Part 23 : Rencana untuk menjemput Heaven

19 0 0
                                    

Lagi-lagi Steve mengendap pada malam hari. Karena ia sudah pernah ke rumah ini sebelumnya, maka ia tidak merasa kebingungan lagi. Ia tidak akan masuk lewat atap rumah yang bobrok itu, melainkan masuk lewat sebuah jendela yang sudah menjadi targetannya sejak awal. Kakinya mulai berpijak pada sebuah balkon kecil, yang mana di balkon kecil itu terdapat banyak sekali pot bunga.

Dengan sengaja, Steve menendang pot itu satu persatu hingga pot itu jatuh ke bawah dan membuat suara kegaduhan. Semua orang yang ada di dalam kamar rumah itu berhamburan keluar, menunju ke tempat dimana pot bunga itu terjatuh. Ia tersenyum, dan mulai masuk lewat jendela yang mudah sekali untuk di bukanya.

"Kau..?" tunjuk Rumy sedikit tidak percaya, saat melihat Steve masuk begitu saja ke dalam kamarnya melalui jendela.

"Aku sungguh merasa takjub padamu," Steve mulai melangkah ke arah Rumy yang mematung di tempatnya. "Di saat semua orang berhamburan keluar untuk melihat apa yang jatuh, kau justru masih berdiri di tempat ini untuk melihatku."

"Karena aku sudah tahu bahwa itu adalah kau," jawab Rumy dengan malu-malu.

"Benarkah?" Steve terkekeh pelan.

"Tentu saja," tiba-tiba Rumy memalingkan wajahnya untuk menutupi rona merah diwajahnya. "Jangan-jangan, kau menyukaiku ya?"

"Mana mungkin aku menyukai gadis mengerikan sepertimu," Steve tampak masih terlihat tenang, tidak peduli dengan wajah Rumy yang mulai cemberut. Tapi saat mendengar beberapa suara derap langkah di tangga, ia langsung menyadari jika keluarga gadis itu mungkin saja akan masuk ke dalam kamar ini. "Dengarkan aku," Rumy kembali menoleh untuk menatap. "Carikan aku sebuah dokumen berharga yang Ayahmu simpan. Sebuah Dokumen yang terlihat mewah, dengan berjilid emas murni dan sangat berbeda dengan Dokumen-dokumen lainnya. Dan aku ingin, kita bertemu di tempat yang sama. Tempat pertama kali kita bertemu."

"Kenapa aku harus melakukannya?" tanya Rumy yang masih terlihat cemberut. "Kau bahkan tidak menyukaiku."

"Aku menyukaimu," jawab Steve sedikit frustasi, karena suara derap langkah itu semakin terdengar mendekat. "Jadi.. lakukanlah. Dan kita akan bertemu di tempat yang dulu pada hari selasa." Steve dengan tergesa keluar melalui jendela yang sama, meski hatinya begitu merasa kesal. Kenapa keluarga ini selalu saja terjaga di hampir setiap malam? Sungguh merepotkan.

Sementara Rumy, masih tertegun di tempat. Jadi ternyata benar selama ini, lelaki itu menyukainya? Pantas saja lelaki itu selalu melakukan banyak cara untuk menemuinya.

"Rumy.." Rumy menoleh, dan mendapati Ayah, ibu dan juga Kakaknya Aby sudah berada di ambang pintu kamarnya dengan cemas. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Sang Ibu yang semakin mendekat.

"Aku baik, Ibu." Rumy tersenyum.

"Ada yang tidak beres," tiba-tiba Aby membuka tirai jendela milik Rumy untuk melihat keluar. "Kemarin kau menghancurkan plafon, sekarang kau menghancurkan beberapa pot bunga. Jadi.." Aby mulai menatap Rumy seolah meminta penjelasan. "Ada apa sebenarnya?"

"Aku.." Rumy menunduk karena malu.

"Rumy.." Sang Ibu menyentuh kedua bahu putrinya karena merasa semakin khawatir. "Semenjak kau pulang dari Pesantren, tingkahmu sedikit aneh. Apa disana kamu merasa tidak betah? Atau ada banyak orang yang mengganggumu?"

"Ibu, aku hanya.." Rumy kembali gugup, saat sang Ayah dan Kakaknya juga mulai menatap dirinya dengan penasaran. "Aku hanya... Sedang jatuh cinta." Rumy nyengir lebar, sedangkan Sang Ibu justru malah melebarkan kedua mata.

"Astagfirullah aladziem Rumy!" Sang Ibu menjewer telinga Anaknya dengan cukup kencang, tidak memperdulikan putrinya yang terus mengaduh karena kesakitan.

Dangerous Wedding With Billionaire (Sudah Tersedia Di Novelme)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang