part 3 : Gadis berhijab

78 14 0
                                    


Heaven mondar-mandir di dalam kamarnya dengan perasaan gelisah. Lelaki itu sama sekali tidak memberikan jawaban yang pasti, namun Heaven sangat yakin jika lelaki itu adalah orang yang di utus oleh ayahnya sendiri.

'Apa kau lupa dengan apa yang pernah ayahmu katakan?' kalimat itu yang membuat Heaven merasa sangat yakin, karena dulu ayahnya benar-benar pernah mengatakannya. Tidak peduli lelaki itu menyebalkan atau tidak, namun setidaknya Heaven merasa sedikit lega karena ada seseorang yang akan menjaganya saat ini.

Namun, yang jadi pertanyaan saat ini adalah.. Apakah lelaki menjengkelkan itu bisa di andalkan? Owh ya Tuhan! Heaven tidak ingin memikirkan nya lebih jauh.

Ia terus menggenggam ponsel miliknya untuk mencoba menghubungi sang ayah, namun percuma saja karena di tempat seperti ini sulit sekali untuk mendapatkan sinyal. Heaven mendesah, ia mulai merebahkan diri di atas tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar dengan perasaan yang tidak menentu.

"Sedang memikirkanku?"
Heaven terlonjak karena kaget, ia bahkan sampai terbangun untuk duduk dan mengambil sebuah bantal untuk menutupi tubuhnya. "Mau apa kau kemari?" tanya Heaven waspada, saat lelaki itu sudah berada di dalam kamarnya dan duduk di kursi dekat ranjang. Jantung Heaven berdebar kencang, antara perasaan kaget dan takut sekaligus. Karena walau bagaimana pun, lelaki itu masih terasa asing untuknya.

"Bukankah kau bilang bahwa aku ini adalah pengawalmu? Jadi, sudah seharusnya aku harus selalu berada di dekatmu bukan?" lelaki itu menyenderkan punggungnya di kursi dengan santai, dan terus memperhatikan tindakan Heaven kali ini. "Dan untuk apa kau menutupi tubuhmu dengan bantal didepanku?" tanyanya sedikit geli, membuat wajah Heaven memerah.

"Bukan urusanmu!" jawab Heaven sambil memalingkan wajahnya karena kesal.

Sekilas, lelaki itu tersenyum. Namun tiba-tiba saja raut wajah tampan itu berubah kaku, sorot matanya menajam seolah ada sesuatu hal yang tidak ia sukai saat menatap Heaven.

"Apa kau begitu menyukai gaun-gaun pendek yang saat ini sering kau gunakan?" lelaki itu mendesis pelan, mau tidak mau membuat Heaven harus menoleh. "Dan apa kau juga menyukai jika rambut panjangmu yang indah tergerai begitu saja di depanku?"

Alis Heaven langsung mengkerut. Mengapa ada nada tidak suka sekaligus marah saat lelaki itu bertanya tentang hal itu kepadanya? "Itu semua bukanlah urusanmu," jawab Heaven dingin, mencoba menantang lelaki asing yang kini mau mencampuri segala urusan pribadinya.

"Sayang sekali," tiba-tiba saja lelaki itu melembut, bahkan ia sampai tersenyum hingga membuat Heaven merasa terpana. "Padahal, ayahmu bilang bahwa kau begitu sangat cantik saat sedang menggunakan hijab."

Hijab!

Tubuh Heaven tiba-tiba saja menggigil, gemetar ketakutan saat mendengarnya. Keringat dingin langsung muncul begitu saja hingga membuat raut wajahnya menjadi pucat karena saking takutnya.

"Heaven!" lelaki itu segera berdiri saat menyadarinya, mencoba menghampiri dan memeluk Heaven dengan erat. "Apa kau baik-baik saja?" dan Heaven pun, langsung jatuh pingsan saat lelaki itu membelai rambut panjangnya.

***

"Hanya sebuah kata hijab saja, dia langsung jatuh pingsan karena ketakutan," lelaki itu bergumam, lalu menatap sahabatnya dengan tajam. "Bukankah ini sangat serius?"

"Ya," lelaki berkacamata hitam itu mengangguk kepalanya karena setuju. "Ini sangat serius, bahkan lebih parah dari yang sebelumnya kita duga."

"Bagaimana jika suatu saat nanti dia sampai memakainya kembali?" alis lelaki itu mengkerut, seolah tengah memikirkan sesuatu hal sambil menatap Heaven yang kini terbaring lemah di atas tempat tidurnya.

"Pasti dia akan langsung mati," pikir lelaki berkacamata hitam itu, bahkan ia ikut menatap Heaven yang terbaring.

"Aku akan membuatnya memakai hijabnya kembali," gumam lelaki itu serius, membuat lelaki berkacamata hitam langsung membelalakkan mata.

"Kau gila! Kita tidak boleh salah langkah, Itu akan membunuhnya dengan perlahan."

"Dan aku sangat berharap, jika hal itu akan membunuhnya dalam waktu cepat."

Lelaki berkacamata hitam itu mendesah, menatap lelaki tampan itu dengan heran namun tidak mampu berbuat apa-apa. "Aku tidak tahu apa yang nantinya akan kau lakukan. Aku hanya memperingatimu, jangan gegabah. Karena itu bisa melukaimu juga."

"Kau tahu aku selalu menepati janjiku" lelaki itu mulai tersenyum sedikit misterius. "Aku akan melakukannya, meski itu harus menghilangkan nyawa."

"Baiklah," lelaki berkacamata hitam itu langsung mengangkat bahu. "Aku akan segera pergi dari sini sebelum Heaven tersadar kembali dan melihatku." dan sebelum ia benar-benar pergi, ia kembali menatap sahabatnya yang kini tengah menatap Heaven dalam diam.

Dan dirinya tiba-tiba saja berharap, jika gadis baik dan terlihat polos itu bisa selamat. Gadis itu, benar-benar sedang dalam bahaya sekarang.

😗😗 Du Du Du...












Dangerous Wedding With Billionaire (Sudah Tersedia Di Novelme)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang