Happy reading ❤_________________________________________
Freeya berangkat lebih awal ke sekolah, tapi saat sampai dibangkunya dia kebingungan sebab ada secarik kertas diatas mejanya.
Freeya membuka lipatannya dan membaca sebaris kalimat yang tertera disitu.
'Permainannya di mulai detik ini'
Freeya mengerutkan alis kebingungan.
'Permainan?' batinnya.
Freeya memandang sekitar, kelasnya masih kosong. Hanya dia yang berada disitu.
Dia memandang keluar jendela. Kelasnya berada di lantai dua.
'Mungkin hanya orang iseng.'
***
Sebelum pulang sekolah, Wali kelasnya datang untuk menyampaikan sesuatu.
"Baik anak-anak, bapak akan mengumumkan perihal camping sekolah khusus kelas XI dan XII yang akan di adakan di Mandalawangi." Ujar pak Abbas.
"Horreeeeeeeeee... "
"Yeayyyyyyyyy...."
"Kita camping guys. Yuhuuu...."
"Tenang dulu semuanya."
Sontak teriakan-teriakan tersebut redam seketika.
"Jadi ini dalam rangka menuju peringatan kelulusan untuk para kelas XII. Tahun ini kelas XI diperbolehkan ikut bagi yang mau saja."
"Jadi nanti kalian akan di bagi beberapa kelompok. Di campur antara laki-laki dan perempuan."
"Dan para guru yang akan membaginya, agar adil."
"Supaya dalam satu tim, bukan hanya terdiri dari perempuan semua, begitu pula sebaliknya."
"Untuk bagian pembayarannya, kalian bisa ke bagian administrasi."
Setelah menjelaskan beberapa hal, Pak Abbas berlalu dan menyuruh semua untuk segera pulang.
Freeya melamun, dia memikirkan masalah biaya, memang dia mempunyai tabungan dan itu mungkin cukup.
Lagipula, dia sudah berjanji akan memakainya di keadaan terdesak saja.
Tetapi dia sangat ingin ikut camping tahun ini, pasti Leon juga akan ikut.
"Freeya, kamu juga ikut kan?"
Yang barusan bertanya itu ialah Anne. Membuyarkan lamunan Freeya.
Iya, setelah seminggu berlalu sejak Valen membakar semua barang yang dibelikan oleh Anne, Freeya dengan tekun mengajarinya berbahasa Indonesia.
Katanya agar Anne mudah berbaur kepada siapa saja.
Meski di Tribuana, semua siswanya fasih berbahasa Inggris, sebab termasuk salah satu jajaran sekolah elite.
Untunglah Anne termasuk anak yang cerdas, dapat memahami dengan cepat.
Meski aksen Prancis Anne saat berbicara masih kental terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTOPHILE
RandomIni kisah tentang seorang Freeya Radhelya. Seorang gadis dengan cerita tak terduga yang hadir dalam hidupnya. Garis takdirnya pilu namun manis tak terdeskripsikan di waktu yang sama. Dia hanya berharap kebahagiaan murni akan menghampirinya. Bukan...