part 9 : Tidur dengan gadis cantik

67 6 1
                                    

Heaven mencuci piring dengan perasaan kesal, bisa-bisanya lelaki itu menawarkan untuk tidur bersama. Meski itu hanya sebuah candaan, tapi terdengar begitu sangat mengerikan baginya.

Heaven, seorang gadis yang kini sudah baru berusia 20 tahun. Yang belum pernah bersentuhan dengan lelaki manapun, kini mau tidak mau harus satu rumah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya. Bahkan lelaki itu juga sudah pernah menyentuhnya, menggendongnya, bahkan kini sedang tidur di atas ranjangnya.

Beruntunglah lelaki itu sangat tampan, setidaknya Heaven tidak merasa rugi. Cukup jaga jarak dan menjaga diri, sepertinya ia masih dalam tahap aman.
Andai saja sang ayah mengirimkan seseorang yang berwajah mengerikan dan juga sangar, mungkin Heaven akan lebih memilih untuk mati.

Tapi.. Dari mana ayahnya mendapatkan uang untuk menyewa seorang pengawal yang seperti ini? Atau jangan-jangan! Heaven menutup mulutnya tidak percaya, apa mungkin ayahnya itu sudah menjual rumahnya yang dulu?

Setelah selesai mencuci piring, Heaven segera mencari kemeja pengawalnya yang basah tadi untuk di cuci, namun ia sama sekali tidak menemukannya. Ini aneh, alis Heaven mulai mengkerut karena bingung, di ruang tamu ini tidak ada satupun barang milik pengawalnya, bahkan pakaiannya juga Heaven sama sekali tidak tahu di taruh dimana.

Ia membuka semua laci dan juga lemari yang ada di area itu, tapi tidak ada satu pun pakaian milik pengawalnya yang ia temukan. Ini aneh, dimana lelaki itu tidur dan berganti pakaian selama ini? Lelaki itu benar-benar sangat misterius.

Karena malam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Heaven pun akhirnya mulai mengantuk. Ia akan menanyakan itu kepada pengawalnya nanti setelah ia beristirahat.

***

Lelaki itu membuka mata, dan langsung menemukan sosok seorang gadis cantik sedang tertidur pulas tepat di sampingnya. Bukan, lebih tepatnya di sisinya. Gadis itu tertidur di kursi, namun tangan dan juga kepalanya berada di sisi ranjang, benar-benar tepat berada di sisi kepalanya.

Tangan besarnya terulur, menarik satu helai rambut yang menjuntai di pipi Heaven dan mengembalikkannya ke belakang telinga. Ia juga bahkan menyentuh wajah yang bersemu merah itu, dan mulai menatapnya dengan wajah sendu.

Gadis ini, adalah alasannya untuk datang. Gadis ini, adalah alasannya untuk hidup. Dan kehadirannya saat ini, adalah alasan gadis itu untuk mati.

Lelaki itu sempat tersenyum geli, saat menyadari jika gadis itu memakai piyama malam ini. Ia menyikap selimutnya dan bangkit untuk berdiri, menarik gadis itu ke dalam pangkuannya dan langsung meletakkannya di atas tempat tidur. Ia langsung pergi dari kamar itu setelah menyelimuti Heaven yang masih tidur dengan nyenyak. Ia harus melakukannya, sebelum ia benar-benar hilang kendali.

"Wah wah wah," sapa Steve, sahabatnya yang kini sedang berkacak pinggang di dapur sambil memakai celemek. "Sepertinya, tadi malam kau tidur dengan nyenyak ya?" ucapnya dengan nada mengejek, membuat lelaki yang baru saja menuruni tangga itu tersenyum kecil.

"Tentu saja, bahkan semalaman aku di temani oleh seorang gadis yang sangat cantik."

"Kau benar-benar sangat keterlaluan," lelaki bercelemek itu mulai menggerutu. "Setiap pagi, siang dan juga malam, aku harus selalu memasak untuk menyiapkan makanan untukmu dan juga gadis itu. Bahkan pakaian kotormu juga harus aku yang mencucinya."

"Ayolah," lelaki itu mulai menepuk bahu sahabatnya sedikit kencang setelah menghampiri, membuat Steve sedikit terhuyung dan langsung berdecak karena kesal. "Hanya sementara, sampai tujuan kita tercapai."

"Kau ini. Baiklah," Steve mendesah. "Aku harus segera pergi dari sini, masih ada piring kotor yang nanti harus kau bersihkan."

"Benarkah?" lelaki itu mulai memasang wajah polosnya seperti anak kecil yang sedang merajuk. "Tapi kedua tanganku ini begitu sangat lembut, tidak cocok jika harus mengerjakan pekerjaan yang berat seperti itu."

"Kau pikir tanganku tidak cukup lembut untuk merasakannya hah!" Steve mendadak jengkel sekaligus marah, dan lelaki itu justru malah tertawa.

"Baiklah, nanti aku yang akan melakukannya. Oia," lelaki itu mulai menjentikkan jari. "Apa kau sudah menemukannya?"

"Belum, aku sudah mencari surat berharga itu di seluruh tempat ini" Steve mendadak serius. "Kita sudah bertindak sampai sejauh ini, aku yakin akan segera menemukannya. Tapi.."

"Apa?"

"Kau harus bertanya langsung pada gadis itu, karena itu akan sangat memudahkan rencana kita."

"Awalnya dia begitu sangat menjaga jarak denganku," lelaki itu mulai terlihat masam. "Tapi, sepertinya saat ini dia sudah mulai membuka diri, buktinya tadi malam gadis itu sudah berani untuk memaki." lelaki itu jadi mendesah lelah saat mengingatnya. "Setidaknya, bibirnya itu tidak seberat batu dan tidak sedingin saat pertama kali kami bertemu."

"Bahkan dia sampai mau merawatmu," Steve segera menimpali, dan langsung di jawab anggukan oleh lelaki itu. "Hari ini, aku akan pergi ke suatu tempat."

"Ada apa?" tanya lelaki itu dengan serius.

"Edward ingin sekali bertemu," Steve sedikit mengangkat bahu. "Dan aku sangat berharap, dia akan datang dengan membawa kabar yang sangat buruk untuk kita berdua."

Lelaki itu terkekeh, dan menutup mulutnya dengan menggunakan punggung tangannya. "Kau ini benar-benar.."

"Ya, semua hal mengerikan yang sudah kita lalui bersama benar-benar sedikit membuatku gila," Steve berkata dengan penuh rasa frustasi, lalu pada akhirnya ia pun justru malah tertawa. "Tapi, semua ini begitu sangat menyenangkan bukan?"


____________😚___________

Dangerous Wedding With Billionaire (Sudah Tersedia Di Novelme)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang