13

985 90 0
                                    


"Ayah kapan kau kembali kesini? Hana bosan jika terus bersama dokter Irene. Hana ingin ayah yang menemani Hana" rengeknya di telpon.

Kai hanya tersenyum.

"Apa Hana sangat merindukan ayah?"

"Iya ayah"

"Ya sudah malam ini ayah akan memesan tiket untuk kesana"

"Yey Hana tunggu ya ayah, aku sayang sekali ma ayah. Muachh"

"Iya sayang"

Kai mematikan ponselnya dengan rasa bahagia.

Setidaknya melihat putrinya yang sangat riang di kondisi seperti itu membuatnya sangat bahagia.

Tak peduli harus berapa kali dioperasi atau bahkan menukar nyawanya sekalipun pasti akan dia lakukan demi kesembuhan Hana, buah hatinya.

Kai menatap foto dirinya bersama Hana, mata bulat Hana yang persis dengan Krystal membuat gadis mungil itu terlihat sangat cantik. Perpaduan wajah Krystal terpancar jelas di raut wajahnya.

"Kau akan selalu jadi peri kecil, ayah" ucapnya lembut.

Dan di belakang foto Hana, terdapat foto Theo. Tubuhnya yang mungil namun terlihat sangat tegap persis seperti Kai. Raut wajahnya benar-benar mewarisi bentuk wajah Kai. Bagai pinang di belah dua, wajah Theo dan Kai sangat mirip yang berbeda hanya bentuk bibirnya tidak setebal bibir ayahnya. Bahkan sifatnya benar-benar mewarisi sifat ayahnya yang dingin dan kadang angkuh.

Kai merasa sangat beruntung memiliki sepasang anak kembarnya.

Dia mengingat peristiwa di malam itu, andai dia tau jika Krystal bukanlah wanita jalang seperti yang dia pikir saat itu pasti dia akan langsung bertanggung jawab kepadanya.

Sudah cukup baginya untuk bermain-main dengan wanita. Dan hanya Krystal, satu-satunya wanita yang mampu mengubah pandangan hidupnya.

Semua karena cinta!

Ya, Kai telah jatuh cinta kepada Krystal.

***

Krystal menjadi sangat gelisah, sudah tengah malam matanya belum juga terpejam.

Perkataan Kai selalu terngiang di telinganya.

"Ahh aku bisa gila, Kai sudah tau jika Theo dan Hana anaknya tapi mengapa sikapnya masih dingin kepadaku?"

Krystal mengacak-acak rambutnya.

"Dan Hana.. Mengapa tiba-tiba dia membawa Hana pergi ke luar negeri, aneh sekali. Sebenarnya apa yang sedang ia rencanakan?"

Krystal terus gelisah, dia kemudian menutupi wajahnya dengan bantal.

***

"Kai.. Kau sudah sampai? Aku pikir kau hanya berbohong saja kepada Hana jika kau akan datang malam ini juga"

Kai hanya tersenyum tipis.

"Mana tega aku membohongi putri kecilku" ucapnya sambil mengecup kening Hana.

"Aku benar-benar salut denganmu, Kai. Kau benar-benar ayah yang bertanggung jawab"

Kai hanya diam.

"Bagaimana perkembangannya? Apakah sel kankernya sudah seluruhnya mati?"

"Mudah-mudahan Kai, jika kondisi tubuh Hana yang terus menerus seperti ini sel kanker dalam tubuhnya akan perlahan hilang"

"Aku mohon lakukan yang terbaik untuk putriku, Irene"

"Ya Kai, akan aku lakukan semaksimal mungkin"

My KrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang