena hari ini Leon belum bertemu dengan Mama nya.

Ceklek..

"Ma.. " Leon celingak-celinguk di kamar Yola. Tidak ada siapa-siapa.

"OMA!! "

"OMA!! " teriak Leon sambil berlari.

Jesi yang sedang berada di halaman depan bersama Richard, mendengar teriakan Leon sontak saja masuk ke dalam.

"Mama mana? " tanya Leon dengan napas yang sedikit terengah-engah.

"Yaampun kirain Oma ada apaan pake teriak segala nak. "

"Mama mana? "

Aduh, Jesi harus jawab nya bagaimana, kalau jawab jujur..

"E-itu, Mama em.. -"

"Loh Leon.. Kamu udah bangun nak. " David memotong ucapan Jesi.

"Belum, ini masih ngelindur. " ketus Leon.

"Oh, yaudah balik lagi ke kamar sana."

Huh, Jesi bisa bernapas lega juga, mereka belum siap untuk memberitahukan tentang kehamilan Yola untuk sekarang-sekarang kepada Leon, mereka takut nanti akan reaksi Leon kalau mengetahui dirinya akan punya adik.

"Papa sama Mama habis dari mana? "

David mengangkat tangan kanan nya yang memegang paper bag cukup banyak, "Papa habis belanja dari mall. "

"Oh.. Kirain ke mana. " Leon memeluk David setelah itu beralih ke Yola.

°°°

Sore hari nya Leon bersantai bersama Papa nya di halaman depan di temani teh panas juga camilan, dengan pemandangan para ibu-ibu yang lewat di depan rumah nya dengan mulut tak henti-hentinya komat-kamit gibahin orang.

"Pa, itu ibu-ibu gak capek apa ya mulut nya komat-kamit mulu. "

"Huss, jangan gitu bicara nya ah. Mereka lagi bertukar cerita nak. "

"Iya tau kok bercerita dengan topik yang di ceritakan nya itu membicarakan orang lain. "

"Nah itu kamu tau. "

Kalau udah nge gibah teh suka lupa waktu :).

Drrtt

Drrtt

David mengambil ponsel di atas meja sana, lalu dia mengangkat nya.

"Apa!! "

"Iya saya kesana sekarang! "

David masuk ke dalam dan mengambil kunci mobil, sedangkan Leon hanya bengong melihat Papa nya yang terlihat panik.

"Pa mau kemana. "

"Maaf sayang, Papa harus pergi dulu."

"Tapi kemana Pa? "

"Papa mau jemput seseorang nak. "

"Seseorang? Siapa Pa? " degup jantung Leon berdetak lebih cepat, saat papa nya bilang kalau akan menjemput seseorang.

"Kamu juga nanti tau kok. Papa pergi dulu ya. "

Cup..

Leon melihat mobil Papa nya yang sudah pergi jauh.

Seseorang?

Siapa?

Ketakutan Leon bertambah. Pikiran nya sudah bercabang kemana-mana, hati nya jadi resah tak karuan.

Leon masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu, lantas memeluk Richard.

"Eh.. " kaget Richard.

"Kenapa? Tumben peluk-peluk Opa? "

"Emang gak boleh gitu? "

"Boleh kok. "

Sebenar nya Leon memeluk Richard hanya untuk menenangkan dirinya saja.

Satu jam berlalu, dan Leon masih Setia memeluk Opa nya itu sampai Richard sakit pinggang, tapi ia tahan. Kapan lagi coba cucu nya itu akan memeluk dirinya.

"LEON.. PAPA PUlANG!! " teriak David yang berdiri di ambang pintu.

Sontak saja Leon melepas pelukan nya dan menghadap ke Papa nya.

David tersenyum ke arah Leon, "Nak Papa punya surprise buat kamu. "

Huh, perasaan Leon tadi sudah tenang, tapi kini kembali resah.

"Apa? "

David terlihat pergi dari sana dan tak lama dia kembali, tapi..

Mata Leon melotot..

APA!!

Gak mungkin!

Gak mungkin!

"D-dia? " Tanya Leon dengan gugup.

David mengangguk.

Dan Leon menggeleng keras, "NGAPAIN DIA KE SINI HAH!!! " teriak Leon mampu membuat mereka terkejut.

"Loh, kenapa nak? "

"LEON GAK SUKA!!! BUANG AJA DIA PA BUANG!! "

"Leon, dia itu.. "

"KENAPA PAPA MALAH MELIHARA KUDANIL SIH!! " wajah Leon memerah menahan amarah.

"Kudanil? "

David menatap ke orang Yang ada di sebelah nya.

Dia kudanil?

Daniel.

Kudanil?

°°°

David bawa kudanil ke rumah nya masa😵😵😵😲😲😲😲

L E O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang