part 8 : Makanan yang sangat buruk

45 3 0
                                    

Heaven membuka pintu kulkas dengan sangat lebar, ia harus membuat sup hangat untuk pengawalnya agar badannya hangat dan demamnya segera turun. Ini semua adalah salahnya, gara-gara dirinya lelaki itu sudah dua kali harus basah kuyup untuk menggendongnya dengan kasar, bahkan menaruhnya dengan kasar juga. Fakta itu membuatnya merasa sedikit kesal, namun mau tidak mau kini Heaven jadi di hinggapi perasaan bersalah.

Ia mengambil berbagai macam sayuran, dan mengolahnya menjadi sebuah sup. Entah sudah berapa lama Heaven tidak memasak, biasanya ia cukup menghangatkan makanan yang sudah jadi tanpa harus repot-repot memasak seperti ini. Namun situasi kali ini berbeda, tidak mungkin Heaven memberikan makanan yang semacam itu kepada orang yang sedang sakit.

Hingga suara pecahan kaca langsung mengalihkan perhatiannya, setelah mematikan api, Heaven segera menuju ke arah sumber suara tersebut, menjauh dari arah dapur. Dan di saat yang bersamaan, seorang lelaki datang melalui kaca jendela dapur, memasukinya dan dengan segera mengambil sebuah sendok untuk mencicipi sup buatan Heaven.

Mual, itu adalah hal pertama yang ia rasakan. Sahabatnya benar-benar tidak main-main saat mengatakan jika masakan Heaven sangatlah buruk. Dengan segera ia mengambil berbagai macam bumbu dan mencoba untuk memperbaikinya, dan dengan segera pula ia pergi melalui kaca jendela yang sama sebelum akhirnya nanti Heaven kembali dan menemukannya.

"Ini aneh sekali," Heaven menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Rasanya tadi aku benar-benar mendengar suara barang yang jatuh, tapi tidak ada apapun di sana."

Heaven kembali ke arah dapur, dan mulai menuangkan sup itu ke dalam mangkuk.
Oia, Heaven baru tersadar, ia sama sekali belum mencicipi sup buatannya. Ia mengambil sebuah sendok dan mulai mencicipi, dan eeeem... Heaven sampai memejamkan mata. Padahal sudah lama sekali ia tidak memasak, dan Heaven sama sekali tidak menyangka jika rasanya akan seenak ini.

Ia mengambil 2 mangkuk sup sekaligus, membawanya menaiki anak tangga dan meletakkannya di atas meja nakas. Namun sayang, lelaki itu ternyata sudah tertidur.

Heaven duduk di kursi yang berada tepat di samping ranjang dan mulai mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi lelaki itu. Masih panas, pikirnya. Membuat Heaven semakin merasa cemas.

Ia mulai mengamati wajah tampan itu yang kini sedang lelap di atas tempat tidurnya, begitu tampan hingga akal dan pikiran Heaven kembali berkelahi. Menyangkal semua fakta bahwa lelaki ini adalah pengawalnya. Alisnya yang tebal, matanya yang tajam, hidungnya yang mancung, warna kulitnya yang sangat putih, bahkan iris matanya yang berwarna abu-abu, membuat Heaven merasa jika lelaki ini bukanlah berasal dari negaranya. Lelaki itu juga memiliki warna rambut berwarna hitam pekat, sepaket dengan pandangan tajam yang dimilikinya, menambah aksen sangat misterius.

Heaven tidak banyak bertanya, bahkan tidak pernah menanyakan apapun tentangnya dan bersikap acuh saja selama ini. Ingin sekali Heaven membangunkan, namun ia tidak tahu namanya sama sekali.

***

Lelaki itu mulai membuka matanya perlahan, saat ada seorang gadis yang kini sedang mencoba membangunkannya dengan gelisah. Bukan gelisah karena mengkhawatirkan nya, tapi karena gadis itu tidak tahu siapa nama yang ingin di panggilnya. Dalam hati, lelaki itu ingin sekali mendengus karena jengkel, karena keangkuhan gadis itu selama beberapa hari ini.

"Kau sudah bangun?" lelaki itu mengangguk, dan langsung beringsut untuk duduk. "Syukurlah, aku sudah membuatkan sup yang hangat untukmu." Wajah lelaki itu mendadak pucat, saat Heaven menyodorkan semangkuk sup itu kepadanya. "Ada apa?" tanya Heaven dengan heran saat lelaki itu hanya menatap tanpa mau menyentuh.

"Tidak apa-apa," jawabnya dengan kaku. Dalam hati, ia sungguh berharap jika sahabatnya itu sudah menyelamatkannya hari ini. Jika tidak, maka aku akan langsung memecatnya! gerutunya dalam hati.

"Rasanya sangat enak, aku sudah mencobanya tadi." Heaven mencoba meyakinkan, namun lelaki itu tampak masih ragu.

"Benarkah?" dalam hati ia merasa sedikit lega jika sup ini benar-benar enak. Ralat, sudah di buat menjadi enak maksudnya. Dan lelaki itu benar-benar memakannya sampai habis untuk membuat Heaven merasa senang, dan tentu saja gadis itu merasa senang. Setelah selesai, bahkan gadis itu juga sudah menyiapkan minum dan juga obat untuknya.

"Ternyata tubuhmu sangat lemah ya? Bagaimana bisa nanti kau akan menjagaku," celotehan Heaven kali ini benar-benar membuat lelaki itu menoleh, sedikit merasa tersinggung.

"Kata siapa tubuhku lemah," lelaki itu bersedekap dada dengan angkuh, wajahnya menunjukkan sikap tidak terima. "Aku hanya belum terbiasa dengan udara yang ada di negara ini, hanya itu." lelaki itu kemudian mendekatkan wajahnya pada Heaven untuk memperingatkan. "Dan jangan membuatku harus menyentuh hujan lagi dengan sikapmu yang bodoh itu."

"Kenapa kau jadi menyalahkanku?" Heaven mendadak geram, merasa tidak terima karena lelaki itu menyalahkannya. Padahal Heaven selama ini tidak pernah menyuruh lelaki itu untuk datang saat dirinya hujan-hujanan, apalagi sampai harus memikulnya.

Tapi.. Rasa marah Heaven tiba-tiba sirna, ia kembali menatap lelaki yang sedang duduk di ranjangnya itu dengan takjub dan juga penasaran. "Ternyata dugaanku selama ini adalah benar, kau memang bukan berasal dari negara ini."

"Jika melihat wajahku yang tampan ini, sudah seharusnya kau menyadarinya sejak awal," lelaki tampan itu tampak merasa jengkel.

tuh kan! Dugaan Heaven benar, dan kini ia sudah mendengarnya secara langsung. Karena faktanya, lelaki itu memang sedikit berbeda. "Tapi.." Heaven tiba-tiba merasa antusias saat berucap karena penasaran. "Bagaimana bisa kau berada di negara ini dan bekerja sebagai.."

Perkataan Heaven terhenti saat lelaki itu mengernyit sambil menyentuh kepalanya pelan. "Beristirahatlah," saran Heaven sedikit merasa khawatir. "Agar besok pagi kau bisa kembali fit, kita bahas itu nanti."

"Bagaimana denganmu?" tanya lelaki itu dengan serius, sebelum Heaven pergi sambil membawa beberapa mangkuk yang kotor.

"Aku bisa tidur dimana saja malam ini," jawab Heaven.

"Kenapa kau tidak tidur di sini saja bersamaku?" tawarnya mencoba menggoda, membuat Heaven langsung menganga.

"Kau gila!... ;"! ("! #?@(:-" (#(*(#!!℅@!;*;";";*!*;$#+

Entah umpatan apalagi yang keluar dari mulut mungil itu, lelaki itu sudah tidak tahan lagi untuk mendengarnya.

"Oke oke, baiklah. Aku hanya sedang menggodamu saja." dan gadis itu pun akhirnya pergi sambil menghentak-hentakkan kaki dengan marah, kembali pada sifat aslinya.


________😁_______

Dangerous Wedding With Billionaire (Sudah Tersedia Di Novelme)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang