part 25 : Kesembuhan Heaven

19 1 0
                                    

Sudah 3 hari berlalu, dan Heaven sudah lelah untuk menangis. Entah apa yang ia tangisi, mungkin karena Heaven merasa kehilangan sesuatu. Ya, kehilangan seorang teman memang sedikit menyakitkan.

Apalagi jika selama ini kau sudah terbiasa hidup sendirian, lalu muncul seseorang yang bisa menghangatkan hatimu. Entah untuk yang ke berapa kali, Heaven mengusap air matanya lagi. Ia bangkit, membuka pintu kamarnya dan mulai menuruni anak-anak tangga.

Hari ini, waktunya ia mencuci pakaian miliknya. Jika terus bersedih, bagaimana ia bisa melanjutkan hidup?

Heaven menuruni anak-anak tangga dengan langkah lesu, dan langsung tertegun di tempat saat menatap ke arah meja makan. Lagi-lagi ada beberapa makanan hangat yang telah tersedia di atas meja makan itu untuknya, membuat Heaven kembali merasa heran. Bukankah pengawalnya itu telah pergi dan berhenti? kenapa Hampir setiap harinya Heaven menemukan makanan hangat seperti ini? Tidak mungkin hantu yang melakukannya bukan? Bahkan Heaven sudah mengeksplore hampir ke seluruh rumah dan juga halaman miliknya, namun tidak menemukan pengawalnya sama sekali. Karena merasa lapar, Heaven menyantap makanan tersebut, dan lagi-lagi tidak memperdulikan dari mana makanan ini berasal.

Setelah selesai makan, Heaven menuju ke arah kamar mandi untuk mencuci pakaian. Kamar mandi yang jarang sekali di pakainya, karena Heaven memiliki kamar mandi sendiri yang berada tepat di dalam kamarnya. Jalan menuju ke arah kamar mandi ini juga jarang sekali Heaven pijak, kecuali jika ia berniat untuk mencuci.

Hingga pandangan matanya tertuju pada sebuah kotak berwarna hitam yang berada di atas meja nakas kecil, yang letaknya tepat di ujung ruang. Heaven yang ingin masuk ke dalam kamar mandi jadi mengurungkan niat, dan lebih memilih melangkah menuju ujung ruang itu untuk mengambil sebuah kotak yang baru di sadarinya. Entah sejak kapan kotak itu berada di sana, yang Heaven tahu itu tadinya adalah sebuah vas bunga.

Heaven duduk di kursi panjang ruang tamu setelah mengambil kotak berukuran sedang itu, dan mencoba untuk membukanya. Tertegun, Heaven sempat tertegun saat melihat apa isinya. 3 buat set pakaian muslim miliknya yang telah di lipat dengan sangat rapi, sebuah tasbih, dan juga Al-Quran kecil kesayangannya. Namun bukan hal itu yang membuat Heaven terkejut, tapi karena ia sama sekali tidak merasa takut untuk melihat dan juga menyentuhnya. Lagi-lagi, rasa sesak itu muncul. Apakah.. Apakah dirinya sudah tidak merasa takut lagi dengan hal-hal yang seperti ini?

Ingin memastikan, Heaven bukan hanya menyentuh, tapi dengan sengaja mengambil Al-Qur'an kecil miliknya itu dan memeluknya di dada. Heaven terkesiap sampai melebarkan kedua mata, ia benar-benar tidak merasa takut lagi dan reaksinya tampak biasa-biasa saja. Rasa sesak itu semakin menjadi-jadi, hingga tanpa sadar kedua mata Heaven mulai memanas, hingga mengalirkan butiran-butiran air mata yang tak mampu lagi di bendung olehnya. Ia membawa kotak hitam itu dengan tergesa ke arah kamarnya, lalu mulai mencoba untuk memakai pakaian muslimnya dengan berlinang air mata. Tubuhnya sedikit bergetar saat memakainya, dan hanya ada rasa haru saat Heaven lagi-lagi tampak biasa saja. Rok panjang berwarna biru gelap dengan kaos rajut lengan panjang berwarna putih itu telah melekat pas di tubuhnya.

"Aku sembuh?" Heaven melebarkan kedua mata karena merasa takjub, lalu sedikit melompat karena kegirangan. "Ayah, Heaven sudah sembuh!" Heaven tersenyum sambil menangis haru, tidak menyangka. Ia menyeka air mata bahagia yang terus mengalir di pipinya yang bersemu merah.

Bahkan, dengan tangan yang sedikit gemetar ia mencoba memakai hijabnya dan menatap dirinya sendiri dari pantulan kaca. Dirinya sudah sembuh, dada Heaven tampak bergemuruh saat menatapnya, entah kenapa ia tak bisa berhenti untuk menangis. Rasa terkejut, takjub dan juga bahagia, Heaven tidak mampu mengartikan perasaannya saat ini. Inilah dia, Heaven yang sesungguhnya. Seorang gadis yang selalu memakai pakaian tertutup dengan hijab yang senada, tampak sangat cantik jelita dalam pantulan kaca.

Tubuh Heaven kembali ambruk di lantai, dengan sebuah Al-Quran kesayangannya yang kini sedang ia peluk di dada. Lelaki itu benar, dan lelaki itu telah menepati janjinya. 'Aku akan menyembuhkanmu bahkan sebelum aku mendatangimu.' kalimat itu, masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Jadi.." Dada Heaven semakin merasa sesak dan ia kembali menangis sambil bersimpuh penuh rasa syukur. Lelaki itu benar-benar telah menyembuhkannya meski Heaven tidak tahu dengan cara apa. Dan kini, Heaven ingin sekali bertemu dengannya untuk mengucapkan terima kasih. Dareen, dimana kau sekarang?/Aku, ingin sekali bertemu denganmu.

***

"Ayah, kenapa tidak menggunakan motor milikku saja?" kesabaran Aby mulai habis. Sejak kemarin dan sampai sekarang Aby belum bisa menjemput Heaven. Entah bagaimana nasib gadis itu sekarang, bahkan ia sama sekali tidak tahu. Ada orang bersenjata di dalam sana, bagaimana mungkin Aby bisa bersikap tenang seperti ini?

"Ayah sudah beberapa kali meminjam mobil pada tetangga kita, tapi banyak sekali alasan yang di berikan. Mulai dari ban kempes, ke bengkel dulu, sedang di pakai, atau alasan-alasan yang lainnya." jelas sang Ayah panjang lebar.

"Lalu," Aby mulai mengacak-acak rambutnya. "Bagaimana? Apa Ayah tidak khawatir dengan keselamatan Heaven?"

"Tidak ada cara lain," sang Ayah mulai menghela nafas panjang. "Aby, pergi ke rumah tetanggamu. Dan katakan pada mereka, bahwa kita tidak akan meminjam mobilnya lagi."

"Maksud Ayah?" Aby sampai tertegun. Apakah Ayahnya ini akan lebih memilih untuk menyerah, dan membiarkan Aby untuk menjemput Heaven menggunakan motor miliknya?

"Bilang pada mereka, bahwa kita tidak akan meminjam, tapi kita akan menyewa mobilnya." Sang Ayah tampak mengepalkan kedua tangan keriputnya yang sudah menua. "Awas saja kau Bambang, aku sudah sangat hapal dengan trik kecilmu."

***

"Mana calon suami yang kau janjikan akan datang?" Rumy menundukkan wajahnya, saat sang ibu sudah berada di ambang pintu kamar untuk menghakiminya. Kedua tangannya saling bertaut, terus menggenggam sebuah amplop coklat di tangannya. Sang ibu mulai memperhatikan, dan dengan segera mengambil amplop coklat itu dari tangannya. "Apa ini, Rumy?"

Rumy menggeleng pelan, lalu kemudian berkata.. "Dia tidak bisa datang karena sibuk. Tapi sebelum pergi, dia memberikan aku sebuah amplop itu."

Sang ibu yang merasa penasaran, segera membuka amplop berwarna coklat itu dan langsung merasa tercengang dengan isinya. "Ayaaah!" panggil sang Ibu dengan sedikit histeris. Membuat sang Ayah, bahkan Aby juga sampai datang untuk menghampiri karena panik.

"Ada apa?" tanya Ayahnya kaget, tidak biasanya istrinya itu sampai berteriak saat memanggilnya.

"Ini.." sang ibu menyodorkan selembar amplop berwarna cokelat, yang langsung di terima oleh Ayahnya. Reaksi yang di perlihatkan adalah sama, reaksi terkejut hingga membuat lelaki tua itu sampai mematung.

"Ada apa sih?" tanya Aby dengan penasaran, karena kedua orangtuanya justru malah menganga. "Ini kan sebuah cek," ucap Aby setelah merebut kertas itu. "Dan isinya tertera dengan jelas di sini, sekitar 300juta!" Aby ikut-ikutan melebarkan kedua mata.

"Uang apa ini ibu?" sang Ayah segera bertanya, dan Rumy sejak tadi hanya terus menunduk, tidak tahu harus berkata apa.

"Mungkin itu uang mahar," jawab Sang Ibu dengan hebohnya. "Calon suami Rumy tidak bisa datang karena sibuk, tapi dia sempat memberi uang itu untuk kita."

"Apa benar itu Rumy?" tanya sang Ayah ingin mencoba untuk memastikan, dan Rumy hanya semakin menunduk karena malu. "Kalau begitu, tanya langsung padanya. Kapan dia bisa ke sini? dan kita akan segera melangsungkan pernikahan."

"Pernikahan?" Rumy akhirnya mengangkat wajah karena merasa terkejut.

"Memangnya, mahar itu apa?"

"Mahar itu, adalah kesungguhan seorang Pria saat hendak melamarmu Rumy," jelas sang ibu dengan begitu hebohnya.
Rumy lagi-lagi dibuat tertegun, ternyata lelaki itu diam-diam sedang melamarnya? Kenapa Rumy begitu polos sekali, sampai tidak menyadari hal yang sepenting ini.


_____________😂_________

Dangerous Wedding With Billionaire (Sudah Tersedia Di Novelme)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang