Happy reading❤_________________________________________
06.00
Saat itu udara terasa dingin, menusuk dan menembus ke tulang. Embun di pagi hari menandakan bahwa semalam hujan mengguyur kota.
Freeya berjalan menyusuri lorong sekolah yang masih sangat sepi menuju kelasnya, XI IPA A. Hanya dia yang sudah berada di kelas saat itu, jangan tanya mengapa dia sudah datang sepagi ini. Tentu saja karena dia tidak menyukai keramaian.
Berjalan menuju bangkunya yang berada di belakang sudut kelas bagian kiri dekat jendela lalu menyimpan tas-nya. Dia duduk sendiri, tak ada yang ingin sebangku dengannya. Tapi bagi-nya itu sama sekali bukan masalah, toh selama ini dia selalu dikucilkan. Meski dia sangat ingin mempunyai seseorang yang benar-benar tulus ingin bersahabat dengannya.
Selepas itu, dia meninggalkan kelas dan berjalan ke arah taman belakang sekolah yang jarang dilalui orang. Dia sangat menyukai tempat ini, disini dia bebas untuk mengekspresikan perasaanya tanpa takut dihina. Sangat nyaman dan tenang.
Suara burung berkicauan dan gesekan dedaunan beradu ranting pohon sungguh membuat pikirannya tenang.
Dia duduk disebuah bangku kayu, menghadap ke depan, ke arah danau buatan di taman tersebut. Selama beberapa saat dia hanya duduk dan sesekali tersenyum, sangat tipis, bahkan kalian tidak menyangka jika dia sedang tersenyum.
Melirik arlojinya, dia bergegas ke kelas karena jam pelajaran akan segera di mulai
***
Sepanjang berjalan menuju kelasnya, Freeya hanya menunduk menatap lantai yang dipijakinya. Sekolah mulai ramai dengan siswa siswi. Para murid tersebut seketika menghindar saat Freeya melewati mereka. Mereka mengatakan hal-hal yang buruk, tapi Freeya menulikan pendengarannya.
Ada juga yang menatap jijik terhadapnya. Bahkan sampai meludahinya. Freeya sudah terbiasa mendapatkan perlakuan seperti itu, tapi yang hanya bisa dia lakukan hanya diam tidak melawan. Lagipula jika dia melawan maka mereka akan semakin semena-mena terhadapnyaSaat Freeya memasuki kelas semua teman sekelasnya memalingkan muka, seolah menganggap Freeya tidak ada.
Freeya berjalan menuju bangkunya lalu mengambil buku Fisika dan mulai membuka buka pelajaran minggu lalu.
Bu Indah memasuki kelas dan Mulai memulai pelajaran, dia Guru IPA Kelas XI.
“Baik anak-anak kita lanjutkan materi yang minggu lalu ya. Yaitu tentang Fluida Dinamis. Jadi ada yang bisa jelaskan maksud dari Fluida Dinamis?”
Satu kelas hening, tak ada yang menjawab. Saat Freeya mengacungkan tangannya untuk menjawab pertanyaan tersebut, Bu indah sama sekali tidak memberinya kesempatan. Seolah dia sama sekali tidak berhak berada dikelas tersebut.
Padahal dia sangat tau materi yang diberikan gurunya bahkan hafal diluar kepala. Freeya memang termasuk siswi yang cerdas, tapi banyak yang tidak mengakui kepintarannya, bahkan oleh gurunya sendiri.
Ini bukan kali pertama, dipelajaran lain pun dia selalu merasa tidak dianggap.
Dan selama pembelajaran berlangsung, dia hanya menyimak tanpa bersuara sama sekali bahkan sampai kelas selesai.
Jika kalian tanya bagaimana perasaanya, sudah pasti dia merasa sedih. Ingin sekali rasanya dia menangis meluapkan beban hidup yang selama ini ditanggung nya, tapi dia tidak bisa. Tangis nya terlalu berharga untuk meratapi nasib malangnya. Dia selalu merasa bahwa menangis hanya akan membuat hidupnya terlihat menyedihkan. Bukannya orang-orang bersimpati padanya malahan yang ada mereka semua akan menertawakan nya
***
Saat bel istirahat berbunyi, Freeya berjalan menuju ke perpustakaan. Dia memilih tidak pergi ke kantin karena sudah bisa ditebak semua orang akan menatapnya jijik dan Freeya merasa tidak perlu mendengarkan omongan sampah mereka. Dan juga dia selalu dibayangi kejadian setahun yang lalu.
FLASHBACK ON
Hari itu Freeya terpaksa pergi ke kantin untuk makan, karena dia belum sempat sarapan dirumahnya. Semua orang menatapnya aneh dan jijik. Tapi masa bodoh karena dia sungguh sangat lapar. Dia duduk disudut kantin menunggu pesanan nya datang. Tapi tiba-tiba dia terlonjak kaget karena merasakan kuah panas menimpa kepalanya....
“Ahhhh panas-panasss tolonggggggg panasssss”
Semua orang tertawa terbahak bahak melihat penderitaan Freeya
Tiffany, kakak kelasnya yang ternyata melakukannya.
Freeya ditarik dari kursinya dan didorong kasar kelantai kantin.
“Eh lo tuh ya berani-beraninya kesini saat orang-orang pada makan. Liat tuh liat!!! Semua mau muntah tau gak gara-gara ngeliat lo!!!Bikin gak nafsu tau gak.. Mending lo pindah aja deh sana kesekolah lain daripada lo disini jadi sampah sekolah!!! LO GAK PANTES ADA DISINI!!! BAHKAN LO GAK PANTAS IDUP!!!LO DENGER KAN OMONGAN GUE HAH?!!!
Tiffany menunduk dihadapan Freeya, dan menjambak dengan sangat keras rambut Freeya.
“Akhhhhh, sakit kak, tolong lepasin.”
Ucap Freeya dengan air mata yang mengalir dipipinya.Tiffany hanya tersenyum sinis dan berbisik tepat disamping telinga Freeya.
“Anak haram kayak elo gak pantes ada disini.”
Deg.
Sekujur tubuh Freeya mendadak kaku saat mendengarnya.
Rasanya sangat sakit.
Tiffany merasa puas melihat keadaan Freeya yang sangat mengenaskan.
Setelah itu Tiffany melenggang pergi sambil menginjak dengan keras kaki Freeya.
“Aaakhhhhh”
Dan semua orang yang ada dikantin satu persatu pergi tanpa berniat menolong Freeya.
“Hiks hiks hiks.” Freeya bangun dari lantai tapi tenaganya sudah terkuras habis. Dia berpegangan pada sisi meja. Sungguh dia teramat lapar, tapi dalam kondisnya yang seperti ini?
Saat Freeya ingin berjalan meninggalkan kantin dia terjatuh pingsan. Kesadarannya habis, kegelapan menyelimuti nya.
Saat sadar, dia mengerjap-ngerjapkan matanya agar bisa fokus melihat sekelilingnya. Dia ternyata sedang berada di UKS sekolah. Tapi...siapa yang membawanya kesini?
Saat memikirkannya, tiba-tiba pintu ruang UKS terbuka dan muncul seorang lelaki dibaliknya.
Freeya menatap lelaki tersebut yang menghampirinya.
“Kamu siapa? Kamu yang bawa aku kesini?” Ucap Freeya kepada lelaki itu.
Tapi tak ada sahutan, Lelaki itu hanya menatap Freeya sekilas lalu meletakkan kantong yg berisi beberapa roti dan sekotak susu diatas meja disamping brankar.
Kemudian lelaki tersebut berbalik menuju keluar meninggalkan Freeya seorang diri.
Freeya tersenyum, ternyata masih ada orang yang peduli terhadapnya.
Dan tanpa Freeya sadari ternyata dia telah menaruh rasa terhadap lelaki yang bahkan diapun tak tahu siapa namanya.
FLASHBACK OFF
***
Karena alasan itu lah Freeya memilih tidak ke kantin saat jam istirahat.
Dan juga ternyata lelaki yang menolongnya saat itu adalah kakak kelasnya, LEON BASKHARA.
Orang yang selama ini telah mengambil sebagian hati Freeya.
Dan orang tersebut sedang duduk dihadapannya sambil membaca setumpuk buku yang sangat tebal.
Freeya menatap detail wajah Leon dengan seksama. Alis tebal, rahang tegas, tatapan tajam, bibir seksinya, dan segala yang ada pada Leon sangat Freeya sukai.
_________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTOPHILE
DiversosIni kisah tentang seorang Freeya Radhelya. Seorang gadis dengan cerita tak terduga yang hadir dalam hidupnya. Garis takdirnya pilu namun manis tak terdeskripsikan di waktu yang sama. Dia hanya berharap kebahagiaan murni akan menghampirinya. Bukan...