part 10 : Menerima Pertemanan

38 3 0
                                    

Heaven terbangun dari tidurnya dan langsung merasa terkejut. Matanya mulai mencari pengawalnya, namun sosok itu sudah tidak ada lagi disana. Heaven mendesah, karena lagi-lagi lelaki itu menyentuhnya, bahkan menidurkannya di tempat tidur. Sedikit waspada Heaven menyingkap selimutnya, dan merasa lega karena pakaiannya masih utuh, menempel erat di badannya.

Biasanya Heaven selalu tidur dengan menggunakan gaun. Namun saat tadi malam, ia sengaja memakai piyama agar lelaki itu tidak berbuat macam-macam kepadanya. Heaven berdiri, dan segera melangkah menuju ke arah pintu, membuka pintunya untuk menuruni anak-anak tangga.

Ia hanya merasa penasaran, apakah lelaki itu masih sakit atau sudah baikkan? Tanpa membangunkannya, lelaki itu sudah tidak ada di dekatnya. Jangan-jangan, lelaki itu akan menghilang lagi seperti kemarin.

Mengingatnya, hanya membuat hati Heaven menjadi cemas. Matanya memutar ke segala arah, karena tidak langsung menemukan pengawalnya di ruangan bawah ini.

"Mencari ku?" Heaven terkesiap, karena saat sedang sibuk mencari, tiba-tiba saja ada sebuah suara yang begitu dalam, terdengar begitu sangat dekat di belakang telinganya, membuat Heaven sedikit merinding. Heaven membalikkan tubuhnya dan melangkah mundur untuk sedikit menjauh, karena lelaki itu benar-benar berada tepat di belakang tubuhnya. Amat sangat dekat, apa-apaan lelaki itu? Sudah seperti hantu saja.

Lelaki itu tampak terlihat segar setelah mandi, dan juga tampan. Eh, wajah Heaven tiba-tiba saja memerah, apa yang baru saja telah di pikirannya?

"Tentu saja aku mencarimu!" jawab Heaven kesal, bahkan ia sampai mengangkat dagunya dengan angkuh. "Aku sudah merawatmu semalaman, tapi kau sama sekali tidak berterimakasih."

"Memangnya kau pikir, aku bisa sakit begini karena siapa?" lelaki itu tampak mengangkat sebelah alisnya, dan Heaven hanya bisa menganga karena tuduhan tersebut..

Tentu saja karena dirinya, jawab Heaven dalam hati, namun ia tidak ingin mengakuinya. "Sudahlah" Heaven mengibaskan tangannya pertanda malas untuk meladeni. "Aku lapar," dan gadis itu benar-benar duduk di meja makan tanpa mengenal rasa malu untuk menyantap sarapan yang memang sudah menjadi pusat perhatiannya sejak tadi.

"Kau ini," lelaki itu mulai menyentuh dagunya tidak mengerti. "Bukannya menanyakan bagaimana kabarku tapi malah mengajakku untuk berdebat di pagi hari."

Heaven ingin sekali protes, memang sudah tujuan awalnya ia ingin sekali menanyakan hal itu. Namun setiap kali bertemu dengannya, entah kenapa Heaven mudah sekali marah saat di goda. Heaven saat ini lebih memilih menyantap makanannya dengan lahap, dan mencoba menghiraukan sosok lelaki yang kini ikut duduk tepat di hadapannya.

Heaven juga sadar, saat lelaki itu mulai menangkup wajah dan dengan intens terus memperhatikan dirinya tanpa kata. Begitu lama lelaki itu menatapnya dalam diam, sehingga Heaven tak kuasa berlama-lama untuk melahap makanannya.

"Aku menerima tawaranmu," ucap Heaven tiba-tiba, membuat lelaki itu langsung mengerjapkan mata.

"Menerima apa?"
Heaven mendengus. Entah lelaki itu sengaja melupakannya atau benar-benar sudah pikun. Baru kemarin lelaki itu memberikan penawaran kepadanya, dan kini lelaki itu sudah langsung melupakannya? "Tentu saja tawaran yang kemarin kau ucapkan."

"Owh," hanya itu kata yang terucap, lelaki itu mulai tersenyum dalam hati untuk menahan rasa geli. Kabar bagus, mungkin gadis itu akan mulai membuka diri dan ia bisa dengan mudah mengumpulkan informasi. Sedangkan jika dalam pikiran Heaven.. Dengan begini, aku bisa banyak mencari tahu tentangmu. Lelaki asing yang tiba-tiba saja mau menjadi pengawalnya, padahal ayah Heaven bukanlah orang kaya yang bisa mempekerjakan orang lokal sekalipun. Heaven hanya merasa, ada yang sedikit tidak beres.

"Tapi aku punya beberapa syarat," wajah Heaven terlihat begitu sangat serius, membuat lelaki itu tidak tahan untuk tidak tersenyum.

"Apa itu?"

"Jawab semua pertanyaanku dan berhentilah bersikap menyebalkan!" Heaven mendadak tegas.

"Oke," lelaki itu mengangguk setuju. "Lalu, apa yang akan aku dapatkan jika sudah menjawab semua pertanyaanmu?"
Heaven bungkam, tidak bisa langsung menjawabnya. Heaven menerima penawaran lelaki itu, dan sebagai gantinya Heaven meminta beberapa persyaratan. Dan kini lelaki itu mau menyetujuinya asalkan mendapatkan sesuatu yang menguntungkan dari dirinya. Sungguh licik, dalam hati Heaven mulai menggerutu.

"Tentu saja berteman denganmu," jawab Heaven akhirnya, tidak mau kalah.

"Hanya itu?"

"Lalu, apalagi yang ingin kau inginkan?" Heaven langsung memberikan tatapan curiga, dan dengan santainya lelaki itu menyentuh dagu seolah tengah memikirkan sesuatu.

"Nanti," jawabnya sambil tersenyum. "Aku akan mengatakannya nanti saat sudah tiba waktunya."

Heaven langsung berdecak saat mendengarnya, "jangan-jangan, kau mau menindasku?"

"Menindasmu?" lelaki itu mulai mengukir senyum tampannya. Wajahnya sengaja ia dekatkan ke arah Heaven hingga membuat gadis itu langsung terpaku di tempat, dan memberikan tatapan penuh misteri sambil berkata.. "Mungkin, akan lebih parah dari hal itu."


___________😊________

Dangerous Wedding With Billionaire (Sudah Tersedia Di Novelme)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang