part 26 : Sebuah kebetulan?

19 0 0
                                    

Heaven terus menyentuh ponselnya untuk menghubungi sang Ayah. Heaven ingin sekali mengatakan pada sang Ayah bahwa ia telah sembuh, agar Ayahnya yang disana tidak merasa khawatir lagi dengan keadaanya. Namun sayang, sinyal dalam ponselnya lagi-lagi tidak mendukung, padahal Heaven sudah berada di dalam kamarnya, lantai atas.

Heaven melangkah untuk turun, bahkan ia sampai keluar rumah hanya untuk mencari sinyal, namun lagi-lagi ia tidak mendapatkannya. Hingga suara bel gerbang miliknya terdengar berbunyi, membuat Heaven terperangah. Apakah itu Dareen?

Heaven dengan sedikit tergesa melangkah ke arah pintu gerbang untuk membukanya, tidak merasa takut ataupun curiga sama sekali. Padahal, bisa saja orang yang membunyikan bel itu adalah orang yang akan membunuhnya. Tapi feelingnya berkata bahwa hari ini ia akan baik-baik saja. Ia hanya berharap di dalam hati, jika Dareen lah yang datang untuk menemuinya. Jantungnya tiba-tiba saja berdegup dengan kencang, Heaven tersenyum, tidak sabar untuk cepat membuka gerbang tersebut.

"Hai Heaven," Sapa Aby sambil tersenyum, lalu senyumnya langsung memudar saat menyadari jika adik tirinya itu kembali berpenampilan seperti dulu. Memakai baju putih berlengan panjang, rok biru gelap panjang dan di padu dengan kerudung yang berwarna senada dengan rok yang sedang di kenakannya.. "Heaven, kau.." Aby terpaku di tempat, tidak menyadari saat wajah Heaven berubah jadi masam. Padahal Heaven sungguh berharap, jika lelaki itu yang datang kepadanya, bukan Kakaknya. Sungguh, ia ingin sekali mengucapkan kata terima kasih.

"Iya," Heaven memaksakan diri untuk tersenyum. "Aku sudah sembuh kak. Itu sebabnya aku ingin sekali menghubungi Ayah, namun sama sekali tidak bisa."

"Kita harus pulang," ucap Aby sedikit tergesa, namun tetap menunjukkan wajah senang karena kesembuhan adiknya itu.

"Ayah pasti akan merasa bahagia karena melihatmu."

"Tapi.." Heaven menggigit bibir bawahnya, ia langsung teringat dengan pengawalnya, "Aku tidak bisa pulang kak. Aku harus menunggu seseorang, karena dia telah berjanji akan menemuiku."

"Siapa?" tanya Aby waspada, bahkan matanya mulai berkelana ke segala arah, terutama yang ada di belakang tubuh Heaven. Ia takut, tidak akan sempat melarikan adiknya yang sangat cantik ini.

"Tentu saja pengawalku," jawaban Heaven benar-benar membuat Aby terkejut. Seorang pengawal?

Karena merasa jika situasi di tempat ini sedikit berbahaya, Aby semakin mendekati Heaven dengan menunjukkan wajah cemas. "Heaven, dengarkan aku. Ayah sama sekali belum pernah mengirimkan seseorang untuk menjagamu, Ayah sendiri yang mengatakannya padaku."

"Benarkah?" Heaven yang mendengarnya, lebih merasa terkejut lagi. ia bahkan sampai harus menutupi mulutnya karena syok. "Lalu," jantung Heaven mulai berdebar, mendengar fakta yang baru saja di ketahuinya. "siapa orang yang selama ini ada bersamaku?"

"Pembunuh," jawab Aby dengan tegas. "Ayah bilang, mereka adalah orang-orang yang ingin membunuhmu. Itu sebabnya Ayah segera mengirimku ke sini untuk menjemputmu, meski tadinya kau belum benar-benar sembuh sekali pun."

"Tapi.." Heaven begitu menahan Diri untuk tidak menangis, dadanya begitu merasa sangat sesak saat mendengarnya. "Darimana Ayah tahu jika aku sedang berada dalam bahaya? Bukankah selama ini Ayah belum pernah sekalipun mengunjungiku di sini?"

"Aku yang mengatakannya Heaven," jawab Aby dengan serius. "Saat terakhir kali aku mengirimkanmu beberapa makanan, ada seseorang yang membuka pintu gerbang dan menodongkan sebuah pistol tepat ke kepalaku." Aby langsung bergidik ngeri saat membayangkannya. "Lalu, aku ceritakan semuanya pada Ayah."

Heaven lagi-lagi tertegun, Menodongkan sebuah pistol? Tidak mungkin, Heaven tidak ingin mempercayainya. Lelaki yang selama ini bersamanya, mana mungkin adalah seorang pembunuh. Jika memang lelaki itu berniat untuk membunuhnya, kenapa tidak dilakukan sejak awal? Kenapa juga harus bersusah payah untuk berpura-pura baik di hadapannya dan juga menjaganya?
"Heaven," Aby kembali memanggil namanya dengan gelisah. "Ayo cepat pergi. Aku sudah menyiapkan sebuah mobil untuk menjemputmu, dan biarkan saja barang-barang milikmu di tempat ini."

Dangerous Wedding With Billionaire (Sudah Tersedia Di Novelme)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang