02

495 120 18
                                    


Happy reading

_________________________________________

Freeya memasuki halaman rumahnya yang teramat luas.

Bahkan rumah yang dia tinggali lebih layak disebut Mansion.

Begitu megah dan besar.

Tapi dibalik semua kemewahan ini, Freeya tidak bahagia sama sekali.

Dia selalu jalan kaki sepulang sekolah, dan jarak dari rumah ke sekolahnya tidak bisa dibilang dekat.

Lagipula siapa yang ingin mengantarnya ke sekolah? Ayahnya pasti tidak sudi apalagi Valen, saudarinya pasti sangat tidak senang jika semobil dengannya.

Saat melewati pintu utama rumah, Freeya bisa melihat Ayah dan ibunya sedang bersama Valen. Saling bercanda satu sama lain.

Freeya tersenyum miris melihatnya, jauh didalam lubuk hatinya dia ingin berada diantara mereka. Ingin merasakan kasih sayang orang tua, ingin berbicara dengan Valen sambil menceritakan hal apapun.

Tapi dia tau itu tidak akan mungkin pernah terjadi. Ada sekat tak kasat mata yang sangat tinggi memisahkan mereka.

Saat mereka menyadari kehadiran Freeya, hanya lirikan tajam dari Valen, tatapan sinis dari Ibunya, dan Pandangan dingin dari Ayahnya yang didapatkannya.

Freeya melanjutkan langkahnya menuju kamarnya yang terletak dibelakang rumah, dekat gudang yang sangat berdebu.

KELUARGA ADIRGA

Salah satu Clan terkaya di negeri ini yang menduduki peringkat kedua setelah Clan BASKHARA.

Tapi Freeya tau, Dia bukan bagian dari ADIRGA. Dia sadar bahwa dia hanya tinggal bersama mereka.

Dan perlakuan yang didapatkannya pun sangat jauh berbeda dari Valen.

Dia hanyalah anak angkat. Yang dia tau orang tuanya sudah meninggal.

Tapi dia sungguh tak paham mengapa orang-orang mengatakan nya anak haram?

Bahkan makam orang tuanya pun dia tak tahu dimana.

Itu lah yang membuatnya sangat penasaran. Fisiknya pun agak berbeda. Seperti blasteran. Tapi lagi dan lagi yang dia tahu bahwa Ayah kandung dan ibunya asli orang jogja.
Sama sekali tidak ada yang berasal dari luar negeri.

***

Saat Freeya keluar kamar untuk makan malam dia bisa melihat Valen bersama orangtuanya sedang makan juga. Dia mengurungkan niatnya untuk melangkah ke ruang makan hingga mereka semua pergi.

Menunggu beberapa saat hingga keluarganya meninggalkan ruang makan, Freeya melangkah masuk lalu segera mengambil piring dan mengisinya dengan nasi beserta lauk pauk sisa keluarganya.

Jangan harap para maid disini memperlakukan Freeya dengan baik.
Karena mereka juga sama dengan yang lainnya, tidak menghiraukan keberadaannya.

Lampu ruang makan dimatikan oleh para maid dan meninggalkan Freeya seorang diri.

Di dalam temaram nya ruangan ini, sumber cahaya satu-satunya berasal dari ruang keluarga, Freeya makan dalam diam, hening. Sudah sedari kecil Freeya begini, terbiasa sendiri dan diperlakukan oleh orang-orang dengan tidak adil.

Selesai makan, Freeya segera kembali ke kamarnya yang berada dibelakang dekat gudang. Kamarnya terpisah dengan Rumah utama. Didalam kamarnya pun tak ada tempat tidur yang empuk. Bahkan lampu pun tidak ada. Freeya berbaring diatas alas yang tipis dan bantal yang dimilikinya pun hanya satu.

AUTOPHILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang