15

235 30 0
                                    


Happy reading❤

_________________________________________

Dedrick tak menyangka akan memijakkan kembali kakinya di negeri ini.

Banyak kenangan juga kisah pilu yang dahulu di tinggalkannya.

Memilih mengubur masa kelam itu di sini.

Serta kembali melanjutkan hidup di negara asalnya, Prancis.

Dan sekarang tanpa di sangka dia kembali.

Itu artinya membuka kembali segala hal, termasuk tentang putrinya, Sheila Zenitha Dedrick.

Dia melangkah keluar dari kamarnya, istri tercinta nya sudah terlelap.

Memilih balkon sayap kiri Mansion untuk merenungkan semuanya.

“Anne? Kenapa belum tidur sayang?”

Dedrick melangkah mendekat.

Anne berbalik saat mendengar suara seseorang.

“Grandpa? Apa yang di lakukan Grandpa di sini. Ini sudah larut, sebaiknya Grandpa pergi saja tidur, Grandma nanti akan mencari Grandpa.”

Mengabaikan perkaatan cucunya, Dedrick berdiri di samping Anne.

“Kau belum menjawab pertaanyaan Grandpa.”

Ah itu... Anne belum mengantuk. Jadi ku pikir berada di sini sebentar akan jauh lebih baik daripada di kamar.”

Lamat-lamat Dedrick memperhatikan raut wajah Anne.

“Jangan membohongi Grandpa, Anne.”

Anne mendesah samar, dia tidak akan pernah bisa berkilah di depan Grandpa-nya langsung.

“Tidak ingin bercerita kepada Grandpa? Kau tahu, Grandpa mu ini pendengar yang baik.

Anne menimang tawaran itu.

“Terkadang, kita harus melampiaskan perasaan daripada tertahan sendiri dan hanya mengakibatkan penyakit hati.”

“Jika kau ada masalah, datanglah kepada Grandpa, Anne. Ceritakan semua keluh kesahmu agar perasaanmu bisa lega.

Grandpa sudah tinggal bersamamu dari kecil hingga kini, kau tetaplah cucu kecil kesayangan ku.”

Mata Anne mamanas mendengar ucapan Grandpa-nya.

Tanpa di duga, Anne memeluk Dedrick dan menyembunyikan kepalanya di dada Grandpa-nya.

Dia terisak kecil, Dedrick dapat merasakan bahu cucunya bergetar.

Dia mengusap punggung kecil Anne.

Turut merasakan kerisauan cucunya itu.

“Free.. Free...Freeya..”

“Hiksss.... Hiksss.... Hiksss...”

Dedrick tercenung, jadi selama ini Freeya lah yang menjadi sumber kegelisahan Anne.

“Dia itu sahabat Anne... Orangnya baik... Eumm sifatnya lembut.. Anne tahu dia rapuh...dan sekarang dia sedang berjuang di rumah sakit untuk sadar dari komanya.”

“Hiksss...Hiksss... Hiksss... ”

Raungan tangisnya kian jelas berpadu dengan heningnya malam.

“Anne merasa ada yang hilang, semenjak dia di rawat, Anne seperti kehilangan semangat hidup.”

“Dan apa Grandpa tau? Wajahnya sangat mirip dengan ku.”

AUTOPHILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang