|18|

4.4K 480 50
                                    

Jam delapan pagi Leon sudah berada di pantai dengan di temani dua orang bodyguard suruhan Opa nya. Sedangkan mereka belum keluar dari hotel, entahlah sedang apa Leon bodo amat.

Mata Leon serasa ingin keluar, banyak banget cewek yang cuman memakai daleman doang, aduhhh..

Mana dedek nya udah mulai bangun lagi, gawat ini otak nya Leon kayak nya harus di cuci pake air laut deh biar gak mesum mulu. Sekarang otak nya di penuhi dengan, err ah sudah lah, Leon harus berhenti membayangkan itu agar dedek nya tidak semakin bangun.

"Halo Leon kita bertemu lagi.. " sapa seseorang.

Leon menatap datar orang itu, sialan banget emang ni bule. Dari kemarin ketemu mulu sama dia, "Anda ini selalu muncul di hadapan saya kenapa sih? "

"Saya kangen kamu Leon, saya yakin kamu anak kandung saya. "

"Saya butuh bukti, bukan modal bacot doang. " setelah berbicara seperti itu, Leon pergi dari sana.

Jeff berniat mengejar Leon, tapi tangan nya terlebih dulu di cekal, "Jangan mengganggu tuan muda kami. " ternyata bodyguard Leon lah yang mencegah nya.

Setelah itu mereka berdua mengikuti kembali tuan muda nya yang mulai menjauh.

"Huh, bukan nya senang ini liburan malah kesal aja. Tuh bule sialan bikin liburan gue kacau. " gerutu Leon.

Liburan nya tidak tenang, karena itu bule terus-terusan muncul di hadapan nya.

Drrtt

Drrtt

Leon merogoh saku celana pendek nya dan melihat layar ponsel nya, tertera nama.

PapaDav😒

Leon bingung, apakah harus di jawab atau biarain aja. Kalau gak di jawab hati dia gak tenang, tapi kalau di jawab..

Leon menggeser ke atas ikon berwarna hijau itu, dia rindu bukan rindu Papa nya tapi dia rindu Mama nya.

Terlihat di kayar ponsel itu David sedang tersenyum ke arah Leon sedangkan Leon hanya membalas dengan tatapan biasa saja tidak ada senyum sedikit pun.

Terdengar helaan napas di sana, "leon maafin Papa ya, Papa benar-benar minta maaf sayang.. "

Leon melihat ada raut wajah sesal di sana, "Papa sayang Leon, waktu itu Papa terbawa emosi nak, maafin Papa ya.. "

Leon gampak menghela napas, "Yaudah iya Leon maafin, tapi beliin Leon apartemen ya? "

"Hah.. A-apartemen? "

"Iya kenapa gak mau? Yaudah Leon ga-"

"Eh, oke-oke Papa belikan sekarang juga okay. Untuk Leon kesayangan Papa. "

"Tulus gak nih? "

"Tulus banget, apapun asal Leon gak marah lagi sama Papa. "

"Oke Leon maafin Papa, apartemen nya gak jadi bye. "

Tut.

Leon tidak memberikan kesempatan Papa nya untuk berbicara lagi. Setelah menyimpan ponsel nya di saku celana dirinya melanjutkan kembali menyusuri pantai.

°°°

Siang hari nya Leon kembali ke hotel karena Opa yang menyuruh nya untuk kembali.

"Ada apa Opa? "

"Duduk dulu sini. "

Leon menurut, dirinya duduk di sofa yang menghadap keluar dengan pemandangan pantai.

"Opa dengar ada orang yang menganggu kamu? "

Leon menatap Richard, "Kata siapa? "

"Jangan lupakan banyak mata-mata. "

Leon menghela napas, "Iya ada, dia bule. "

"Nama nya siapa? " tanya Richard.

"Masa Opa gak tau. "

"Beneran gak tau. " bohong Richard.

"Kata nya sih Jeffrey William. "

Benar ternyata, orang itu mendekati Leon.

Richard memcengkram bahu Leon, "Leon dengerin Opa. Jangan deket-deket sama orang itu, berbahaya nak!"

Leon nempak menautkan alisnya, "Masa sih? "

"Iya nak, dia bahaya. Plis jangan dekat-dekat dengan nya ya. "

Leon mengangguk, "Lagi pula bule itu ngeselin, jadi mana mau Leon deket sama orang gila itu. "

"Gila? "

"Iya gila, semalam ketemu dia ngaku Papa kandung nya Leon. " jawab Leon enteng.

Raut wajah Richard dan juga Jesi yang sedari tadi mendengar langsung berubah.

"Dengerin Opa nak, dia berbahaya jadi Opa mohon jangan dekat-dekat dengan nya ya.. " pinta Richard harap-harap cemas.

"Iya Opa iya. "

Richard dan Jesi menghela napas Lega, tapi tetap saja hati nya khawatir, benar-benar khawatir.

"Lagi pula Leon gak percaya itu orang Papa nya Leon. Kan dari kecil Leon gak pernah tau wajah Papa Leon. "

"Tapi kalau ada bukti yang menguatkan itu Papa nya Leon, mungkin bisa percaya. " sambung nya.

Degup jantung Richard dan Jesi kembali berdetak lebih cepat.

"Ekhem.. Bahu kamu masih sakit? " tamya Richard berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Udah agak mendingan Opa, gak terlalu, sakit. "

"Syukurlah. "

Seperti nya Richard harus mengambil tindakan secepat nya.

°°°

Wah.. Wah.. Wah.. Haduhh 😂

L E O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang